Dwi Ning Wahyuni Budi

Dwi Ning Wahyuni Budi, S.Pd,M.Sc Guru IPA MTs N 34 Jakarta Timur. Anggota Komunitas Guru Belajar Nasional (KGBN) ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKEPING HATI ADINDA
PART 37

SEKEPING HATI ADINDA

#TANTANGANMENULISHARIKE-82GURUSIANA

Entah kenapa malam ini Saras merasa gelisah. Lebih tepatnya merasa bersalah. Setelah dirinya memberitahu perihal penyakit yang diderita Dinda kepada Syamsul dan Akhyar, Saras menjadi merasa bersalah pada mereka. Saras hanya bilang kalau Dinda ada tumor jinak di kepala. Tidak ada informasi yang dia berikan kepada Syamsul dan Akhyar bahwa penyakit yang dialami Dinda sudah stadium tiga. Dan Saras juga merasa bersalah belum menginformasikan hal ini kepada Dinda. Saras teringat saat dirinya mengatakan ada tumor di kepala Dinda saja, Syamsul dan Akhyar sdah cukup kaget. Apalagi kalau berita sebenarnya dia sampaikan. Tapi Saras sendiri bingung bagaimana mengatakan hal yang sebenarnya pada Dinda. "Aku harus cerita tentang hal ini pada Dinda", bisik hati Saras.

Pagi itu Dinda nampak segar. Hari ini dia sudah diizinkan untuk pulang. tapi sebelum pulang dia harus bertemu dengan dokter Novi yang selama ini melakukan observasi tentang penyakitnya. Dan Saras janji akan menemaninya. Tiba-tiba dari balik pintu kamar, menyembul kepala Saras sambil tersenyum ke arah Dinda. "Assalamu'alaykum Diin", sapa Saras kepada Dinda. "Wa'alaykumsalam princess", jawab Dinda sambil tertawa. "Udah siap semua Din?", tanya Saras. "Alhamdulillah sudah Ras. Aku terimakasih banget ya Ras, kamu mau bantu aku lagi untuk biaya semua keperluanku di rumah sakit ini. InsyaAllah kalau aku sudah dapat kerja, aku akan ganti semua hutang-hutangku pada mu", terang Dinda lagi. "Sssst. Gak usah kayak gitu banget kali. Lagian yang minjemin duit bukan aku. Tapi orang tua ku. Oh ya. Dapat salam dari ibuku. Ibu bilang minta maaf belum sempet nengok kamu katanya", balas Saras kepada Dinda. "Iya Ras. Ya Allah aku gak tahu lagi deh mesti ngomong apalagi tentang orang tua mu. Salam hormat dari aku untuk mereka ya Ras", Dinda mengucapkan kata demi kata dengan sedikit bergetar di dua bibirnya. Betapa dia sangat merasakan kebaikan orang tua Saras yang tidak terhingga untuk dirinya dan keluarga. "Jam berapa kita mesti ketemu Dokter Novi, Din? tanya Raras. tiba-tiba kegelisahan Raras muncul kembali. Dia merasa pertemuan dirinya dan Dinda dengan Dokter Novi pasti tentang penyakit Dinda. "Setengah jam lagi Ras", jawab Dinda memecah lamunan sejenak Saras. Tiba-tba terdengar kembali salam dari pintu kamar "Assalamu'alaykum", sosok Syamsul sudah muncul kembali di ruangan itu. "jadi kita pulang hari ini Din?", tanya Syamsul kepada Dinda. "InsyaAllah jadi Mas. Tapi aku sama Saras mau ketemu Dokter Novi dulu ya Mas. Oh Ya Ras, Mas Syamsul nanti akan mengantar aku pulang ke Cirebon. InsyaAllah setelah urusan di rumah sakit ini selesai. "Oooh gitu. Jadi kamu langsung mau balik ke Cirebon? Yakin kamu sudah kuat Din?", tanya Saras mencoba meyakinkan Dinda kembali. "InsyaAllah Ras. Kasihan Indah sama Hanif. Lagian urusan ku di kampus sudah selesai. Akhirnya aku putuskan ambil jalur compre saja Ras. Biar cepat selesai", terang Dinda kepada Saras. Saras hanya menganggukkan kepalanya. Hatinya gundah. Pikirannya sibuk dengan banyak hal. Entah kenapa dirinya sangat sayang kepada Dinda. Dia tidak rela jika terjadi sesuatu pada diri Dinda, yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri. (to be continued)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post