Dyna Rukmi Harjanti Soeharto

SDIT Al Uswah Banyuwangi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Do'a untuk Calon Pemimpin

Namanya Rangga, tapi bukan pacarnya Cinta, karena di sekolah tempat kami mengajar, guru yang masih single dilarang pacaran. Kami memanggilnya Ustaz Rangga. Aku mengenalnya pertama kali sekitar 6 tahun yang lalu sebagai guru baru. Orangnya tak banyak bicara dan hanya sedikit berinteraksi dengan guru lain. Sering kami, guru-guru yang lain, menyebutnya orang yang hidup di dunianya sendiri. Makanya, meski telah kenal dan menjadi rekan selama itu tapi rasanya aku baru mengenalnya selama setahun terakhir, sejak dia menjadi guru pendamping di kelas 4A, di mana aku menjadi wali kelasnya.

Aku amati sebenarnya pemuda ini multi talenta. Selain menagajar olahraga dia juga aktif di pramuka, mahir menggambar, suka menyanyi, dan menguasai robotik. Saat dulu aku bertanggungjawab di ekskul sekolah selama 4 tahun, dia kupercaya mengampu beberapa jenis ekskul sekaligus. Meski begitu, karena dia pendiam kami sangat jarang berinteraksi, apalagi guru laki-laki dan perempuan tempatnya terpisah. Kalau pun mengobrol, obrolan kami hanya seputar pekerjaan atau sesuatu yang ringan.

Setahun yang lalu, saat kami mendapat amanah menjadi pasangan wali kelas dan guru pendamping di kelas 4A, hubungan kami pun hanya begitu saja. Karena pembelajaran masih dilakukan secara daring, maka kami masih belum banyak berinteraksi. Bagiku dia orangnya agak sulit didekati. Aku sendiri juga masih bingung bagaimana caranya membangun kerjasama yang baik dengan dia. Setelah sekolah memulai PTM mau tak mau aku harus mulai sering berkomunikasi dengan dia. Untungnya dia pernah mendapat tugas untuk kultum dan mengambil tema tentang kerjasama, jadi aku masuk dari situ. Kusampaikan bahwa agar kerjasama kami berhasil maka harus saling memahami dan berkomunikasi dengan baik.

Setelah beberapa waktu berjalan, diwarnai dengan beberapa kali kesalahpahaman, aku mulai mengenal anak muda ini, termasuk ide dan pemikirannya tentang pendidikan dan pembentukan karakter di sekolah. Aku tahu dia orang yang sangat positif dan berpotensi untuk menjadi bagian dari cerita sukses sekolah, tetapi dia orang yang sangat tertutup dan tidak mau menonjolkan diri. Dia juga mau belajar, bahkan untuk sekedar memulai obrolan dengan wali murid. Dan ternyata anak-anak juga suka dengan gaya mengajarnya. Hubungan kami akhirnya berkembang seperti mentor dan binaannya, karena memang aku termasuk salah satu punggawa di masa awal berdirinya sekolah.

Ustaz Rangga adalah sedikit diantara orang yang sangat peduli pada pendidikan karakter daripada kemampuan akademis. Aku sering menyemangatinya untuk terus meningkatkan kompetensi dan berkontribusi pada kemajuan sekolah. Kukatakan dia adalah calon pemimpin sekolah di masa depan. Potensinya terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja tanpa dipupuk dan dikembangkan.

Dengan berakhirnya tahun pelajaran, maka berakhir pula interaksi kami sebagai wali kelas dan pendamping, yang artinya mungkin aku tidak akan sering berbagi dan berdiskusi lagi dengannya. Di tengah krisis yang sedang dialami sekolah saat ini, aku hanya berharap semoga dia tetap kerasan mengabdikan diri di sini, semangatnya semakin membara untuk berkontribusi lebih besar lagi di sekolah, menjadi bagian dari kisah sukses di sekolah, serta tidak malu-malu menunjukkan kemampuannya menjadi pemimpin masa depan.

Banyuwangi, 30 Juni 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post