Dwi Yani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DIMANAKAH KEBAHAGIAAN???

Ada sebuah tugas yang sebenarnya terdengar sangat mudah untuk dijawab di kelas SAGUSABU_PASURUAN hari ini. “ Tulislah lima hal yang membuat Anda bahagia!” Tugas yang dilontarkan oleh Pak Eko Prasetyo itu mendapat bermacam – macam respon, tanggapan serta jawaban dari peserta diklat. Ada yang menjawab kesehatan, kecantikan, kekayaan, pekerjaan, bahkan hidup tanpa beban.

Jawaban saya atas pertanyaan itu pun hampir sebagian besar sama dengan peserta lain. Kesehatan, keluarga yang harmonis, bebas dari utang, punya teman – teman yang menghidupkan waktu bersama – sama, serta hari Minggu.

Hari Minggu ??? Kenapa hari Minggu begitu sangat membahagiakan? Sebab, di hari Minggu itulah saya benar – benar menikmati sebagai guru. Guru yen Minggu Turu. Padahal keluarga kami jarang sekali menggunakan kata minggu. Kami lebih suka menyebutnya dengan kata Ahad.

Awalnya kami biasa menggunakan kata minggu dalam kehidupan sehari – hari. Tapi semua itu berubah ketika kami mempelajari etimologi kata minggu. Menurut etimologi kata minggu diambil dari bahasa Portugis, Domingo yang diambil dari bahasa Latin – dies Dominicus, yang artinya “ hari Tuhan kita”. Kata ini dieja sebagai Dominggu dalam bahasa Melayu. Baru pada akhir abad ke 19 kata ini berubah menjadi Minggu. Kami adalah keluarga muslim yang sholatnya 5 waktu dalam sehari, tidak mengkhususkan hari Minggu sebagai waktu untuk beribadah. Jadi wajarlah jika suami saya, kadang – kadang suka marah jika kami menggunakan kata Minggu. Yang paling sering kena damprat adalah saya, ya.... karena slogan yang saya dengungkan setiap akhir pekan, Guru yen minggu turu. Pokoknya hari Minggu benar – benar is me time.

Kadang – kadang terlintas dalam benak, jika saya bukan seorang guru mungkinkah saya akan tetap begitu senang menyambut hari Minggu. Jawabannya mungkin tetap, atau malah tidak. Kok bisa ??? Kalau saya kerja kantoran atau kerja di pabrik atau di mana pun saya kerja, jika saya punya jam kerja Senin sampai Jumat atau Sabtu, pastilah hari Minggu selalu dinanti. Eiit... tapi jika saya bekerja sebagai pedagang bisakah saya menikmati minggu sebagai me time??? Entahlah!!!

Kembali ke tugas dari Pak Eko, ada sesuatu yang mengelitik terlintas dalam benak ketika mendengar jawaban teman – teman peserta diklat. Benarkah kebahagiaan kita terletak pada kekayaan, kecantikan, kesehatan, cinta, kemasyhuran maupun jabatan? Apakah sebenarnya bahagia itu? Dimanakah sebenarnya kebahagiaan itu? Perlukah kita mencarinya?

Jika kekayaan bisa membuat orang bahagia, tentunya Adolf Merckle, orang terkaya di Jerman tidak akan menabrakkan badannya ke kereta api.

Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia, tentulah Marilyn Monroe yang cantik dan seksi tidak akan meminum alkohol dan obat depresi hingga overdosis.

Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentulah Thierry Costa, dokter terkenal dari Prancis tidak akan bunuh diri akibat sebuah acara di televisi.

Jika Cinta bisa membuat orang bahagia tentulah cerita Romie dan Juliet tak akan pernah ada. Cinta yang membabi buta tanpa logika lebih banyak menyilaukan daripada menenangkan.

Jika kemasyhuran dapat membuat orang bahagia, tentulah Michael Jackson tidak akan meminum obat tidur hingga overdosis.

Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, mengapa G . Vargas, Presiden Brasil, menembak jantungnya sendiri.

Ternyata kebahagiaan seseorang tidaklah ditentukan oleh seberapa kaya dirinya, cantiknya, sehatnya, masyhurnya, kekuasaannya ataupun sesukses apapun hidupnya. Lalu dimanakah kebahagiaan seseorang ? Kalau kebahagiaan itu dapat dibeli tentulah orang – orang kaya akan membeli semua kebahagiaan itu, bahkan bisa – bisa diborong. Dan hal ini tentulah akan menyulitkan kita yang pas – pasan untuk memiliki kebahagiaan. Kalau kebahagiaan itu disimpan di suatu tempat, pastilah semua orang akan berbondong – bondong menempati tempat itu. Dan bumi di belahan lain akan kosong melompong tak ada penghuninya.

Untunglah kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia. Sikap hati kitalah yang menentukan kebahagiaan kita. Seberapa besar hati kita mau mensyukuri apa yang telah kita miliki. Jadi kita tak perlu susah payah mencari atau membeli kebahagiaan itu. Yang kita butuhkan hanyalah hati yang iklash serta pikiran jernih, bahwa apa yang kita miliki adalah yang terbaik untuk kita. Kadang yang kita miliki tak seindah yang kita harapkan tapi hati yang iklash dan pikiran jernih akan menjaga kita untuk tetap yakin bahwa Allah selalu memberi yang terbaik untuk kita.

Kebahagian itu dimiliki oleh orang – orang yang pandai bersyukur. Masih perlukah kita mengotak – atik hal – hal yang dapat membuat kita bahagia? Bukankah kebahagiaan itu begitu mudah dan dekat dengan kita.

# SAGUSABU_PASURUAN

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Maturnuwun, Pak Yudha! Ini karya saya yang pertama, Pak. Mohon masukkannya agar karya selanjutnya lebih baik!

13 Aug
Balas

Matur nuwun, Bu Sri! Tolong, jgan lupa masukkannya!

13 Aug
Balas

tak apa,bu! Sagusabu tempat kita saling berbagi dan belajar menulis!

13 Aug
Balas

"Kebahagian itu dimiliki oleh orang – orang yang pandai bersyukur." Benar sekali bu dwi

13 Aug
Balas

Setuju bu..karena bersyukur, maka kita kita bahagia... Spt sy bersyukur menjadi bagian dr tulisan bu yuli, pserta sagusabu pasuruan, shg saya jadi bahagia ☺☺☺

13 Aug
Balas

Terlalu bahagia sampai saya salah ngetik nama bu Yani..

13 Aug

Top! Tulisan yang bagus, mbak Yani.

13 Aug
Balas



search

New Post