Dwi Yani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Misi Orang Tua dan Guru

Misi Utama Orang Tua dan Guru

Curahkan pada mereka kasih sayangmu,

tapi hendaknya jangan doktrinkan bentuk pikiranmu

Sebab pada diri mereka ada semesta pikiran tersendiri

Patut kau berikan rumah untuk raganya,

Tapi tidak untuk jiwa dan pikirannya

Sebab jiwa dan pikiran mereka ialah penghuni masa depan

Yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam impian

Engkau boleh ingin menyerupai mereka,

Akan tetapi hendaknya jangan membuat mereka menyerupaimu

Sebab roda kehidupan tak pernah berjalan mundur

Dan tak ada yang akan tinggal bersama hari kemarin

Engkau busur, dan anak – anakmu ialah anak panah yang meluncur

Mata Sang Pemanah maha tahu segala sasaran bidik

Dia hanya merentangmu dengan kekuasaanNya

Hingga anak panah itu melesat

Jauh serta cepat

Meluncurlah dengan suka cita dalam rentangan tangaan Sang Pemanah

Sebab ia mengasihi anak panah yang melesat ibarat kilat

Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang lentur dan kuat

(Khalil Gibran)

Bagi orang tua, anak adalah kekayaan yang terindah sekaligus sesuatu yang sangat membanggakan. Mereka adalah sumber kebahagiaan bagi kedua orang tuanya. Tak sedikit orang tua yang menganggap anak sebagai asset yang harus selalu dijaga dan dirawat dengan baik agar nilainya selalu tetap terjaga.

Orang tua berusaha semaksimal mungkin memberi yang terbaik demi masa depan anak – anaknya. Kadang kala mereka lupa jika anak – anak itu memiliki dunia mereka sendiri. Kehidupan modern yang sangat penuh dengan tantangan dan dinamika meniscayakan pola didik anak yang tidak sama dengan dulu yang sebagian besar orang tua atau guru rasakan.

Puisi karya Khalil Gibran tentang hakekat seorang anak diatas sangatlah tepat untuk menjadi renungan bagi para orang tua dan guru. Orang tua dan guru tak boleh mendidik anak – anak sebagaimana orang tua dan guru dulu dididik karena anak – anak tersebut adalah penghuni masa depan. Tidak mungkin kita menghadapi tantangan yang lebih besar di masa yang berbeda dengan cara yang sama. Tugas kita sebagai orang tua dan guru adalah menyiapkan para generasi penerus itu siap menghadapi masa depan mereka. Laksana busur kita harus membidikkan anak panah kita melesat jauh dan cepat mencapai sasaran yang menjadi tujuan kita.

Anak – anak adalah penghuni masa depan, kita berkewajiban membekali mereka dengan ilmu pengetahuan dan kepribadian yang matang. Kita berharap mereka menjadikan mereka generasi tangguh yang beraklaqul karimah. Mereka harus siap menghadapi semua halangan, rintangan dan masa depan.

Jika mereka malas atau enggan untuk belajar maka pesan yang sering kali kita berikan kepada anak – anak kita adalah “ Anakku, Jika kau tidak sanggup untuk belajar, jika engkau merasa lelah, maka kau harus tahan menderita akibat kebodohanmu!” Kita harus mampu menanamkan semangat untuk belajar sepanjang hayat kepada anak – anak kita. Belajar dimana pun, kapan pun dan dengan siapapun, haruslah menjadi bagian dari hidup mereka. Semua itu dilakukan agar kebahagiaan manusia yang hakiki dapat anak – anak raih dalam kehidupannya. Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.

Teori Tabularasa yang mengibaratkan anak seperti selembar kertas putih bisa dibenarkan dalam konteks bahwa anak memang asalnya adalah suci tanpa dosa. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi Muhammad Shollahu alai wassalam “kullu mauludin yuladu alal fithah” yang artinya setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci.

Namun jika teori tersebut dimaknai bahwa anak bagaikan tong kosong, maka hal itu sama sekali tidak tepat. Anak yang baru lahir telah disempurnakan dengan keseluruhan tubuh dan indra – indranya. Mereka telah dilengkapi pula dengan kepercayaan , emosi, kecerdasan ataupun bakat.

Berpijak dari pemahaman diatas maka tugas utama orang tua maupun guru yang sesungguhnya adalah memupuk dan menumbuh suburkan seluruh potensi yang dimiliki oleh seorang anak. Tugas kita sebagai orang tua dan guru adalah membangun jiwa dan raga mereka. Jika setiap hari kita membimbing mereka belajar dengan benar. Dan jika setiap hari mereka pun belajar dengan sungguh – sungguh untuk meningkatkan kualitas diri, maka tak perlu kita merisaukan atau kuatir dengan masa depan mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhaanallah... mantab

04 Sep
Balas

Thanks,bun!

04 Sep

Big Thanks, Pak Ali! Baik - buruknya anak adalah tanggung jawab kita! Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah!

05 Sep
Balas

Biarkan anak2 kita berada di dunia nya. Terimalah mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Orang tua berkwajiban membimbing dan mengarahkan agar mereka tidak salah arah. Karena mereka adalah masa depan kita

04 Sep
Balas

Goresan yg menggetarkan jiwa dan membangkitkan semangat untuk berbakti .... Terus tulis dan tulis

05 Sep
Balas

Orang tua adalah guru di rumah guru adalah orang tua di sekolah

04 Sep
Balas

Setuju,Pak! Ibu adalah madrasah pertama buat anak

04 Sep



search

New Post