DRS. H. NANANG SOPYAN HAMBALI, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru Kini dan Mendatang

Guru Kini dan Mendatang

Guru Kini dan Mendatang

Hari ini Senin tanggal 20 Nopember 2017 seperti biasa saya bergegas untuk segera berangkat ke kantor BP3 Wilayah VI Garut dengan tujuan untuk mengikuti apel pagi. Sesampainya di Balai tiba-tiba saya didaulat oleh rekan untuk menjadi pembina apel. Saya bingung saat itu kira-kira materi apa yang harus saya sampaikan saat saya memberikan sambutan pada kegiatan tersebut, lalu terlintas dan terbersit seketika dalam benak saya bahwa saya harus menyampaikan materi tentang guru.

Mengawali materi sambutan tersebut saya sampaikan tentang peran strategis guru. Bahwa guru adalah salah satu profesi yang sangat mulia melalui tangan gurulah masa depan bangsa dipertaruhkan. Oleh karena itu kita tidak boleh meremehkan apalagi memarjinalkan profesi guru. Negara harus senatiasa hadir bersama guru. Belajar dari sejarah bangsa Jepang bagaimana ketika negara tersebut hancur karena dibombardir oleh tentara Amerika. Hampir seluruh imprastruktur negara tersebut hancur berantakan dan nyaris tak berdaya. Kaisar Hiro Khito yang mewakili atas nama negara tampil dengan mempertanyakan : Masihkah ada guru yang hidup ? tenang saja jangan panik, selama masih ada guru.Kita masih dan akan mampu membangun peradaban yang lebih baik lagi dimasa mendatang selama masih ada guru, dengan gurulah negara kita akan maju lebih hebat. Biarlah gedung-gedung dan pabrik-pabrik hancur asalkan guru masih tetap ada dan hidup.

Setelah itu kemudian saya sampaikan dengan sejarah organisasi profesi guru, antara lain bahwa, sejak sebelum kemerdekaan Indonesia, para pegiat pendidikan di nusantara telah mendirikan organisasi bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912. Anggotanya adalah kalangan Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah yang bekerja di sekolah-sekolah yang ada di tanah air.

Kemudian, kuatnya keinginan untuk merdeka dan mendirikan negara sendiri yang bernama Indonesia membuat pengurus dan anggota PGHB mengubah nama organisasi mereka menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) di tahun 1932.

Usai kemerdekaan 17 Agustus 1945, para pengurus dan anggota PGI menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia yaitu tepat di 100 hari setelah tanggal kemerdekaan tersebut, 24 -25 November 1945. Kongres yang berlangsung di Kota Surakarta tersebut diadakan untuk mengikrarkan dukungan para guru untuk NKRI. Saat itu, nama organisasi PGI pun diperbarui menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Peringatan hari guru ke 72 yang jatuh jatuh pada tanggal 25 November bisa dijadikan memontum untuk merefleksi apa yang telah dilakukan para guru selama ini. Guru yang dalam bahasa Jawa bisa difilosofiskan sebagai seorang yang bisa digugu dan ditiru yang maksudnya dipercaya, dianut dan diteladani. Maka timbul pertanyaan sudahkah sebagai seorang guru saat ini tutur kata atau sikapnya sudah bisa dipercaya, dianut, dan diteladani?

Membangkitkan kesadaran kolektif guru dalam meningkatkan disiplin,etos kerja untuk penguatan pendidikan karakter yang menjadi tema sentral dalam peringatan hari guru sekarang ini sangat tepat untuk dijadikan bahan renungan sekaligus refleksi kerja kita selama ini.

Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan adalah sebuah kalimat yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Indonesia. Kalimat tersebut memang seharusnya menjiwai semangat mengajar dan mendidik para guru pada era globalisasi ini.

Harapan dan seharusnya guru-guru Indonesia menjadi guru inspiratif. Hal ini sesuai dengan pemeo yang mengatakan `The mediocre teacher tells, the good teacher explains. The superior teacher demonstrates, the great teacher inspires‘. Terjemahan bebasnya kira-kira begini; guru yang biasa-biasa saja (cenderung) mengajarkan, guru yang baik memberikan penjelasan, guru yang di atas rata-rata (cenderung) memperagakan dan guru yang hebat adalah yang menginspirasi.

Guru dikatakan sebagai sumber inspirasi tatkala pikiran, ucapan, dan tindak tanduknya menjadi anutan bagi anak didik dalam memaknai peristiwa-peristiwa yang ada di sekitarnya dan mampu menggerakkan siswa untuk melakukan perubahan positif dalam kehidupannya di masyarakat.

Pendidikan tanpa Guru, ibarat kebun tanpa pemiliknya. Guru, memiliki peran yang sangat strategis bagi dunia pendidikan. Karena dari semua komponen pendidikan yang ada seperti kurikulum, sarana prasarana, metode pengajaran, guru, siswa, orangtua dan lingkungan, yang paling menentukan adalah Guru. Ada sebuah ungkapan bahwa have good teachers, will have good nations. Guru memiliki kedudukan yang sangat mulia, dari merekalah tercipta generasi emas dengan peradaban manusia yang gemilang. Terlebih ia mengemban amanat untuk mewujudkan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Tantangan pendidikan di era informasi saat ini, mengharuskan Guru untuk lebih kreatif, inovatif, dan inspiratif dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang bermutu untuk menyongsong generasi emas Indonesia Tahun 2045. Dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa, Guru menjadi kunci utama keberhasilan sumber daya manusia yang tidak hanya produktif tetapi juga unggul dan religius. Ini juga tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk bersinergi mencerdaskan anak bangsa.

Momen Hari Guru Nasional ini tidak sekadar untuk merefleksikan jati diri profesi seorang guru, lebih dari itu kita kembali mengingat substansi peran guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional bagi kehidupan bangsa dan negara.

Memberikan teladan kepada para siswanya merupakan salah satu hal yang paling penting dalam pendidikan karakter. Sosok guru di manapun akan menjadi contoh bagi peserta didik, karenanya mereka memandang bahwa ia adalah kompas penunjuk jalan apabila tersesat. Seorang guru perlu menanamkan akhlak yang baik bagi muridnya, hal ini dapat dilakukan secara terus menerus seperti mengucapkam salam, menanamkan nilai-nilai kejujuran, berdoa di setiap memulai dan mengakhiri pekerjaan, membiasakan senyum, pembudayaan sikap santun, bersikap baik di dalam maupun di luar sekolah, bukankah bagaimana proses itu terbiasakan? Terlebih urgensi perubahan kurikulum 2013 lebih menitikberatkan pada pembentukan sikap dan karakter yang baik pada setiap proses pembelajaran.

Percepatan peningkatan pendidikan yang bermutu harus terus diupayakan oleh sang guru. Mereka adalah mutiaranya agent of change, pelaku perubahan agar menghasilkan manusia Indonesia yang religius, cerdas, produktif, andal dan komprehensif melalui layanan pembelajaran yang prima terhadap peserta didiknya, sehingga terwujud generasi emas tahun 2045. Semoga !

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post