Oleh : Dwi Lestariningsih,S.S.,M.Pd.

Tak terasa sudah sekian lama senda gurauan dan gelak tawa riang telah kami himpun bersama. Suka duka tercipta walau terkadang ada kerikil yang terinjak. Halauan kita luruskan kembali agar jalan ini tentu tujuannya. Walau pautan rentang usia terlihat namun kedewasaannya tak tertandingi, bagai bidadari surga yang dicipta untaian bahasanya bah tausiyah ustadzah ternama, semua itu karena ungkapannya selalu menyejukkan jiwa.

Pagi itu sapaan anak-anak yang lewat depan sekolah, seolah rindunya terobati,"Bu Iniiiii..kapan kita ketemu lagi?" "Doakan saja kita cepet ketemu,ya. Biar kalian bisa bersekolah lagi dengan nyaman dan sehat." Begitu beliau berkata pada anak didiknya sambil tersenyum seolah mengobati kerinduan mereka.

Di saat belum pandemi, sempat terlontar dari ungkapan seorang anak didik yang suka kepo akan hal-hal yang ada di sekitarnya," Bu, kenapa sih, nama Ibu kok Ini?Kan Ibu Cantik? Kenapa ndak Cantika saja namanya,?" Begitu celotehnya membuka pembicaraan di dalam kelas, kala itu Sang Corona belum menimpa. Sering kali celotehan dan ungkapan-ungkapan penghasil gelak tawa itu mengobati rasa jengkel kita dalam pembelajaran di kelas, karena kita tak pernah merasa lelah dan jenuh di kala sentilan para anak didik kita mampu mengobarkan semangat mengajar kita."Agus, nama saya itu doa dan harapan dari orang tua saya, semuanya pasti kebaikan buat hidup saya, demikian juga kamu. Nama saya "Ini" karena dulu sewaktu bidan saya bertanya pada Ibu saya, Ibu saya menunjuk pada ranjang kecil saya dan rangjang kecil kembaran saya, jadi "Ini Aisyah dan Ini Asyifa" yang sebenarnya nama kami hanya "Aisyah dan Asyifa". Seketika itu kelas pun jadi geeerrrr, karena mendengarkan ulasan Ibu guru cantik itu.

#ruang literasi tercintaku,selepas sholat Jum'at,161020