Menunggu yang Pisah
Menulis hari ke- 1387
Menunggu yang Pisah
oleh: Nurmariana
Minggu ini merupakan masa tenang. Artinya baliho dan spanduk para caleg sudah tak parkir di pinggir-pinggir jalan. Namun masih ada beberapa petugas lupa mencopot apa yang pernah dipasangnya.
Keluarga Pak Diran mulai ada sedikit geliat panas di masa tenang. Pemandangan di kampung-kampung pun sudah berubah jadi cantik. TPS-TPS berdiri dengan megah warna pelangi pun hadir.
“Mengapa kamu di sini, Nak?” Pak RT 05 menyapa warganya yang belum beranjak dari pagi hingga siang.
“Saya mau menyaksikan orang-orang berpisah, Pak!”
“Lho, berusaha mengapa?” pak RT bertanya dengan heran sambil garuk-garuk kepala yang mungkin tidak gatal.
“Cerita teman-teman Alif di sekolah bahwa orang satu keluarga banyak ribut karena mau pilihannya yang menang pemilu.
“Sudah pulang dulu, pemilunya baru lusa. Dan tidak ada yang berpisah.”
“Sebabnya?” Alif anak tetangga Pak Diran bertanya dengan lugunya.
“Warga sudah cerdas politik. Mereka mengalah untuk menang.”
Tanjungpandan, 12 Februari 2024
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantaaap. Warga memang harus cerdas hehe..... Keren, Bun.
Alhamdulillah
Hahaha betul sekali bunda....salam sukses
Trims Pak sudah mampir berkunjung. Salam litetasi dan sehat selalu.