Dra. Muliati

Menulis itu jiwa dan nyawa. Jika masih bisa menulis berarti jiwa dan nyawa masih sehat. Pupuklah itu selagi ada kesempatan. Menulislah kap...

Selengkapnya
Navigasi Web
PEREMPUAN PELUKIS SENJA (1)

PEREMPUAN PELUKIS SENJA (1)

PEREMPUAN PELUKIS SENJA (1)

Muliati

Lagu Krise ini sangat bersemayam di hati Romlah. Ibu dua anak ini sangat meyukai lagu itu. “Badai Pasti Berlalu”, kadang disenandungkannya sewaktu berada di kamar mandi. Lagu ini memang sangat disukai banyak orang, walau sudah lama pencipta dan penyanyinya meninggal, tetap hangat dan enak di telinga. Begitu awetnya lagu ini, walaupun banyak karya anak muda yang baru, yang mudah hilang dari peredaran. Lagu itu tak pernah luntur penikmatnya.

Romlah yakin, badainya pasti berlalu. Bukankah Allah sudah menciptakan sakit dan menciptakan pula obatnya. Romlah hampir terjebak dalam kemaksiatan maya karena dendam yang tak berkesudahan. Ia begitu benci dengan orang yang dicintainya selalu meremehkannya dan meninggalkannya di kala ia membutuhkan. Ia segera melukis kehidupannya dengan aksara-aksara bermakna.

Romlah mulai menekuni bunga, yang niatnya bisa menyambung hidup. Semenjak kepindahannya dari Solo, ia berharap hidup lebih baik. Namun, ternyata ragi kehidupannya tambah bewarna. Ia mulai terseok memikirkan keuangan. Suaminya sama sekali tidak memedulikan keluarganya. Romlah membanting tulang sendiri. Ia tidak putus asa. Ia selalu berusaha menebar kebaikan di mana saja ia berada.

Mata Romlah tertuju pada bunga mawar warna putih kesayangannya. Tak terasa air matanya mengalir di netranya yang sendu itu. Hari ini, bunga itu akan meninggalkannya. Selama ini, ia tak mau menjual bunga itu, bunga yang memiliki sejarah dalam hidupnya. Kini, ia harus ia melepaskannya. Romlah butuh makan, biaya kuliah anaknya.

Bunga-bunga indah sudah siap dikumpulkan. Hari ini, ada 5 pemesan dari Kalimantan, 3 dari Solo, dan 2 dari Tangerang. Hati Romlah semakin tersobek Ketika mobil L 300 sudah parkir di depan rumahnya. Ia merasakan sesuatu yang sangat berharga akan lenyap dari kehidupannya. Romlah termenung, menangis, ketika bunga mawar putihnya benar-benar telah meninggalkannya. Deraian air matanya mengikuti kepergian mobil yang membawa idamannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul Bu Mul.. ditunggu lanjutannya..

03 Jul
Balas

Mksh, bu Sari

04 Jul

Mksh, bu Sari

04 Jul

Mksh, bu Sari

04 Jul

Apik ceritanya Bu Mul..Ditunggu lanjutannya. Salam SKSS

03 Jul
Balas

Ya bu. Mksh, ya

03 Jul



search

New Post