Tantangan Hari Ke-38

#tantanganGurusiana

Sebelumnya aku bercerita tentang pengalaman yang kurang menyenangkan selama aku bertugas di Subang. Sebenarnya walaupun kurang menyenangkan sangatlah seru dan berkesan, tidak dapat dilupakan. Dibalik itu semua banyak kesan suka yang juga tidak akan pernah terlupakan. Terutama bapak ibu guru senior yang sama-sama mengajar di Smansa Subang. Mereka sangat baik, menerima ku sebagai kawan muda yang baru mulai meniti karir dan harus didukung. Setiap hari bersama mereka ada keceriaan. Apalagi bapak-bapaknya yang senang bercanda. Salah satunya yang paling suka bercanda adalah pak Dadang. Beliau adalah guru fisika yang di sukai siswa dengan gaya khas beliau yang agak nyentrik. Saat aku bertugas di Smansa Subang, beliau sudah berumur 50-an tahun. Beliau juga termasuk salah satu kawan seperjalananku dari dan ke Bandung-Subang. Beliau sudah menjalani pulang pergi Bandung-Subang puluhan tahun. Teman seperjalananku yang lain adalah Pak Yazid dan Bu Dede. Pak Yazid guru geografi yang juga idola siswa dan Bu Dede guru kimia yang sama-sama baru bertugas dengan ku di Smansa Subang.

Selain bapak ibu guru yang sama-sama mengajar di Smansa ada juga guru Smanda dan pegawai di lingkungan pemda Subang. Kami kadang berbarengan berangkat ke Subang dalam bus yang sama. Karena seringnya bersama kami sudah merupakan kawan seperjuangan. Bus dari Bandung pagi hari sebagian penumpangnya adalah pegawai negeri sipil dan sebagian lagi pedagang. Kalau di dalam bus ada pak Dadang, pasti perjalanannya tidak terasa lama. Karena beliau paling pintar bercanda dan berkelakar, sehingga sepanjang perjalanan membuat kami tertawa. Ada-ada saja bahan cerita dan candaan beliau.

Dibalik guru-gurunya yang menyenangkan, terdapat siswa-siswanya sering membuatku terkesan. Mereka menghormati kami, walaupun kami masih baru mengajar mereka. Sikap sopan santun siswa saat itu memang berbeda dengan siswa saat ini. Mereka dapat menempatkan diri bagaimana bersikap terhadap guru di dalam sekolah dan di luar sekolah. Salah satu siswa yang membuatku terkesan bernama Bagus. Anaknya pintar dan sangat sopan. Setiap pulang sekolah dia selalu menawari ku untuk pulang dengan tumpangan mobilnya, karena tempat kos ku sejalan dengan rumahnya. Kalau aku menginap di tempat kos-an, sekali kali saja aku ikut mobilnya, itupun jika aku merasa kepanasan menunggu angkot terlalu lama.

Mengenai kos-an ku di Subang, yang punya seorang nenek bernama Entin, yang tinggal sendirian, suaminya sudah meninggal dan anaknya hanya satu ikut suaminya tinggal di Kalijati. Rumahnya ada tiga kamar kosong, maka beliau manfaatkan sebagai tempat kos-an putri. Nek Entin sangat baik dan hidupnya sederhana. Kami sering mengobrol, saling cerita pengalaman kami.

Sebenarnya banyak sekali kenangan yang menyenangkan selama bertugas di Subang, sehingga ketika aku memilih untuk pindah ke Belitung ada perasaan berat meninggalkan mereka yang ikut andil menempaku menjadi orang yang lebih mandiri dan bertanggungjawab. Tak cukup ucapan terimakasih kepada kalian semua, tetapi apa yang kalian berikan kepadaku hanya Allah yang bisa membalasnya. Seperti ketika kita berpisah ucapan maafku pun terucap atas segala kehilafan yang tanpa kusengaja telah melukai kalian. Selamat tinggal Smansa Subang yang penuh kenangan. Kalau masih diberikan kesempatan dan umur panjang, aku masih ingin berkunjung kesana.

Bersambung....

Tanjungpandan, 24022020