GURATAN HATI DI BALIK JERUJI BESI
RENUNGAN
#Tantangan menulis hari ke 15#
Pada pagi yang cerah di kala itu ku langkahkan kaki dengan penuh semangat menuju sebuah bangunan tanpa jendela dan tanpa asesoris layaknya sebuah bangunan yang berpenghuni, yang hanya terlihat dinding beton yang kokoh dan pintu berlapis jeruji besi yang dikawal ketat oleh petugas. Itulah dia bangunan yang disebut Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Padang Panjang.
Dengan ucapan salam, aku dipersilahkan masuk oleh Sipir yang piket hari itu, karena aku sudah membuat janji dengan pimpinan Kalapas Bapak Ismail makanya aku tidak begitu sulit memasukinya sebagaimana layak orang yang akan bertamu atau membezuk warga binaan (napi) di dalam penjara.
Aku bersama teman-teman mendatangi penjara tersebut bukanlah untuk membezuk warga binaan baik keluarga ataupun teman, tetapi melakukan kunjungan dalam rangka salah satu kegiatan HAB Kemenag RI ke 74 di samping kunjungan sosial ke panti-panti asuhan, tepatnya pada bulan Januari 2020.
Memang tidaklah yang pertama bagi aku mengunjungi penjara di berbagai daerah, namun bagi ku setiap mengunjungi penjara ada suatu kesan tersendiri yang membuat ku bertambah rasa kesyukuran dan bermuhasabah diri.
Setiap aku melihat penghuni ruangan yang sempit dan pengap itu, hati ini terenyuh dan tanpa kusadari air mata membasahi pipiku, apalagi melihat mereka dengan wajah sendu dan sayu walaupun mereka mencoba tersenyum sambil menyapaku dengan ramah. Entah apa yang ada di benak mereka di saat ada orang datang ke dalam rumah mereka yang tanpa jendela itu, mungkin saja mereka teringat orang tua, anak dan sanak saudara mereka yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak pernah bertemu, bercengkrama layaknya sebagai orang-orang di luaran sana yang bisa menghirup udara bebas, Bebas kemana saja, sementara mereka terbatasi hak-hak privasinya akibat perbuatan mereka melanggar hukum dengan berbagai kasus.
Di saat penghuni Lapas Kota Padang Panjang itu dikumpulkan di sebuah aula sambil duduk bersila menatap dan mendengarkan arahan-arahan dari kami yang hadir, semankin menambah rasa keprihatinan ku dan menyentak relung hati ini dikala ku tahu ternyata kapasitas penghuni penjara ini melebihi kapasitas yang semestinya ditampung dalam penjara (oper capacity) dan kasus yang paling banyak adalah kasus NARKOBA.
Terlepas adanya pro kontra penilaian dan memandang mereka, wajarlah ada yang membenci, wajarlah ada yang senang karena memang hukuman itu untuk mereka. Namun di sisi lain mereka juga manusia yang butuh perhatian, butuh pemenuhan kebutuhan jasmani dan spritual termasuk pengetahuan mereka tentang agama.
Tanpa sekenario dan perencanaan spontan aku meminta dua orang penghuni tahanan yang kutunjuk secara ancak untuk berdiri di sampingku untuk berdialog dengan mereka. Ku awali dengan pertanyaan perkenalan mulai dari nama sampai kasusnya. Berikutnya aku spontan menanyakan agamanya, alhamdulillah dari yang berdua orang tersebut ternyata memang beragama Islam, lalu aku menanyakan tentang pengetahuan nya Tentang dasar-dasar agama Islam seperti Rukun Islam, Rukun Iman, jumlah waktu dan jumlah rakaat sholat sampai ku suruh membaca ayat-ayat pendek. Di sesi ini bertambah lagi kepedihan hati ini karena apa yang kutanyakan ternyata tidak mampu mereka jawab dengan benar bahkan syahadatain pun mereka terbata-bata menjawabnya walaupun aku tetap tersenyum karena para warga binaan yang lain Ikut tertawa-tawa mendengarkan jawaban anak yang berdua itu sehingga membuat suasana riuh dalam aula yang tidak begitu luas itu. Namun aku tetap memberikan hadiah berupa uang sekedarnya sebagai tanda aku peduli pada mereka.
Kepedihan ku melihat mereka yang se umur orang dewasa seharusnya mereka mampu menjawab pertanyaan se umur anak sekolah dasar. Bagaimana mungkin ketenangan bathin mereka peroleh sementara pengetahuan agama sangat minim, sudahlah kebahagiaan jasman dan hak-hak azasinya jelas tidak bisa terpenuhi, setidaknya ketenangan bathin hendaknya dapat mereka dapati dengan melaksanakan perintah agama seperti sholat dan membaca Al Qur'an dengan benar.
Dari hasil pemantauan ku dengan melakukan wawancara bersama pembina Lapas setidaknya 90 % penghuni Lapas Kelas IIA Padang Panjang tidak bisa tulis baca Al Quran dan tidak hafal bacaan sholat. Kasihan kita melihat mereka, terbayang jika terjadi kepada family kita, mereka juga manusia yang tidak terlepas atas kekhilafan dan mereka juga punya masa depan dan keluarga mereka berharap sehabis masa hikumannya akan berkumpul kembali mengukir kehidupan baru di tengah-tengah keluarga dan masyarakatnya.
Oleh sebab itu penjara saat ini telah berubah paradigma yang masa dahulu penjara adalah pesakitan dan penghukuman, sekarang Lembaga Pemasyarakatan melaksanakan pembinaan berbagai keterampilan yang diharapkan menjadi bekal setelah mereka bebas untuk melanjutkan kehidupan yang normal kembali di tengah masyarakat.
Tak henti-hentinya aku mengajak mereka bertaubat menginsafi atas kesalahan dan kekhilafannya, tak ada manusia yang tidak bersalah, sebaik-baik manusia adalah yang orang menginsafi kesalahannya dg bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Tampak mereka semua tertunduk memendam sedih dan tampak rasa menyesalnya. Semoga begitulah adanya. Aku terus memberikan semangat dan motivasi kepada mereka yang ku harapkan mereka tidak putus asa dan rasa pesimis karena prediket mantan nara pidana masih menghantui perasaan mereka yang dicap oleh masyarakat sebagai manusia jahat dan yang tidak perlu diajak bersosial bahkan harus dijauhi.
Dalam buih penjara sebenarnya banyak waktu dan kesempatan mereka untuk belajar dan belajar, menuntut ilmu dimana saja bisa tergantung kemauan dan usaha. Sebagai aparat Kementerian Agama hati ku terpanggil ,aku mempunyai kewajiban dan tanggungjawab juga terhadap mereka untuk mengembalikan mereka sebagai manusia seutuhnya. Pihak Lembaga Pemasyarakatan telah memberikan bekal kepada mereka sesuai tupoksi dan keterbatasan institusinya, makanya aku juga mencoba memberikan kontribusi sesuai tugas dan fungsi ku antara lain dengan melakukan pembinaan spritual bagi warga binaan berupa ceramah, belajar baca tulis Al Quran dan bacaan sholat. Untuk itu saya selaku pimpinan Kemenag memberdayakan Penyuluh Agama Islam PNS/Non PNS melakukan pembinaan ke LP Kota Padang Panjang di bawah Koordinator Kasi Bimas Islam dan Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Kemenag Kota Padang Panjang. Semoga dengan sentuhan-sentuhan agama kepada warga binaan membuat mereka lebih tenang dan percaya diri, menambah ketaatan mereka terhadap Agama, jangan sampai mereka rugi di dunia juga akan sengsara di akhirat.
"Guratan hati yang sedih dalam penjara, membawa berkah di alam akhirat"
Muhasabahdiri
25032020

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Super sekali pak...begitu mengharukan...salam sukses selalu utk bapak.
Hee... Mksh buk jujur
Great. Luar biasa pak..
Ndeeh.. Cikgu ko berlebihan... Baru belajar kok ami
Mantap Bang..Salam Lterasi
Salam eni.. Mkch
Terima kasih ilmu dan pengalaman yang luar biasa ini pak
Hee... Sama cikgu.. Pak br belajar di dunia literasi... Mksh y supportnya
luar biasa pak... moga thn depan kunjungan dlm rangka HAB dapat kita realusasikan lagi ya pakterharu ingat bapak diam2 mebeteskan air mata...dan salut bapak bisa menghidupkan suasana kebersamaan dan kegembiraan bagi penghuni lapas walau eaktu perjumpaan kita sangat lah sungkatmantap bos
Aamiin.. Semoga mbak... Ada kesan tersendiri y mbak
Mantap pak. Terima kasih
Hee.. Sama2 mksh kita ustad