Dudi Ridwandi

Asli Kota Pekalongan, seorang tenaga kependidikan di Kota Pekalongan, yang meniti asa menjadi seorang penulis dan menjadi Dosen...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dilema politik kiai kampung

Dilema politik kiai kampung

Di zaman dahulu kiai kampung adalah sebagai pamong atau rujukan setiap orang yang ingin tahu tentang ilmu. Dihormati, dikagumi bahkan tidak sedikit orang tua yang "menawarkan" anaknya untuk dijadikan istri seorang kiai. Suatu kebanggaan orang bisa mempunyai menantu seorang kiai yang nota bene pasti baik dan calon penghuni sorga. Lambat laun dibeberapa daerah sudah tidak berpendapat begitu karena tidak sedikit anak perempuan yang menentang orang tuanya dikarenakan tidak mau di madu oleh "sang kiai".Tapi juga tidak sedikit pula masih banyak di daerah yang berfikiran bahwa walaupun anaknya dimadu yang penting anaknya besok dijamin masuk sorga dan pasti hidupnya bahagia.

Di zaman sekarang kiai-kiai sudah berfikiran agak modern. Contohnya membuat komunitas atau organisasi masyarakat, yang tujuannya masing-masing. Seperti yang dilakukan Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) pimpinan KH Fahrurrozi atau akrab disapa Gus Fahrur. Komunitas ini merambah ke politik walapun kiai tidak dilarang berpolitik, mungkin tujuannya pasti ada dan kita ber khusnudzonsaja pasti baik.

Pilkada Jawa Timur

Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) ini mendukung KarSa (Soekarwo-Saifullah Yusuf) di Pilgub Jawa Timur 2013 dan dulunya menyatakan dukungan terhadap Menteri Sosial Indar Parawansa yang akan nyalon Gubernur 2018. Namun seiring berjalannya waktu, dukungan itu dialihkan kepada Saifullah Yusuf.

Langkah ini mereka ambil setelah melihat keseriusan Gus Ipul yang juga sejak awal sudah direkomendasikan oleh sejumlah kiai khos dan ribuan kiai pengasuh pesantren se-Jawa Timur.

"Kami melihat Ibu Khofifah tidak serius. Padahal kami juga sudah berusaha ke presiden untuk memintakan izin," kata Gus Fahrur, saat mendeklarasikan dukungan bagi Gus Ipul bersama ratusan Kiai Kampung, (merdeka.com Sabtu (5/7))

Sejak Maret, Fahrur mengungkapkan, Khofifah setiap ditanya jawabannya selalu saja cek sound. Padahal pemilihan gubernur sudah semakin dekat. Akhirnya Forum Kiai Kampung sepakat, Khofifah lebih cocok menjadi Menteri Sosial ketimbang harus menjadi Gubernur Jawa Timur.

"Kami beberapa kali bertemu para Kiai Kampung dan 97 persen Kiai Kampung melihat eman (sayang) kalau Ibu Khofifah melepas jabatannya sebagai menteri hanya untuk maju sebagai gubernur," ujar pengasuh pesantren Cangaan Bangil, Pasuruan ini.

Jauh sebelum memutuskan mendukung Khofifah dan kemudian beralih kepada Gus Ipul, para kiai kampung ini pernah mendatangi Gedung Grahadi Surabaya, Rabu malam 14 Juni lalu. Saat itu mereka membawa agenda mendesak Gubernur Soekarwo yang juga ketua DPD Demokrat Jawa Timur untuk memasukkan tiga nama birokrat sebagai calon wakil gubernur.

Tiga kandidat wagub yang diusulkan adalah Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur Wahid Wahyudi, Asisten Pembangunan dan Ekonomi Fattah Jasin dan anggota DPR Hasan Aminuddin.

"Mereka ini tidak diragukan lagi ke-NU-annya. Mereka lahir dari kalangan pesantren yang otomatis Nahdliyin tulen. Terserah Pakde Karwo akan memasangkan mereka dengan Gus Ipul (Saifullah Yusuf) atau ke Khofifah (menteri sosial)," kata Gus Fahrur yang datang bersama puluhan kiai.

Sayang, kedatangan mereka tidak ditemui Soekarwo. Bahkan, Gedung Grahadi tutup. Sehingga, ratusan kiai kampung ini hanya berada di beranda depan gedung.

"Sebenarnya kami sudah berjanji ketemu sama Pakde Karwo (Soekarwo) jam tiga (15.00 WIB). Tapi karena kita masih menunggu kiai-kiai yang lain. Mereka ada yang dari Pacitan, Pasuruan dan lain-lain, sehingga terkena macet," ujarnya.

Manuver terkini kiai kampung adalah ingin memasangkan Gus Ipul dengan Bupati Ngawi, Budi 'Kanang' Sulistiyono. Pasangan ini dianggap mewakili basis Nahdliyin-Nasionalis.

"Saat kunjungan Hasto Kristiyanto (sekjen DPP PDIP) saya mendengar untuk porsi Cawagub ada lima orang. Yaitu Eddy Rumpoko (Wali Kota Batu), Bu Risma (Wali Kota Surabaya), Anas (Bupati Banyuwangi), Pak Kanang dan Kusnadi (ketua DPD PDIP Jatim," kata Gus Fahrur, Selasa (5/9).

Dia mengaku sangat yakin formasi Gus Ipul-Kanang bisa menumbangkan kandidat lain, khususnya di wilayah Mataraman. "Saya lihat dari lima orang (Cawagub yang muncul) ini, menurut kiai kampung paling tepat apabila Gus Ipul bergandengan dengan Pak Kanang," sambungnya.

"Ini koalisi 'Naga Hijau dan Naga Merah'. Koalisi ini, di Jatim sangat melekat. Tidak boleh ditinggalkan," ucapnya sembari mengambil istilah koalisi Naga. "Gus Ipul representasi religius dan Pak Kanang nasionalis."

Dan untuk merealisasikan niatnya itu, Gus Fahrur mengaku dalam waktu dekat akan melobi PDIP Jawa Timur. "Saya akan datangi PDIP bersama seluruh kiai kampung, kami berharap aspirasi pasangan ini dipikirkan oleh PDIP dan PKB," tandasnya.

Apakah tugas seorang kiai yang tujuan utamanya mengajar dan mendidik santri harus ikut-ikut politik ? Itulah bertanyaan saya yang masih mengganjal di hati ini. Saya berpendapat mungkin tujuannya agar nanti yang menjadi Gubernur mengayomi para kiai tersebut. Tapi, kalau yang didukung mereka tidak jadi apakah akan mengakibatkan sebaliknya ??? (Dudi).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post