Dra. Yasmi, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
#tantanganmenulisH26. “Filosofi Sungkah Together”  Makan Bajamba (Minang)

#tantanganmenulisH26. “Filosofi Sungkah Together” Makan Bajamba (Minang)

“Filosofi Sungkah Together”

Makan Bajamba (Minang)

Setiap daerah pasti memiliki tradisi makan bersama.

Begitu juga di Minangkabau. Bagi masyarakat Minang makan bersama ini disebut makan bajamba. Makan bajamba ini sudah jadi tradisi yang diwariskan turun temurun. Bajamba merupakan tata cara makan dengan satu buah piring besar yang disebut talam. Berupa pinggan atau piring besar yang dijadikan sebagai wadah untuk makan bersama.

Talam ini bisa terbuat dari keramik, loyang, atau juga bisa pinggan dari besi biasa (kanso). Satu talam besar biasanya untuk satu kelompok yang terdiri dari lima sampai tujuh orang makan bersama. Sepiring bersama

Makan bajamba sering dilakukan masyarakat Minangkabau dalam acara besar di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Misalnya saja dalam acara selamatan atau kenduri. Bahkan dalam upacara adat ada yang dinamakan; “duduak di kasua, makan di dulang. ”Manfaat tradisi makan bajamba ini sangat banyak, namun tidak banyak yang tau manfaat sesungguhnya yang terdapat dalam makan bajamba.

Namun yang saya bicarakan disini bukan makan bajamba dalam upacara adat Minang. Tetapi makan bersama yang dilakukan oleh guru-guru di sekolah. Hari ini di SMA Negeri 1 Kamang Magek saat saya berkunjung, guru-gurunya sedang makan bersama (sungkah together) di ruang guru.

Situasi ini bukan yang pertama sebenarnya. Namun kali ini saya merasa senang dan kagum. Sebab bukan hanya ibu-ibu saja yang ikut tetapi juga bapak-bapak gurunya.

Melihat situasi ini, mengingatkan saya pada 15 tahun yang lalu. Saat itu di sekolah tempat pertama sekali saya mengajar tradisi sungkah together ini juga sudah membudaya. Bahkan tradisi ini sangat di dukung oleh kepala sekolah. Tradisi sungkah together ini ternyata berpengaruh banyak terhadap kebersamaan warga sekolah.

Ada beberapa filosofi yang dapat kita ambil al: 1). Saling hormat menghormati, saling harga menghargai. 2). Menanamkan kebiasaan berbagi, meskipun makan dalam wadah yang sama tidak pernah berebut apa yang dimakan. Menghilangkan ego masing-masing. 3). Menjaga keesehatan, karena makannya menggunakan tangan bukan sendok. 4). Memupuk rasa persatuan, kekompakan, serta 5). Meminimalkan jarah antara atasan dan bawahan (kepsek dengan guru). Antara guru senior dengan guru junior. Termasuk juga sih melestarikan budaya makan bajamba di Minangkabau.

Semoga budaya ini tetap terjaga, di sekolah, rumah atau masyarakat di Minangkabau…aamiin.

Canduang, 13/2/20

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya Bu Klo di kampungku Komering (Sumsel)Namanys makan nasi pujuk (pujuk =sesuap )prosesnya hampir sama dengan cerita Ibu .cuma klo mengan nasi pujuk kita makannya sepujuk /sesuap saja

14 Feb
Balas

Keren bundo

13 Feb
Balas

Slamat bundo Nambah 4 H lai, lah dapek si biru mengharukan

14 Feb
Balas



search

New Post