Sudah hampir pukul satu siang. Cacing kremi di perut Jono sudah mulai menggeliat hebat. Sementara ibu belum pulang dari arisan. Ibu belum memasak apa-apa hari ini. Pagi tadi dia buru-buru pergi karena mau membantu Bu Ijah masak-masak untuk arisan di rumahnya.

Di kulkas tidak ada apa-apa. Hanya air minum dingin yang isinya tinggal setengah. Ada juga cabai kering satu buah. Jono geleng-geleng kepala, bagaimana bisa di rumah tak ada stok makanan?

Saat jam dinding akan beranjak pukul dua, suara langkah kaki ibu terdengar mendekat. Jono yang sedari tadi tiduran di depan televisi segera bangkit menyambut ibunya.

"Ada Bu bungkusan lauk buat kita?"

"Ada. Ini wadahin di piring." Perintah ibu seraya menyerahkan kantung plastik berisi hidangan dari rumah Bu Ijah.

Penuh semangat Jono mewadahi beraneka macam lauk. Ikan goreng, sambal goreng, tempe, dan sayur lalapan.

Buru-buru Jono mengambil nasi di rice cooker. Ketika dibuka, tampak olehnya beras yang masih terendam air.

"Ibu!" teriaknya setengah tertahan.

"Ya ampun! Ibu lupa 'cetekin' ke cook! Lagian kamu bukannya dicek dari tadi." Ibu malah mengomel panjang lebar sambil menanak nasi.

"Meong, meong!" Suara Memew kucing peliharaan ibu terdengar dari arah meja makan.

"Ibu!" teriak Jono lagi.

Terlambat, ikan goreng telah berpindah ke perut Memew.