Membaca surat ibu Atalia Ridwan Kamil membuat saya ikut menangis. Saya bisa merasakan luka hatinya, karena itu mengingatkan saya pada kejadian 4 tahun yang lalu.

Kala itu kami sekeluarga sedang berlibur ke Jogja. Bersama keluarga kakak dan sepupu saya, kami menghabiskan malam di alun-alun Jogja. Kami hanya terlena sebentar, saat ibu saya menyadari bahwa cucu laki-lakinya sudah tak ada dalam penglihatan.

"Anakmu mana?" Tanya ibu padaku. Aku langsung melihat sekitar, tak kulihat Thole di manapun. Kupanggil-panggil namanya, tak ada sahutan. Lututku lemas rasanya. Para laki-laki langsung menyebar mencari keberadaan Thole.

Aku dicekam ketakutan yang luar biasa. Pikiranku membayangkan yang tidak-tidak. Dan yang terbesar adalah rasa bersalah karena merasa lalai mengawasinya.

Alhamdulillah tak lama kemudian dia ditemukan. Ada seorang lelaki baik hati yang melihatnya sedang menangis kebingungan. Diantarkannya Thole mencari kami dan ketemu dengan suamiku. Alhamdulillah, Allah masih memperkenankan kami bertemu dan merawat Thole.

Kejadian itu hanya berlangsung sekitar 10 menit, tetapi bagiku dunia sudah runtuh. Apalagi bagi keluarga Ridwan Kamil yang harus merelakan putranya pergi dengan cara seperti itu.

Semoga Allah menguatkan hati keluarga Bapak Ridwan Kamil, mengampuni segala dosa ananda Eril dan memberikan tempat terbaik di sisi Nya.