Dyahni Mastutisari

Lulusan FKIP UNS Solo Jurusan Pendidikan Matematika. Sekarang bertugas di MTs Muhammadiyah Patikraja Kabupaten Banyumas...

Selengkapnya
Navigasi Web

Akhirnya Kudapatkan Dia (2)

Akhirnya kereta api yang ditunggu pun melintas. Suami sesegera mungkin memacu laju mobil di tengah kemacetan yang terjadi pasca si hitam manis lewat. Karang Lewas salah satu kecamatan di Kabupaten Banyumas. Daerah yang terkenal dengan kuliner “Sate Banaran”.

Sate yang terbuat dari daging kambing muda. Dipotong dadu kemudian ditusuk menggunakan bambu kecil seukuran lidi dan dibakar diatas bara api. Adanya kipas angin memudahkan sang penjual tanpa perlu ipit-ipit menggunakan kipas yang terbuat dari bambu. Meski demikian kekhasan Sate Banaran tetap terjaga. Bau asap dari tungku pembakaran sate menjadi aroma khas setiap kali melewati daerah ini. Menjadi tempat singgah para pecinta kuliner, terlebih jalan sepanjang kecamatan Karang Lewas menjadi jalan propinsi. Bis antar kota, truk gandeng dan segala jenis angkutan melintas. Maka tidak heran jika ada kereta api lewat dapat dipastikan setelahnya jalanan lumayan macet. Kemacetan yang menimbulkan kebisingan. Apalagi situasi darurat seperti ini.

Untunglah sesampainya di rumah sakit, ruang IGD tidak terlalu banyak pasien. Hanya dua dipan yang terisi dengan beberapa orang penunggu. Aku masih bisa berjalan gagah mengikuti seorang perawat yang membawaku ke kamar bersalin. Sementara suami dan bu bidan desa mengurus administrasi.

Ada dua kamar bersalin di ruang IGD tersebut. Aku dianjurkan masuk di kamar sebelah kanan. Pemeriksaan awal pun dilakukan.

“Sudah pembukaan enam, Bu.” Ucap perawat yang ternyata bidan itu.

Aku hanya bisa mengangguk lemah. Kontraksi yang jaraknya semakin dekat membuat badan semakin tidak karuan. Maka tatkala dia berkata jika kamar kelas 1 yang memang diperuntukkan untukku tidak ada yang kosong, aku sudah tidak menghiraukannya. Yang ada dalam benakku saat itu adalah yang penting anakku lahir dengan selamat.

Kumandang azan terdengar dari masjid yang terletak di kompleks rumah sakit. Sore menjelang, cahaya matahari yang menerobos melalui jendela kamar membuat diriku semakin tidak nyaman. Agaknya perawat mengetahuinya.

“Kita pindah ke kamar sebelah saja ya Bu? Disini panas.” Akupun langsung menyetujui ajakan bidan berbadan kecil tersebut.

Di kamar paling ujung ruang IGD RS Islam Purwokerto, aku melalui berbagai jenis pemeriksaan. Terakhir disuruh berbaring dalam posisi miring ke kiri. Rasa sakit di pinggang semakin tidak tertahan. Suami yang baru selesai menunaikan shalat ashar segera kuminta untuk mengusap-usap bagian pinggang yang sakit. Tapi, bukannya rasa sakit berkurang justru semakin menjadi. Aku panik, gelombang hebat yang tiba-tiba datang dari dalam perut membuatku berpikir cepat untuk segera meminta pertolongan.

“Suster tolong.” Suara kerasku memanggil bidan yang berada di luar kamar kata suami sedang makan siang. Bersamaan dengan itu terdengar suara “pyak”.

“Oh, ketubannya pecah, Bu.” Bidan tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar bersalin.

Perlengkapan persalinan sudah disiapkan sedari tadi. Termasuk suami juga diminta supaya menyiapkan bedong dan baju bayi. Kulihat bidan berkulit kuning itu menelepon rekannya yang berada di ruangan lain. Tak berapa lama proses persalinan normal dimulai. Dengan dibantu dua orang bidan aku berjuang melahirkan sang jabang bayi yang sudah berada diperutku selama 35 minggu. Tepat pukul 16.15 si jabang bayi keluar setelah melalui perjuangan yang luar biasa. Meski ini persalinan yang kedua tapi tetap memberikan kesan yang mendalam. Ah, inilah jihadnya seorang perempuan.

Bayi perempuan montok berkulit putih tergelatak di depanku. Alhamdulillah berkali-kali kami ucapkan. Begitu bahagianya suami, sebuah kecupan mendarat di pipi dan ucapan terima kasih terlontar dari bibirnya. Membuat diri ini semakin terharu. Akhirnya kudapatkan dia setelah delapan tahun menanti.

#Tantangan Hari Kedua#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah keren sekali ,anak adalah anugerah terindah .Keren tulisannya Bu

18 Jan
Balas

Terima kasih Bunda Rumondang

18 Jan



search

New Post