Dwi Kartini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ku Titipkan Rindu di Langit Aachen

Ku Titipkan Rindu di Langit Aachen

Kutitipkan Rindu di Langit Aachen Hampir 1 tahun, aku tinggal di Jerman. Tapi tak pernah ada kabar berita tentang Mas Gandiku. Aku coba menghubungi rumah dan juga teman – temannya. Namun ia seperti ditelan bumi. Menghilang. Sementara aku masih setia menantinya, masih mempercayainya, kalau ia akan muncul, seperti yang telah ia janjikan. Bukan hal mudah menghabiskan hari – hariku di negara maju ini, dengan kepiluan, keperihan dan kesepian yang panjang. Harapanku masih sama, Mas Gandi menjemputku. Kota yang sibuk, idividualis semakin menambah hatiku merana. Untuk mengisi hari – hari yang kosong, aku meneruskan kembali kuliah di Aachen. Rheinisch – Westfälisch Technische , Universitas yang terkenal. Mengambil jurusan Teknik Komputer. Aachen merupakan sebuah kota di Jerman di negara bagian Nordrhein – Westfalen, yang memiliki 280.000 penduduk. Kota yang berbatasan antara Belgia dan Holand menawarkan sejuta pesona. Tetapi untukku seperti tempat pengasingan, karena aku tak lagi bersama kekasihku. Saat ini suhu - 18 derajat , suhu terdingin di bulan Januari 1999. Orang - orang lebih suka menghabiskan waktu di dalam rumah, Menyalakan Heizung,mencari kehangatan, namun berbeda dengan aku, lebih suka di luar rumah. Merasakan dingin yang nyaris membekukan tubuhku yang sudah beku karena kehilangannya. 21 Mei 1998, The smilling Presiden, terpaksa harus lengser selama 32 tahun menjadi nomer satu di Indonesia. Hampir semua rakyat sudah tidak lagi percaya. Pemaksaan berhenti itu dilatarbelakangi oleh krisis multidimensi. Krisis ekonomi yang menerpa Indonesia sejak 1997. Melonjaknya harga minyak, diikuti bahan pangan dan tak kalah penting mengalirnya bantuan negara - negara donor. Harga beras bisa mencapai 50.000 rupiah/kg. Sungguh ironis, Indonesia yang merupakan negara Agraris yang merupakan penghasil beras pertama, untuk mendapatkannya harus membayarnya sangat tinggi. Jalanan dihiasi pecahan kaca, mobil – mobil yang sudah jadi rongsokan arang, televisi yang porak poranda dan puing – puing barang yang sebelumnya begitu berharga. Bank, pusat perkantoran, gedung pemerintahan dan sekolah – sekolah tutup. Hanya bandara Internasional yang tetap melaksanakan aktivitasnya. Pemerkoasaan dan pelecehan seksual terhadap keturunan Tionghoa terjadi dimana – mana. Tak ada lagi hati. Hanya nafsu binatang. Awal dari sebuah perubahan yang bernama reformasi.Berharap ada perubahan di negeri ini, Perubahan itu harus dibayar dengan duka. Seperti hatiku. Aku masih ingat bagaimana aku bergegas ke Bandara International Soekarno Hatta, dengan membawa baju seadanya. Tak lagi memikirkan hal lain, aku tunduk dengan kata – katanya. Dia menatapku tajam dan sahdu, ada luka terpancar dari bola mata yang hitam dan raut muka yang tegas. Ada rasa kekhawatiran yang dalam, tubuh yang tak lagi berdaya. “Pergilah, aku akan menyusul, bila keadaan telah aman”, katanya parau setengah ingin menangis. "kamu tahu, bila masih di sini, bersamaku kamu bahaya", Ia meyakinkan aku untuk pergi. Kala itu para aktivis satu satu mulai menghilang. yang tertangkap tak lagi pernah selamat. semuanya penuh ancaman. Aku hanya memandanginya dengan air mata yang penuh di bola mataku, yang siap jatuh. “Aku tak akan tahan jauh darimu”. Kataku nyaris tak terdengar. Aku menghambur ke tubuhnya yang tegap dan atletis. Sosoknya berwibawa, kharismatik, dan juga romantis mendekapku erat. Seperti biasa dekapan yang hangat, yang mampu menghilangkan rasa sakit. Ia beranjak dari pelukanku, dan mulai memasukan baju – baju seadanya ke koperku. Setelah beres berkemas, ia menarikku kembali dalam dekapnnya. Erat sangat erat, sampai terasa sesak olehku. “Aku menyayangimu, jaga dirimu, jaga sholatmu”, katanya pelan dan lembut di telingaku. Tatapan yang menyejukan dan tajam hinggap di bola mataku yang berwarna coklat. mengingat itu semua menambah pilu, aku menatap langit hitam, berharap angin bisa menyampaikan rinduku yang sudah sangat menyakitkan. Di sini, aku selalu berharap kau muncul dan mengurai rindu. Mas Gandi Suka KomentariBagikan
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap. Cukup membuat pembaca terawa suasana

01 Jun
Balas

Kerenn ceritanga bu..mantap jiwa dwh..

03 Jun
Balas

Ceritanya menarik banget mba Dwi. Tapi mendadak diam manakala samapai pada kalimat, "Sosoknya berwibawa, kharismatik, dan juga romantis mendekapku erat." Sebenarnya sampai sini sih masih gak masalah. "Wajarlah istrinya kok. "Aku menyayangimu, jaga dirimu, jaga sholatmu.” "Semoga pasangan suami istri," pikir saya untuk menenangkan.

01 Jun
Balas

iyaa, yaa harus dalam islam ga ada pelukan klo belum nikah. ...makasih masukannya Pa Yudha.

01 Jun
Balas

Nuhunnn Bu sayang, Naha tertawa...perasaan ga ngabodor,. Hihihi

02 Jun
Balas

Nuhunnn Bu sayang, Naha tertawa...perasaan ga ngabodor,. Hihihi

02 Jun
Balas

Nuhun

24 Jun
Balas



search

New Post