Saya masih ingat betul jika Hari Minggu datang ketika saat masih berumur sekitar 10 sampai 12 tahun sangat bersuka cita menyambutnya. Saya sudah mempersiapkan segala yang terbaik untuk menunggu momen Hari Minggu. Momen yang begitu spesial adalah menonton serial “Wiro Sableng” di salah satu televisi swasta di Indonesia. Bagi anak kampung seperti saya menyaksikan satu episode full artinya kebutuhan tersier terpenuhi. Bukan apa-apa, di desa saya orang yang mempunyai televisi bisa dihitung dengan jari pada waktu itu. Saat itu, masayarakat desa lagi merasakan euphoria program LMD (Listrik Masuk Desa). Masih jelas dalam ingatan saya apabila terlambat datang ke tempat tetangga yang mempunyai televisi maka bisa dipastikan tidak akan nyaman untuk menontonnya. Bisa dibayangkan, ruangan berukuran 3 x 4 meter ada satu televisi berukuran 14 inchi ditonton oleh sekitar 20 anak. Saya berjuang mendapatkan senyaman mungkin untuk menontonnya. Semua demi serial yang beberapa waktu lalu dibuat ke layar lebar.

Sekarang setelah hampir 17 tahun yang lalu, serial “Wiro Sableng” yang saat itu tayang pukul 10.00 sampai 11.00 WIB mempunyai tempat tersendiri di hati dan masih membekas dalam ingat pikiran saya. Seperti halnya program televisi idola selalu ditunggu-tunggu oleh pemirsanya apapun konsekuesinya, guru yang bagus juga selalu ditunggu kehadirannya oleh para muridnya, guru yang membuat siswa selalu sedih ketika hari libur, guru yang setiap kata-katanya membuat siswanya bersemangat untuk belajar, guru yang mampu mengubah suasana sedih menjadi bahagia, guru yang membuat setiap pertemuan terasa singkat, guru yang kehadirannya menciptakan rasa aman, guru yang membuat para siswanya berjanji untuk sukses, guru yang membuat siswanya meraa sangat rugi bila tak masuk sekolah. Guru yang menginspirasi seperti inilah yang ingin saya contoh dan terapkan di sekolah, guru yang diingat siswanya dalam tempo yang lama karena segala kebaikannya yang luar biasa.

Dalam Simposium Guru Pendidikan Dasar 2018 ini saya menjadi termotivasi bisa menjadi guru yang atarktif, menarik, keren, dirindukan siswanya, kekinian dan menginspirasi siswa. Narasumber yang keren membuat saya merasa berdosa terhadap murid saya. Narasumber yang bercicara di depan saya sungguh sangat luar biasa mengisnpirasi. Waktu satu jam seperti tak terasa, setiap kalimat yang sangat bertenaga, jauh dari kata membosankan, Rugi sekali biarpun satu kalimat terlewati. Sekarang, saya berpikir betapa banyaknya tumpukan dosa yang sudah menggunung dari apa yang saya lakukan terhadap siswa yang notabene adalah generasi pengganti kita. Dalam hati yang menggebu di Hotel Icon Bogor saya sebagai guru sekolah dasar akan berubah dan akan bekerja keras untuk memperbaiki cara mengajar kepada siswa saya.

Semoga dengan berakhirnya simposium dan seluruh peserta pulang ke tempat masing-masing semoga menjadi pendidikan Indonesia lebih menarik. Semangat ini akan saya jaga dengan baik agar tidak jatuh atau hilang dan tercecer dalam perjalan pulang. Bagi saya sendiri seorang guru yang bertanggungjawab terhadap majunya Bangsa Indonesia, saya berjanji untuk terus menyalakan semangat simposium tetap membakar saya yang belum istiqomah untuk belajar. Saya akan berusaha sekeras mungkin untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Semua demi Bangsa Indonesia.

Bismillah..