Dyah Kristanti

Guru SMKN Sawoo Ponorogo...

Selengkapnya
Navigasi Web
Adab Bertamu

Adab Bertamu

Siapapun kita, tentu pernah bersilaturrahmi ke rumah teman, saudara, tetangga, dan kerumah guru, walau hanya sekadar berbincang atau karena ada kepentingan lain.Sebab manusia selalu membutuhkan orang lain, siapapun dia tua-muda, pria maupun wanita. Islam sebagai agama yang sempurna tidak membiarkan masalah ini begitu saja, namun Islam mengajarkan adab-adab bertamu, sehingga tujuan bersilaturrahmi bisa terlaksana dengan baik. Bertamu adalah salah satu cara untuk meyambung silaturahmi di dalam agama Islam, agama Islam memberi kebebasan kepada umatnya untuk bertamu atau bersilaturahmi, namun dalam bertamu kita memiliki tata karma yang harus tetap kita jaga agar tujuan bertamu itu dapat terjaga dan tidak menyebabkan permusuhan. Dan Islam juga telah mengajarkan tidak bertamu pada tiga waktu aurat, yaitu sehabis Zuhur, sesudah Isya dan sebelum Subuh. Allah Subhanahu Wa Ta ‘ala berfirman: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’.(Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS : An Nur : 58). Sebagai orang tua, kita juga harus mendidik anak agar memiliki akhlak yang baik sebagai bekal untuk masa depan. Salah satunya ialah mengajarkan anak-anak etika saat bertamu ke rumah orang lain. Islam mengajarkan kita tentang bersilaturahim. Karena dengan bersilaturahim akan memperpanjang usia dan memperbanyak rezeki. Islam juga mengajarkan kita bagaimana memperlakukan tamu. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (QS an-Nur : 27). Pada suatu hari, kami mampir kerumah teman lama suami. Kami serombongan dengan 4orang. Menuju ruang tamunya yang mungil dan bersih. Singkat cerita, di sana, juga ada tamu yang baru datang. sebuah keluarga -ayah, ibu dan 1 anak 7 tahunan-. Si anak langsung membuka toples kue nastar, membawa toples ke pangkuannya, dan lalu asyik makan. Kita panggil saja si anak "Boy" yaa. Badannya bongsor. Nastar itu terlihat "mahal". Bentuknya seperti buah jambu. Cantik banget. Hampir setengah toples berpindah ke perut Boy. Sang Ayah sibuk mengobrol dengan tuan rumah, sang ibu sibuk dengan HP. Aku mengajak anak-anak ke teras luar yang adem sambil melepas penat perjalanan jauh. Nyonya rumah, santun berkata "namanya siapa Sayang? toplesnya taro sini aja yaa...biar nggak jatuh", nyonya berusaha 'meminta' toples kaca itu agar dikembalikan ke meja. Menurutku ini 'kode' kalo dia keberatan dengan adab si Boy. Boy menolak. Tangannya tetap mengeruk kue yang udah abis nyaris separo. Mereka juga gak akrab kayaknya, buktinya nyonya rumah aja gak tau nama si anak. "Dibagi dong teman-temannya, itu belum kebagian," kata si nyonya lagi menunjuk ke anak-anakku. Walaupun sebenarnya anak saya tidak suka nastar. "Nggak mau!" Jawab Boy. Lama kemudian. "Mau coba ini?" Nyonya rumah membuka toples astor. Sepertinya berusaha menawarkan alternatif agar gak hanya nastar jambu yang dimakan si Boy. "Nggak mau," jawab si Boy lagi, berteriak. "Boy suka banget sama nastar yaa," tutur nyonya rumah, suaranya tenang. "Oiya... bisa abis setoples dia," sahut sang ayah. Si ibu mendongak sedikit dari HP. "Dia sukanya nastar sama putri salju, bisa setoples sekali duduk abis, tapi kalo kastengel, sebiji pun dia lepeh, gak suka," kata si ibu tersenyum, lalu kembali ke HP. Entah mengapa...aku menjadi tidaak nyaman. Pertama, aku liat di meja ini hanya ada 4 toples kue yang terlihat baru saja dibuka. Dan kalo 1 tamu menghabiskan 1 toples kue, gimana tamu-tamu berikutnya? Dia nggak mengadakan open house besar-besaran. Bisa jadi stok kuenya juga gak banyak. Kehidupan mereka 'terlihat' juga gak berlebihan. Selain itu, tau kan ya semahal apa harga kue kering lebaran? Setoples itu bisa jadi 90ribuan. Belum tentu masih ada stok di belakang. Aku beberapa kali menangkap mata nyonya rumah gelisah melirik ke si Boy. Dia berusaha ramah maksimal dengan membukakan astor, kripik pisang coklat dan kerupuk udang. Tapi Boy gak peduli, pun ayah ibunya, nastar itu sekarang bersisa sepertiga. Aku gak tau lanjutannya. Karena kami pamit duluan. Menurutku, sangat penting mengajarkan adab bertamu pada anak-anak. Apa yang boleh dan tak boleh. Di rumah sendiri, anak-anak boleh saja memakan apa saja sampai abis, Tapi kalo di rumah orang gak boleh begitu. Tamu orang rumah, gak hanya kita saja. Ini penting dikasih tau ke anak-anak, agar mereka gak egois. Harga kue itu mahal. Tidak semua orang bisa bikin kue. Banyak yang beli. Nah, kadang anak tidak patuh, kita bisa malu dibuatnya. Atau mungkin karena mereka memang lapar. Jadi penting banget memastikan perut anak udah terisi saat mau bertamu ke rumah orang, antisipasi kemacetan dengan bawa cemilan. Jadi sampai di rumah orang, anak tidak dalam kondisi lapar. anak-anak lebih gampang 'ditaklukkan' saat mereka tidak lapar. Percayalah! Saat ke rumah nenek atau Bu De atau tante, atau saudara yang bener-bener deket dan akrab, di mana kedatangan kita memang sangat mereka nantikan dan mereka memang sudah prepare banget menyambut kita, tentu boleh agak lentur. Misal saat kami ke rumah kakak kandungku. Memang hanya kami saudara kandung mereka di kota ini. Jadi bolehlah agak santai, makan ketupat nambah, pake rendang, opor, telur, kue-kue, dll. Tapi kalo bertamu ke rumah orang, jelas harus ada ADAB yang dikenalkan kepada anak ya bunda. Kalo anak belum mau mengerti, bertamunya jangan kelamaan, ajak anak ngobrol, liat udara luar, atau berinteraksi dengan tamu lain. Anak-anak kan gampang akrab sama teman baru, jadi ajak main sama teman baru . Saat bertamu pun, cobalah paksakan diri untuk TIDAK MELIHAT HP. fokuslah pada hidup yang nyata, jangan malah mengurus yang maya tapi mengabaikan yang nyata. Begitu pun saat anak ke toilet, kalo masih kecil, walaupun anak udah biasa ke toilet sendiri di rumah, saat di rumah orang, tetap ditemani ya bunda. Toilet kan berbeda-beda. Saya pernah ketemu anak yang nggak menyiram abis pake toilet, sementara ibunya main HP. Disuruh siram, "nggak ada gayung," jawab si anak. Kemungkinan di rumah dia biasa pake toilet jongkok dengan siram manual. Jadi saat menemukan toilet duduk dengan pencetan siraman, dia nggak ngerti. Jadilah dia meninggalkan toilet dengan kondisi kotor. Memang yaa...saat bertamu ke rumah orang membawa anak-anak, kita harus selalu 'menimbang rasa' ke tuan rumah. Jangan terlalu berharap bisa ngobrol-ngobrol seru tanpa batas, sementara anak-anak juga bebas lepas. Jangan! Tetap waspada. Pasang mata telinga mengawasi anak-anak kita. Jangan sampai menimbulkan ketidaknyamanan pada tuan rumah. Kalo ada tuan/nyonya rumah yang memberikan kode agar beralih ke kue lain, jangan dibilang pelit. Cobalah memahami posisi mereka. Tamu mereka bisa jadi banyak yang mau datang setelah kita. Stok kue dan makanan mereka mungkin gak banyak. Kondisi keuangan mereka mungkin sedang tak bagus untuk membuat/membeli kue dalam jumlah banyak. Mereka bisa jadi sedang menunggu tamu yang istimewa di hati mereka, misal kakak/adik kandung dan mereka juga ingin kue-kue enak ini dicicipi oleh orang kesayangan mereka. Untuk anak yang masih kecil, temenin mereka ke toilet, untuk memastikan agar anak tak meninggalkan toilet orang lain dalam kondisi tak bersih. Kalau anak belum mengerti, kita yang harus mengerti. Jangan membiarkan anak sesuka dia dengan kalimat "namanya juga anak-anak" . Kemudahan dengan menelantarkan adab, bisa jadi kelak inilah yang akan menyulitkan masa depan anak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bunda....

05 Jun
Balas

Terimakasih bu Hunaifah Hakim

06 Jun

Terima kasih pencerahannya, hal ini sangat penting untuk kita ajarkan kepada anak-anak, perlu dimasukkan untuk penanaman karakter di TK dan SD.

07 Jun
Balas

Izin share ya Bu.

07 Jun
Balas



search

New Post