#TANTANGANMENULISHARIKE-81GURUSIANA

Sementara itudi Cirebon, Indah dan Hanif menunggu kabar dari Syamsul. "Mbak, coba telpon Mas Syamsul. Tanyakan gimana kabar Mbak Dinda!", ujar Hanif kepada Indah. "Gak ada pulsa sama paket Nif!. Kemarin Mas Syamsul bilang mau kirim kabar kok ke kita", jawab Indah kepada Hanif. Tiba-tiba Pak Suratno datang menghampiri mereka. Dengan berjalan perlahan, Pak Suratno berusaha untuk sampai di ruang tamu, ruang di mana kedua anaknya sedang membicarakan Dinda.

"Ennnndaah..Awa Mbaaaakmuu Iiiinnnda wuuudddaaah adaa hhaaabbarrnya?", Pak Suratno menanykan kabar Dinda kepada Indah dengan suara yang belum jelas terdengar. Tetapi itu sudah sebuah kemajuan pesat baginya. Terapi yang baru dilakukan 10 kali sudah menunjukkan hasilnya. "Belum Pak. Mas Syamsul belum kasih kabar. Bapak tenang saja ya. Bapak sudah makan?", tanya Indah kembali kepada bapaknya. "Cuddddaaah", jawab Pak Suratno dengan bahasa lisan seperti anak yang baru belajar bicara. "Mbak aku berangkat ke tempat Pakde Slamet ya. Pak hanif berangkat dulu", sambil mencium kedua tangan bapak dan kakaknya, Hanif pun segera mengayuh sepedanya menuju tempat Pakde Slamet. Tempat di mana dia dan keluarganya berusaha menyambung hidup dengan rupiah yang didapat dari pekerjaannya di tempat Pakde Slamet.

Indahpun menemani bapaknya di ruang tamu. Indah mencoba memahami setiap kata yang keluar dari lisan bapaknya. Sulit memang, tapi ini adalah sebuah awal proses pemulihan bapaknya. Dan Indah sangat menikmati hari-hari bersama bapaknya. hari-hari yang seperti ini sempat hilang. laki-laki yang beberapa waktu sempat tidak dia kenali, sekarang Allah kembalikan keberadaannya lagi. Sebuah nikmat yang terasa begitu terasa di hati Indah, dan pastinya juga di hati Hanif dan Dinda. (to be continued)