Drs. Hamzah, M.Pd guru PJOK SMAN 1

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KONSEP SPORT DEVELOPMENT INDEX

I. Olahraga dan Pembangunan

Kondisi budaya keolahragaan kita masih rendah yang tercermin dari tingkat kemajuan pembangunan olahraga Indonesia yang hanya mencapai 34% (Sports Development Index). Indeks ini dihitung berdasarkan angka indeks partisipasi, ruang terbuka, sumber daya manusia, dan kebugaran. Rendahnya kesempatan untuk beraktivitas olahraga disebabkan oleh semakin berkurangnya lapangan dan fasilitas untuk berolahraga, lemahnya koordinasi lintas lembaga dalam hal penyediaan fasilitas umum untuk lapangan dan fasilitas olahraga bagi masyarakat umum dan tempat permukiman. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya olahraga sebagai landasan untuk menjaga kualitas kesehatan sekaligus kesadaran akan budaya olahraga masih rendah. Dalam rangka menumbuhkan budaya olahraga untuk meningkatkan kemajuan pembangunan olahraga, beberapa permasalahan yang harus diatasi adalah: belum terwujudnya peraturan perundang-undangan tentang keolahragaan.; masih terkotak-kotaknya sistem dan manajemen keolahragaan dan belum terpadunya semua unsur masyarakat; lemahnya sumber daya manusia (guru, pelatih, instruktur, manajer); sarana dan prasarana tidak lagi memenuhi standar latihan; belum adanya sistem informasi keolahragaan yang mutakhir dan dikelola secara profesional serta jaringan kerjasama yang baik dalam pembinaan dan pengembangan olahraga antar daerah, antar instansi,antar perkumpulan/organisasi olahraga dan lain-lain.

Tujuan akhir pembinaan olah raga itu tidak lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sehingga secara konsisten perlu menempatkan olah raga sebagai bagian integral dari pembangunan. Dengan demikian, olah raga ditempatkan bukan sekadar merespons tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya, tetapi ikut bertanggung jawab untuk memberikan arah perubahan yang diharapkan. Keteguhan terhadap komitmen ini didukung oleh begitu banyak fakta dan pengalaman bahwa olah raga yang dikelola dan dibina dengan baik akan mendatangkan banyak manfaat bagi warga masyarakat. Seperangkat nilai dan manfaat dari aspek sosial, kesehatan, ekonomi, psikologis dan pedagogis merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim bahwa olah raga merupakan instrumen yang ampuh untuk melaksanakan pembangunan yang seimbang antara material, mental, dan spiritual.

Dari aspek sosial diakui bahwa olah raga merupakan sebuah aktivitas yang unik karena sangat potensial untuk memperkuat integrasi sosial. Secara bertahap dan bersusun dari unit kecil, komitmen emosional pada satu tujuan bersama dapat meningkat ke tingkat komunitas, masyarakat sebuah daerah hingga ke jenjang nasional. Itulah sebabnya olah raga, seperti yang sering kita alami dalam olah raga kompetitif, dipandang ampuh untuk membangun persatuan dan kesatuan nasional. Pembangunan Olahraga diarahkan:

1. Mengembangkan kebijakan dan manajemen penyusunan dan perencanaan program olahraga dalam upaya mewujudkan penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan;

Meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat secara lebih luas dan merata untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani serta membentuk watak bangsa, sekaligus membangun konsepsi budaya olahraga di kalangan masyarakat ; Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia untuk mendukung pembinaan olahraga; Meningkatkan upaya pembibitan dan pengembangan prestasi olahraga secara sistematik, berjenjang dan berkelanjutan; Meningkatkan pola kemitraan dan kewirausahaan dalam upaya menggali potensi ekonomi olahraga melalui pengembangan industri olahraga;

6. Mengembangkan sistem penghargaan dan meningkatkan kesejahteraan atlet, pelatih, dan tenaga keolahragaan.

Tujuan program penguatan sistem pembangunan keolahragaan untuk mewujudkan keserasian berbagai kebijakan keolahragaan.

Kegiatan pokok yang dilakukan

a. Pemetaan dan pendataan potensi Keolahragaan Kabupaten/kota se Indonesia;

Pengkajian kebijakan-kebijakan pembangunan di bidang Olahraga; Pengembangan kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam pembangunan keolahragaan; Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan olahraga.

II. Suprastruktur dan Sistem pembinaan Olahraga

Perlu dilakukan penataan yang mencakup subsistem pendidikan jasmani (pendidikan olah raga), olah raga masyarakat (rekreasi) dan olah raga kompetitif untuk tujuan berprestasi. Ketiganya menyatu sebagai sebuah kesatuan. Penataan dimaksudkan agar dapat dicapai manfaat yang optimal bagi segenap warga sesuai pesan Piagam Internasional Pendidikan Jasmani dan Olah Raga yang dideklarasikan oleh UNESCO, tahun 1978 di Paris. Piagam itu mengisyaratkan pendidikan jasmani dan olah raga sebagai hak asasi yang fundamental bagi setiap orang.

Pekan Olahraga di tingkat Sekolah Dasar, Pekan Olahraga pelajar, Pekan Olahraga pondok Pesantren, baik di tingkat Daerah maupun nasional belum menjadi media bagi rekrutmen atlet. Begitu pula, pola-pola pembibitan dan pembinaan atlet melalui Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang ada, serta pengembangan SMU Olahraga belum maksimal. Salah satu kendalanya adalah keterbatasan arana dan prasarana pendukung. Selain itu, pengembangan pelatihan lahraga belum sepenuhnya didukung basis ilmu pengetahuan dan eknologi (iptek) sehingga olahraga lebih bertumpu pada bakat alam semata.

Terciptanya olahraga yang berkuaitas, berprestasi dan memasyarakat ditandai dengan 1. Semakin mantapnya pola pembinaan olahraga di kalangan pelajar dan mahasiswa;

2. Meningkatnya keserasian berbagai kebijakan olahraga di tingkat nasional dan daerah;

3. Meningkatnya prestasi pada PON 2020 Di Papua Tahun 2020 ;

4. Semakin membudayanya olahraga di kalangan masyarakat;

5. Semakin berkembangnya organisasi olahraga;

6. Semakin mantapnya mekanisme perencanaan dan penyusunan program olahraga, dan

7. Semakin mantapnya daya dukung sarana prasarana keolahragaan.

8. Terciptanya insan olahraga yang sejahtera diindikasikan melalui Semakin mantapnya olahraga sebagai profesi yang mampu memberikan jaminan kesejahteraan hidup bagi para atletnya

Pembinaan dan pemasyarakatan olahraga adalah untuk meningkatkan budaya olahraga, kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat dan anak didik mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga tinggi; mendorong dan menggerakkan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati langsung hakekat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup; meningkatkan kegiatan olahraga termasuk olahraga masyarakat dan olahraga tradisional; meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga sejak dini usia; serta mendukung upaya pencapaian prestasi olahraga yan setinggitingginya dalam kaitan dengan pembangunan sosial dan ekonomi untuk meningkatkan citra bangsa dan kebanggaan nasional.

Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain meliputi :

a. Pemassalan olahraga bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat;

Peningkatan pemanduan bakat dan pembibitan olahraga; Peningkatan prestasi olahraga; Peningkatan profesionalisme pelatih, manajer, dan tenaga keolahragaan; Pengembangan sistem penghargaan dan kesejahteraan bagi atlet, pelatih, dan tenaga keolahragaan.

III. Sumber Daya dan Manajemen Pembiayaan

Sumber daya dan manajemen pembiayaan olah raga perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dewasa ini encaman yang dibangkitkan oleh gaya hidup pasif, telah mendatangkan persoalan yang sangat merugikan kehidupan manusia dengan aneka bentuk penyakit degeneratif, penyakit kurang gerak, dengan rangkaian akibat yang terkait langsung seperti terserang penyakit jantung koroner, diabetes melitus, kolesterol tinggi, dan lain yang sejenis. Dari aspek kejiwaan, olah raga atau aktivitas jasmani yang dilakukan hingga intensitas memadai, moderat, sangat efektif sebagai wahana untuk meningkatkan ketahanan terhadap stres dan menanggulangi depresi. Melalui pendekatan pembelajaran keterampilan taktis misalnya, diketahui bahwa pendidikan jasmani dan olah raga efektif untuk membina keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Karena itu, para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa aktivitas jasmani atau olah raga sangat bermanfaat untuk memupuk kemampuan memecahkan masalah.

Pendidikan jasmani merupakan peletak dasar untuk segala aspek meliputi fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosional spiritual. Kecakapan berolah raga di sepanjang hayat untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, memerlukan pembekalan keterampilan sejak awal. Kita dapat menilai seberapa jauh kultur olah raga sudah berkembang di suatu masyarakat atau negara bergantung pada kebiasaan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani secara aktif. Dalam kaitan ini maka antara olah raga masyarakat (rekreasi), selalu ada interaksi dengan olah raga kompetitif-prestasi dalam suasana saling mendukung dan menunjang.

Olah raga dan kesehatan memiliki kaitan langsung dengan ekonomi. Dari aspek ekonomi, data yang diperoleh misalnya dari Korea dan Australia menunjukkan prospek olah raga yang sangat positif untuk ikut serta meningkatkan ekonomi melalui beberapa segmen industri olah raga, di antaranya peralatan dan perlengkapan serta konstruksi fasilitas olah raga.

Oleh karena itu, mengingat penting dan manfaat olahraga dalam kehidupan saharí-hari, perlu mengerahkan sumber daya yang tersedia melalui sinergi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Termasuk perlu digali potensi pembiayaan dari sumber-sumber pendanaan yang memungkinkan untuk mendukung kegiatan olahraga.

IV. Sistem Penghargaan dan Ketenagaan Olahraga

Pada tataran lingkungan yang lebih luas ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap arah, isi dan bahkan cara mengelola olah raga. Sistem politik mempengaruhi model pembinaan dan institusi yang menanganinya. Sistem ekonomi memengaruhi struktur pembiayaan yang terkait dengan kemampuan mempertahankan kesinambungan sistem. Struktur pendidikan memengaruhi seberapa banyak peluang dan keterlaksanaan pendidikan jasmani yang menjadi dasar bagi perkembangan olah raga.

Jumlah penduduk berpengaruh terhadap jumlah anak dan kaum muda sebagai calon olahragawan sehingga penduduk yang besar seperti di Indonesia merupakan sebuah aset yang luar biasa nilainya. Jadi dibutuhkan upaya, seiring dengan pendidikan, untuk mengubah faktor penduduk bukan sebagai beban tetapi sebagai modal. Tanpa aspirasi yang kental terhadap olah raga, maka suatu daerah sulit berkembang dalam olah raga. Seberapa efektif mekanisme penelusuran dan promosi bakat telah dilaksanakan yang berarti kegiatan di klub usia dini dan olah raga di sekolahan merupakan tempat menyemai bibit-bibit. Komponen itu akan berkembang subur bila didukung oleh komponen pelatihan yang semakin membaik, seperti halnya struktur kompetisi yang semakin kuat ditinjau dari volume atau kekerapan pelaksanaan, termasuk kualitasnya.

Unsur pelatih atau ketenagaan olahraga termasuk kualifikasinya sangat menentukan. Pelatihan yang berbasis pengetahuan dan teknologi merupakan alternatif yang tak bisa ditawar-tawar. Adalah sebuah mimpi untuk tetap mempertahankan hegemoni atau menerobos prestasi olimpiade tanpa pelatih yang andal dan dukungan lab beserta para ahli pendukung terkait seperti biomekanika dan psikologi olah raga, selain aspek sport medicine.

V. Pengadaan Infrastruktur Olahraga

Sarana dan prasarana olah raga di Indonesia sangat lemah baik dari sisi jumlah maupun mutu, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat dikembangkan standar pelatihan bermutu tinggi. Indonesia telah merintis pendirian sentra olahraga seperti pendirian Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) sebanyak 93 buah dan Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) sebanyak 15 buah yang tersebar di seluruh Indonesia. Pusat pelatihan daerah (PPLD) yang idealnya ada di setiap provinsi, memerlukan pembenahan di Sulawesi Tengah telah terbentuk Pusat Pendidikan Latihan Pelajar dan Mahasiswa terdiri dari PPLP 4 cabang olahraga, PPLPD 3 (tiga) cabang Olahraga, PPLM 1 (satu) Cabang Olahraga dan Sekolah Kebarbakatan Olahraga (SKO).

Tujuannya adalah untuk menyediakan, mengadakan, dan membangun sarana dan prasarana olahraga untuk mendukung kegiatan pembinaan dan pengembangan olahraga, serta pencapaian prestasi olahraga. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain meliputi :

a. Peningkatan partisipasi dunia usaha dan masyarakat untuk mendukung pendanaan dan pembinaan olahraga;

b. Peningkatan sarana, prasarana Olahraga

VI Kemitraan dan Industri Olahraga

Pembangunan olahraga perlu menyadari sepenuhnya posisi pengusaha dalam ikutserta memajukan olahraga dari sisi bisnis, karena olahraga sudah menjadi bagian dari sebuah industri dan bisnis.

Setidaknya terdapat tiga segmentasi di dunia industri olahraga, yaitu pertama adalah sport performance segment , yaitu cabang olahraga pada tingkat klub. Kedua, sport production segment yaitu perusahaan yang membuat produk-produk olahraga, seperti sepatu, peralatan dan sebagainya. Ketiga, sport promotion segment, bentuk penyelenggaraan, promotion event termasuk media dan sponsor. Untuk tumbuh dan berkembang sebuah industri dan bisnis olahraga di suatu negara diperlukan sinergi yang baik dari seluruh produk dan jasa yang ditawarkan oleh masing-masing segmen untuk kepuasan targetnya masing-masing.

Satu hal yang perlu dilakukan adalah meyakinkan kepada dunia usaha, bahwa potensi olahraga kita mampu menghasilkan profit jika dikelola secara efisien dan profesional. Oleh karena itu kemitraan antara dunia usaha dan pelaku olahraga perlu dilakukan karena saling membutuhkan, Seiring dengan keberhasilan pembangunan, manusia menjadi semakin sadar akan hak-haknya seperti hak mendapatkan pekerjaan, hak berpolitik, hak ekonomi dan termasuk hak melakukan aktivitas olahraga. Hanya saja hak untuk dapat melakukan olahraga tampaknya belum menjadi hak yang harus diperjuangkan sebagaimana hak-hak yang lain. Ini setidaknya dapat kita lihat ketika sejumlah lapangan atau bahkan gedung olahraga dialihfungsikan menjadi tempat-tempat bisnis. Bahkan di berbagai daerah, kondisi tersebut telah dan sedang terjadi seolah saling bersambung tiada henti.

Bila kita mengenal selama ini untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan pembangunan manusia di suatu negara dengan menggunakan suatu indikator Human Development Index (HDI), sehingga dapat ditentukan peringkat kemajuan pembangunan manusia yang dilakukan oleh semua negara di dunia. Human Development Index (HDI) dapat diukur dengan tiga indikator utama yang meliputi angka harapan hidup (longevity), angka buta huruf (knowledge) dan pendapatan per kapita (decent living standard).

Pembangunan tidak hanya cukup hanya sekedar menyelesaikan persoalan ekonomi dengan melupakan persoalan yang lebih dasar, yaitu hakikat pembangunan bagi manusia. Pertumbuhan ekonomi penting untuk pembangunan, tetapi pembangunan ekonomi saja tidak selalu membawa konsekuensi positif pada tujuan pembangunan.

Hal yang kurang lebih sama juga terjadi pada konteks pembangunan olahraga, yang menjadikan seorang pakar olahraga dan guru besar Prof. Toho Cholik Mutohir, Phd beserta asistennya DR. Ali Maksum dan dibantu para tenaga ahli di bidang keolahragaan memunculkan sebuah gagasan yang luar biasa dan besar tentang bagaimanakah mengukur kemajuan pembangunan olahraga ?

Beliau mendefinisikan bahwa pembangunan olahraga hakikatnya adalah suatu proses yang membuat manusia memiliki banyak akses untuk melakukan aktivitas fisik (jasmani). Dalam hal ini, pembangunan dikaitkan dengan upaya pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas dan dalam rangka pencapaian tujuan nasional terutama masyarakat yang demokratis, adil dan sejahtera lahir batin.

Konteks pembangunan suatu bangsa , olahraga tidak sekedar dilihat sebagai sebuah aktivitas fisik semata, tetapi memiliki perspektif yang lebih luas, yakni sebagai sebuah instrumen pembangunan. Sangatlah tidak realistik untuk mengukur kemajuan pembangunan olahraga hanya berdasarkan pada perolehan medali. Ini mengingat aktivitas olahraga tidak hanya berakhir pada pencapaian prestasi tinggi yang diukur dengan medali.

Jauh dari sekedar itu , olahraga merupakan wahana peningkatan kualitas hidup manusia, baik yang menyangkut kesehatan fisik, mental, emosional dan sosial. Pada sisi yang lain, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan disebutkan bahwa pilar olahraga tidak hanya menyangkut olahraga prestasi, melainkan juga olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi. Artinya, dengan hanya mendasarkan pada medali sebagai ukuran keberhasilan.

Belum lagi jika medali tersebut diperoleh dengan cara-cara tidak elegan dan bermanfaat, sehingga dengan munculnya gagasan Sport Development Index (SDI) yang merupakan indeks gabungan yang mencerminkan keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar, yaitu : ruang terbuka yang tersedia untuk olahraga, sumber daya manusia atau tenaga keolahragaan yang terlibat dalam kegiatan olahraga, partisipasi warga masyarakat untuk melakukan olahraga secara teratur dan derajat kebugaran jasmani yang dicapai oleh masyarakat.

Dari studi yang dilakukan tersebut, ditemukan empat dimensi dasar, yaitu :

1. Ruang terbuka

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

3. Partisipasi

4. Kebugaran

Dimensi-dimensi tersebut pada tataran tertentu merupakan prasyarat dasar (dimensi ruang terbuka dan dimensi sumber daya manusia), prasyarat aksi (dimensi partisipasi) dan prasyarat keluaran (dimensi kebugaran).

Kita harus membangkitkan kesadaran baru bahwa prestasi sejati bukanlah sesuatu yang instant, namun merupakan konsekuensi dari sebuah proses yang terencana untuk menggapai tujuan tertinggi. Prestasi tinggi juga harus dibangun di atas pondasi fundamental yang kokoh, yaitu masyarakat yang sehat dan hidup aktif sepanjang hayat. Oleh karena itu upaya pembinaan olahraga dengan jalan pintas yang hanya menginginkan prestasi tinggi dalam waktu singkat harus ditinggalkan. Sehingga pentingnya Sport Development Index (SDI) sebagai salah satu instrumen penting untuk menciptakan tatanan bangunan keolahragaan nasional secara lebih mendasar dan kokoh. Sport Development Index (SDI) mengajarkan kepada kita bahwa untuk meraih prestasi tinggi dalam olahraga perlu memperhatikan empat hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu ketersediaan ruang terbuka, sumber daya manusia, partisipasi dan kebugaran jasmani.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lengkap sekali pak. Sampai cape bacanya. Hehehe. Pis

12 Jun
Balas

baru belajar nulis mas tolong di info yg mana di delete

15 Jun

baru belajar nulis, tolong koreksi apa yang bisa di edit

14 Jun
Balas



search

New Post