Sebagaimana biasa, saya selalu bersilaturahmi ke rumah ApaLah di setiap hari raya. Hari raya kali ini memang beda, sebelum masuk kerumah ApaLah, tamu di haruskan memcuci tangan dgn sabun yg telah disediakan, dan bukan hanya itu ApaLah juga mewajibkan tamu mencuci kaki sebelum masuk kerumah, mencuci kaki masuk ke rumah merupakan adat Aceh yg ingin dilestarikannya kembali. Begitu kata ApaLah.

"Jadi cuci kaki bkn new normal dlm adat Aceh, tapi itu normal". ApaLah memulai pembicaraannya. New normal bagi ApaLah adalah kondisi kehidupan yg lebih baik dari sebelumnya. Klo kondisi kehidupan lebih jelek dari sebelumnya, itu bkn normal atau new normal tapi upnormal. Misalnya. Selama ini sulit mendapatkan premium, antri malah, maka setelah pandemi premium itu mudah di dapat dan tdk antri. Nah, itu yg disebut new normal. Klo selama ini BBM mahal, itu upnormal, maka setelah pandemi harga BBM turun dan murah, itu baru dikatakan menuju kehidupan new normal.

ApaLah terus saja bercerita ttg apa yg dimakaud dgn new normal versi dia. "Apabila dana desa yg selama ini hanya digunakan utk beli besi, semen, pasir dan bata, itu normal. Nah, setelah pandemi dana desa dialihkan utk membantu org miskin dan yg rentan miskin sehingga mereka tdk jadi miskin, inilah yg disebut dgn new normal.

Demikian juga prilaku umat/warga kampung, dlm ramadhan mereka baik2, itu normal tapi begitu setelah ramadhan mereka lebih baik, berarti mereka sdh masuk ke era new normal. Bln ramadhan meunasah penuh, sedekah rajin, dan tdk korupsi, itu normal. Tapi bila stlah ramadhan itu bisa dipertahankan, berarti warga kampung kita sdh menuju ke kehidupan new normal. ApaLah memberi penjelasannya kepada saya ttg apa itu new normal

" Kita jgn latah dgn program baru org lain, mereka cuma mau buat proyek baru maka mereka membuat sebutan dan istilah baru agar mereka bisa mengambil duit, dgn alasan utk menjalankan program". Begitu ApaLah mengakhiri ulasannya, sambil makan timphan buatan Cuda Ramulah dan itu normal2 saja dan bukan new normal.

Bireuen ... 29 Mai 2020