Di Suatu Senja Bersama Dia
Mau curhat sebentar.. Rasanya tak kuat rasa hati melihat cuplikan novel dan cerpen cerpen yang berseliweran di beranda gurusiana. Woii, saya irii. Kenapa saya tak bisa membuat cerpen dan novel semanis itu. Apa yang salah?
Setiap kali saya gerakkan jari, menekan tuts tuts keyboard di depan layar komputer, selalu kalimatnya berhenti di tengah jalan. Seperti kaku, jari saya tak bisa digerakkan. Bukan karena kerusakan otot (hahaha) tapi karena tak ada lagi ide di pikiran. Setelah satu dua kalimat tersusun, saya pasti tak bisa melanjutkan.
Otak saya berputar putar mencari sepatah dua patah kata yang mungkin bisa saya gunakan untuk mengawali kalimat agar satu paragraf bisa terselesaikan. Namun kembali, terhenti. Rasanya buntu, tak menemukan jalan keluar.
Hmm usut punya usut, ternyata ada dua hal yang membuat saya (merasa) tak bisa membuat cerita fiksi entah cerpen, novel maupun puisi. Pertama, saya bukan orang yang romantis. Jadi kemampuan saya dalam menggunakan majas atau gaya bahasa metafora dan hiperbola yang biasanya dipakai dalam karya karya satra, kurang sempurna. Maaf bukan kurang sempurna tapi kurang bisa, tepatnya.
Kedua, saya ini tidak punya cerita yang unik dan menarik berkaitan dengan kisah cinta saya. Perjalanan cinta saya, fine fine saja. Biasaaa, ndak ada naik turunnya. Tak seperti yang di film atau sinetron sinetron TV yang penuh drama. Semua berjalan normal dan seadanya.
Di suatu senja saya duduk berdua dengan sahabat saya, bicara tentang novel yang telah ia tulis. Saya ikut senang dengan keberhasilannya, karena novel itu telah selesai dicetak dan diterbitkan. Saat saya kemukakan kalau saya tak bisa membuat cerpen, puisi atau novel karena saya tak punya kisah cinta seperti dirinya yang unik menarik seperti cerita cintanya, ia bilang," Saya kok ndak percaya klo cerita cinta sampean itu datar datar saja. Pasti setiap kisah ada keunikannya. Oh, paling ada yang disembunyikan yaa sehingga cerita itu terpendam dan tersimpan rapat rapat. Saking rapatnya, untuk sekedar menjadikannya sebuah novel saja sampean ndak berani mengungkapkannya. Lagipula cerpen atau novel itu kan ndak mesti tentang cinta. Iya to? Ambil saja hal hal ringan disekitarmu yang bisa dijadikan bahan cerita. Yang penting ada nilai yang bisa di ambil oleh pembaca.
Saya tidak mengiyakan, tak juga menyanggahnya. Tapi dalam hati saya tertawa. Apa yang dia katakan betul juga. Membuat cerita fiksi memang tidak harus bertema cinta. Baiklah, kapan kapan saya akan mencobanya. Semoga tidak berhenti di kapan kapan saja.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sama bund, sy pun tak bisa buat novel tu, sukses selalu dan barakallah
Iya bu, saya sudah coba berkali kali tapi dapatnya kok cuma satu dua kalimat saja
Terimakasih doanya, sukses selalu untuk bu Ropiah, barokallah
Selamat mencoba Bun..Insyaa Allah bisa...
Inggih bu Rini, terimakasih supportnya
Ini buktinya bs menulis, mengalir bgt saja bahasanya, bgs
Sekedar curahan hati, bu, maturnuwun sdh mampir baca, salam literasi
Ternyata curhatnya dalam bentuk kisah sudah selesai, Tinggal ditambah saja lembaran ceritanya, ntar jadi deh sebuah novel,Ha...ha,.,
Hahaha..iya pak, semoga bisa nambah lagi, terimakasih supportnya