Dwi Ning Wahyuni Budi

Dwi Ning Wahyuni Budi, S.Pd,M.Sc Guru IPA MTs N 34 Jakarta Timur. Anggota Komunitas Guru Belajar Nasional (KGBN) ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKEPING HATI ADINDA
PART 32

SEKEPING HATI ADINDA

#TANTANGANMENULISHARIKE-77GURUSIANA

Hasil dari perbincangan antara Indah dan Syamsul adalah diutusnya Syamsul untuk menengok Dinda. Hal itu merupakan keinginan pribadi Syamsul, setelah Indah menceritakan keadaan Dinda yang sebenarnya. Besok harinya, Syamsul langsung berangkat ke Jogja. Sengaja dirinya membawa kendaraan sendiri, untuk berjaga-jaga seandainya di sana dia harus wira wiri. Kalau ada kendaraan akan lebih mudah. Entah kenapa, dirinya merasa ada sesuatu yang teramat sakit dalam hatinya saat mendengar Dinda sakit. Apakah ini tanda bahwa dirinya sayang dengan Dinda? Segala macam pertanyaan bermunculan di kepala Syamsul. Rasa khawatir menguasai pikirannya saat itu. Mobil yang dia kendarai melaju dengan kecepatan 130 km/jam. Jarak Cirebon - Jogjakarta biasanya dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 6-7 jam. Dia berharap akan segera sampai lebih cepat dari biasanya.

Sementara itu di RSUD Gamping nampak Akhyar dan Saras sedang berada di ruang administrsi. Baru saja dokter yang melakukan observasi Dinda membolehkan Saras dan Akhyar untuk msuk ruangan. Dinda sudah nampak lebih baik, namun wajahnya tetap menunjukkan pucat yang sama seperti waktu berada di tempat resepsi. "Assalammu'alaykum Diiin", sapa Saras sambil berjalan menuju tempat tidur Dinda. "Saraaaas.hiks.hiks..."Dinda pun menangis di pelukan Saras. Akhyar yang bersama mereka, tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya. Diapun hanya terdiam. "Ssstttt..kamu tenang saja dulu. Istirahat. Kita tunggu hasil observasi dokter yang tadi memeriksa kamu. Alhamdulillah kamu sudah sadar. Jadi aku sama Akhyar diizinkan masuk", terang Saras menenangkan Dinda. "Raaas. Aku harus kasih kabar ke Indah. Aku khawatir dia menunggu kabar dari aku. Aku janji cuma tiga hari di Jogja", dengan menahan rasa sakit, Dinda meminta Saras agar dirinya bisa menghubungi Indah adiknya. "Sudaaah. kamu tenang saja. Aku sudah memberi kabar ke Indah tadi pagi. Sebelum aku ke sini. Yang penting kamu istirahat saja. Tenangkan pikiranmu, biar pusing kepalamu bisa berkurang", Akhyar pun ikut bersuara. Dia sangat merasa sedih melihat Dinda sakit seperti ini. Semenjak menjadi pengurus senat beberapa tahun lalu, Akhyar sering bekerjasama dengan Dinda. Dan entah kenapa, hatinya lambat laun tidak bisa lepas memikirkan Dinda.

Tak berapa lama seorang dokter masuk ke dalam ruangan. Dan berkata:"Siapa keluarganya Mbak Dinda?", tanya dokter tersebut kepada Saras dan Akhyar. Saras dan Akhyar saling bertatapan. Kemudian saras berkata:"Hmmm. saya Dok. Ada apa ya Dok?", tanya Saras kepada dokter yang tadi ikut mengobservasi Dinda selama kurang lebih 7 jam. "Bisa ikut saya ke ruangan saya Mbak?", tanya dokter kepada Saras. "Oh ya Dok", jawab Saras sambil mengikuti langak dokter dari belakang menuju ruang dokter. Sesampainya di ruangan, dokter tersebut mempersilahkan Saras duduk. "Mbak siapanya Mbak Dinda?", tanya dokter itu lagi kepada Saras. "Hmm saya teman kost nya Dok. Kami sama-sama kuliah di UGM. tapi saya dan Dinda sudah seperti kakak adaik", terang Saras berusaha meyakini dokter. "Kalau keluarganya Mbak Dinda ada di mana? Apa mereka sudah diberi kabar tentang kondisi Mbak Dinda?", tanya dokter kepada Saras. "Keluarga Dinda ada di Cirebon Dok. Tadi pagi kawan saya yang tadi ada di ruangan sudah menghubungi kelurganya", terang Saras kembali kepada dokter."Sebenarnya informasi yang akan saya sampaikan ini menjadi hak keluarga Dinda. Terkait penyakit yang sekarang diderita Mbak Dinda. Kira-kira Mbak Saras bisa saya pegang amanah ini?", tanya dokter kembali kepada Saras. "Amanah apa ya Dok?", tanya Saras dengan wajah yang menampakkan kebingungannya. "Amanah untuk tidak memberitahu dulu kepada Dinda dan orang-orang yang tidak memiliki kepentingan untuk tahu. Faham maksud saya?",terang dokter kepada Saras dengan wajah yang cukup serius. "InsyaAllah Dok. Memang Dinda sakit apa Dok?", tanya Saras dengan penuh rasa ingin segera tahu. "Begini Mbak. Mbak Saras tentu tahu penyakit tumor otak? Pastinya Mbak Saras tahu keganasan tumor yang satu ini", dokter mencoba menerangkan perlahan-lahan kepada Saras. "Mbak Dinda terkena penyakit tumor otak glioma stadium 3. Makanya Mbak Dinda mengalami pusing kepala yang hebat.", dokter menghela napas sambil memperhatikan wajah Saras. Mendengar penjelas dokter, Saras tiba-tiba merasa aliran darah di sekujur tubuhnya berhenti. Tiba-tiba dia merasakan dingin yang luar biasa. Seluruh tubuhnya terasa gemetar saat mendengar penjelasan dokter tentang penyakit yang diderita sahabatnya tersebut. "Ja..jadi apa yang mesti dilakukan selanjutnya Dok?", tanya Saras setengah memaksakan mulutnya untuk berbicara. "Nanti kami akan buatkan jadwal buat Mbak Dinda kemoterapi. Dan Saya harap, Mbak Saras bantu berikan support mental untuk Mbak Dinda. Pasti Mbak Dinda akan bertanya tentang penyakitnya. Saya berharap Mbak Saras bisa memberitahunya dengan pelan-pelan. Saya sangat berharap bantuan orang-orang terdekat untuk mensupport Mbak Dinda", terang dokter dengan gamblang menjelsakan apa yang mesti Saras lakukan. "Dok. Efek yang akan dialami Dinda apa Dok?", tanya Saras kembali kepada dokter. "Untuk penyakit ini, banyak kemungkinan yang akan dialami Mbak Dinda. gangguan penglihatan, sampai kelumpuhan. Semoga yang terbaik untuk Mbak Dinda", jelas dokter kembali kepada Saras. "Mungkin untuk info hari ini itu saja dulu ya Mbak Saras. Nanti siang Mbak Dinda akan dipindah ke ruang rawat inap. Kalau boleh tahu masalh biaya untuk Mbak Dinda bagaimana?", dengan berat hati dokter pun akhirnya menanyakan kewajiban yang harus diselesaikan oleh pasien. "Insyaallah nanti disiapkan Dok", jawab Saras walaupun hatinya masih tidak percaya bahwa sahabatnya akan mengalami ujian yang kesekian kalinya lagi. Saraspun akhirnya pamit untuk kembali ke ruang observasi lantai 3. Sambil berjalan di lorong rumah sakit, airmata Saras pun menetes dari kedua matanya. Airmata yang daritadi dia tahan untuk tidak keluar di hadapan dokter. (to be continued)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantul... buk , lanjut

04 Jun
Balas

Siap Pak Tasrif

05 Jun

Siap Pak Tasrif

05 Jun



search

New Post