LELAKI ITU MENGHILANG KALA SENJA MEMBIAS

Oleh: Wiwit Widyawati

Tagur 258

Pingkan melanjutkan memasak setelah menunaikan salat Asar di sore itu. Cuaca mendung sedikit mengusik hatinya karena suami tercinta belum juga sampai rumah. Sementara kedua anaknya baru saja izin tuk bermain ke rumah sepupunya.

Hujanpun turun perlahan, desir angin sepoi menemani Pingkan di senja itu. Ia menuju dapur kembali tuk membuat bakwan kesukaan suami dan anak-anaknya. Ia menggorengnya dengan pikiran melayang jauh. Tetiba ia ingat peristiwa setahun yang lalu. Ia terbuai dalam lamunan, tak sadar akan gorengan itu. Kala ingatannya kembali ,ia tergopoh pandangi masakannya. Segera membaliknya, namun terlambat. Bakwan itu gosong.

Saat sedang asyik menggoreng bakwan adonan terakhir terdengar suaminya pulang. Ia melihat bayang suaminya masuk kekamar mandi. Pingkan memangginya, namun taka ada sahutan darinya. Ia merasa ada keganjilan. Biasanya jika dipanggli selalu merespon. Lalu Pingkan segera menyajikan bakwan panas itu di meja dengan secangkir teh panas. Ia menunggu suami keluar dari kamar mandi dengan sabar sambil menonton televisi. Tak lama berselang terdengar salam dari suaminya. Ia melangkah masuk menyapa Pingkan yang berdiri terpaku. “Mama kenapa bengong memandangku seperti itu, kangen ya,”ucap suaminya sambil mencubit pipi. Pingkan heran, pikirannya masih mengembara tentang sosok lelaki yang masuk kamar mandi itu. Ia mirip suaminya. Lalu Pingkan beranjak menuju kamar mandi, kala pintu dibuka tidak ada siapa pun di sana.

Tasikmalaya, 19032021