Dwi Syaeful Mujab, S.Pd. M.Pd.

#SinauNulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
SI CAGUR (Diskusi Chat Wa Group) menggunakan Fonts Aksara Jawa,  Sebagai Pembiasaan Menuli

SI CAGUR (Diskusi Chat Wa Group) menggunakan Fonts Aksara Jawa, Sebagai Pembiasaan Menuli

Judul:

SI CAGUR (Diskusi Chat Wa Group) menggunakan Fonts Aksara Jawa,

Sebagai Pembiasaan Menulis dan Membaca Aksara Jawa

A. LATAR BELAKANG

Sekolah adalah rumah kedua bagi para siswa, oleh karena itu tugas kita sebagai seorang guru memberikan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan selama proses pembelajaran. Kita perlakukan peserta didik layaknya anak kandung kita, sehingga rasa sayang itu keluar secara tulus, sehingga terciptalah merdeka belajar.

Sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, murid yang tadinya malas menjadi semangat, bukan kebalikannya. Murid akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi.

Di dalamnya ada nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang menjadi pedoman bagi seluruh warga sekolah untuk berperilaku. Nilai-nilai yang dimiliki akan membentuk dan mengembangkan karakter murid. Agar lebih memahami urgensi budaya positif di sekolah kita perlu memahami peran sekolah sebagai intitusi pembentukan karakter.

Di zaman revolusi industri 4.0, kita sebagai guru atau pendidik dihadapkan pada permasalahan krisis moral anak bangsa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari generasi muda sekarang mengikuti tren budaya dari luar tanpa terlebih dahulu mengkaji ulang dan menyesuaikan serta menyaring budaya tersebut ditambah lagi dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap perkembangan karakter anak. Untuk itu, kita sebagai pendidik perlu menerapkan kembali budaya positif pada anak dilingkungan sekolah agar nantinya mereka mampu menyaring dampak negatif dari budaya luar tersebut.

Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan dan asumsi dasar yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini di sekolah. Budaya positif tersebut berisi kebiasaan-kebiasaan yang sudah disepakati bersama dan dijalankan dalam waktu yang lama dengan memperhatikan kodrat anak dalam hal ini kodrat alam dan kodrat zaman serta keberpihakan pada anak.

Hal ini sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara “Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagaiaan yang setinggi-tingginya.”

Upaya dalam menanamkan budaya positif di sekolah, guru memiliki peran sentral yaitu posisi kontrol guru sebagai manajer dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif. Guru juga berperan sebagai motivator dan inspirator dalam menumbuhkan budaya positif sehingga nantinya guru akan menjadi “ing ngarsa sung tuladha” dan menjadi agen transformasi perubahan untuk mewujudkan murid yang memiliki karakter profil pelajar Pancasila. Dalam menciptakan budaya positif, guru tentunya harus bekerjasama dengan ekosistem sekolah dalam hal ini kepala sekolah, rekan-rekan guru dan juga murid serta melibatkan orangtua dan masyarakat sekitar. Adanya kolaborasi antara pihak sekolah dengan masyarakat dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif dengan menciptakan karakter murid yang memiliki nilai-nilai pelajar Pancasila.

B. Deskripsi Aksi Nyata

Aksi nyata ini saya terapkan pada semua siswa dengan cara membentuk WA Group yang beranggotakan semua siswa. Adapun kegiatan aksi nyata saya fokuskan pada menanamkan pembelajaran yang menyenangkan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Disiplin positif ini disusun bersama antara guru dengan murid, dan lebih banyak murid sendiri yang menentukan, tentu dengan arahan guru. Murid diarahkan untuk memunculkan usulan, ide, dan gagasannya tentang bagaimana mewujudkan kelas yang nyaman, sekaligus disiplin, dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan yang saya lakukan adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik, bagaimana bentuk dan isi kegiatan dalam kelas yang murid inginkan. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif.

C. Hasil Aksi Nyata

a. Murid berdisiplin dalam mengikuti pembelajaran, tetapi tetap nyaman dan merasa aman.

b. Murid menunjukkan ekspresi yang menyenangkan dengan selalu tersenyum bahagia setiap akan memulai kegiatan.

c. Murid menunjukkan sikap saling menghargai dan sopan.

d. Murid menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan (suku, agama, RAS, ciri fisik, gender, dll) serta saling membantu dalam kebaikan.

e. Murid bersegera mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan.

f. Kreativitas murid menjadi meningkat selama proses pembelajaran.

g. Diskusi dan presentasi menjadi sarana menanamkan pembelajaran yang menyenangkan untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif yang disepakati seluruh murid dalam kelas.

WAG

Peserta didik berdiskusi untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif yang disepakati seluruh murid dalam kelas. Dengan merubah paradigma pembelajaran SCL (Student Centered Learning) adalah metode yang tepat. Peserta didik dapat berkreasi dalam penerapan materi yang telah ia dapat. Sebelum berkarya peserta didik terlebih dahulu berdiskusi dengan teman sejawat. Setelah peserta didik mendiskusikan rencana yang akan dibuat karya, mereka melengkapi berdiskusi melalui WA Group dan mengetik menggunakan aksara Jawa. Di sini peserta didik dilatih untuk untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif yang disepakati seluruh murid dalam kelas. KD (Kompetensi Dasar) aksara Jawa yang tidak melulu menulis atau mentranslit ke dalam aksara Jawa, akan tetapi di sini di kemas ke dalam bentuk diskusi WAG ber-aksara Jawa. Peserta didik bebas berkreasi untuk menerapkan aksara Jawa untuk terjun ke dunia nyata. Menyelesaikan pembelajaran yang menyenangkan untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif yang disepakati seluruh murid dalam kelas. Diteliti kembali. Tidak hanya sekedar bisa menulis aksara Jawa, tetapi peserta didik dilatih sedini mungkin untuk tidak berhenti pada nilai, akan tetapi membawa kebermanfaatan ilmu yang pernah didapat untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-sehari, syukur-syukur peserta didik didik dapat menghasilkan atau menambah pundi-pundi keuangan dari ilmu yang mereka dapatkan. Peserta didik mendiskusikan dan merancang projek yang akan dikerjakan. Di sini peserta didik berlatih untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif. Meskipund alam pelaksanaan projek secara berkelompok, akan tetapi pengambilan nilai secara individu. Untuk memantapkan projek mereka menyelesaikan lembar kerja terlebih dahulu. Karena di dalam lembar kerja terdapat pemantik untuk mengerjakan projek. Guru sebagai fasilitator memfasilitasi menjembatani ketika peserta didik diskusi. Sekiranya ada hal yang ingin ditanyakan, atau yang ingin didiskusikan bersama dengan guru sebelum menghasilkan karya. Guru tinggal mengikuti apa yang akan dihasilkan peserta didik dalam karya atau projeknya dengan meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif.

D. Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan

Ukuran keberhasilan dalam Aksi Nyata ini adalah jika sekurangnya 80% murid telah menunjukkan peningkatkan kreativitas belajar siswa. Setiap kreativitas yang muncul akan dibuat catatan untuk refleksi dalam implementasi dan penguatan budaya positifnya. Kendala yang masih terjadi adalah, murid mudah terpengaruh sesama teman dan lingkungan keluarga, sehingga budaya disiplin positif yang dibentuk seringkali harus dimulai dari awal lagi, dan sering mengingatkan murid.

E. Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang

Setiap bulan, butir-butir kreativitas kelas dijadikan sebagai acuan pembentukan budaya positif akan dievaluasi dan diperbaiki. Jika item budaya positif sudah membudaya, maka diganti dengan item lainnya, sehingga akan semakin banyak item-item budaya positif yang dapat ditumbuhkan pada murid. Koordinasi atau kolaborasi dengan orang tua dan guru mata pelajaran tampaknya juga penting dilakukan, agar penanaman budaya positif lebih cepat terbentuk, serta terawat.

F. Penerapan Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Membentuk Budaya Positif di Lingkungan Sekolah

Pemahaman terhadap konsep-konsep kunci dalam Modul Budaya Positif, yaitu perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar,posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas dan segitiga restitusi, pengalaman dan pembelajaran yang dapat diterapkan konsep-konsep kunci tersebut, baik di kelas dan atau rumah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post