Dyna Rukmi Harjanti Soeharto

SDIT Al Uswah Banyuwangi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kita Tidak Selamanya Bersama Mereka

Menjadi orang tua berarti bertanggung jawab penuh atas kehidupan manusia lain yang disebut anak. Sejak anak lahir seluruh perhatian, cinta, dan kasih sayang orang tua tercurah sepenuhnya. Semua yang dilakukan adalah untuk kebahagiaan dan masa depan anak. Tak diragukan lagi cinta orang tua, khususnya ibu, bagaikan jalan yang tak berujung. Namun sering kali rasa cinta ini tidak ditempatkan sebagaimana mestinya sehingga justru merusak mental anak. Rasa cinta yang demikian ini membuatnya tidak bisa berkembang sebagaimana mestinya.

Sebagai contoh, orang tua sekarang sering datang ke sekolah saat jam pembelajaran berlangsung, untuk mengantarkan kebutuhan sekolah anaknya yang tertinggal di rumah. Ada yang mengantarkan buku, alat tulis, tugas atau prakarya yang harus dikumpulkan hari itu, dan sejenisnya. Selain itu, orang tua sekarang sering mengatakan anaknya mengalami perundungan di sekolah, padahal mungkin sebenarnya hanya olok-olok atau bertengkar biasa dan saling berbalas. Bahkan ada yang sampai bermusuhan sesama orang tua gara-gara anaknya bertengkar. Padahal sebentar kemudian para anak sudah rukun dan bermain bersama lagi, tetapi para orang tua masih juga menyimpan rasa tak suka. Saat pandemi dulu banyak orang tua yang mengerjakan tugas sekolah anaknya karena tidak mau ribet dan ribut. Bahkan ada orang tua yang ikut berkemah, saat di sekolah sang anak ada kegiatan berkemah di tempat yang agak jauh, karena khawatir.

Mengapa orang tua banyak yang melakukan hal seperti ini? Biasanya hal ini terjadi karena mereka terlalu mencintai anaknya sehingga tidak ingin anaknya mengalami kesulitan dan susahnya berjuang. Atau karena di masa lalu si orang tua mengalami kesulitan hidup, sehingga tidak ingin anaknya ikut mengalaminya juga. Apakah yang seperti ini baik untuk anak? Rasa cinta itu memang baik, tetapi jika terlalu berlebihan juga akibatnya tidak akan baik.

Anak-anak yang tidak pernah merasakan kesulitan tidak akan pernah belajar untuk mengatasi rasa sakit yang dideritanya. Dia akan selalu bergantung kepada orang lain, khususnya orangtuanya, untuk menyelesaikan masalahnya. Kita tidak akan selamanya bersama anak, maka mereka harus diajari mandiri dan bertanggungjawab atas dirinya sendiri, bahkan jika itu adalah sebuah kondisi yang tidak menyenangkan. Sekali-kali biarkan anak dihukum oleh gurunya karena tidak membawa tugas, biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri saat bertengkar dengan teman, atau biarkan dia berangkat sekolah sendiri naik kendaraan umum saat telah cukup umur. Rasa sakit dan lelah saat berjuang akan membuat anak-anak tumbuh menjadi manusia yang mandiri dan tahan banting, tidak mudah merengek dan mengeluh. Kesulitan yang dihadapinya akan menjadi energi yang membuatnya tumbuh kuat dan tangguh.

Ada sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang melihat seekor kupu-kupu hendak keluar dari kepompongnya. Kupu-kupu itu tampak kesulitan, karena lubang di kepompong begitu kecil. Laki-laki itu kasihan melihatnya, diambilnya gunting dan dirobeknya kepompong itu agar si kupu-kupu bisa cepat keluar. Apa yang terjadi? Si kupu-kupu dapat keluar dengan mudah, tetapi dia tidak bisa terbang selamanya, badannya gendut dan sayapnya kecil. Sebenarnya saat proses keluarnya kupu-kupu itu adalah saat pembentukan sayap dan perampingan tubuhnya. Lubang yang kecil itu akan menekan badan kupu-kupu dan mengalihkannya menjadi sepasang sayap yang terentang kuat agar mampu terbang jauh. Rasa iba si laki-laki telah menjadikan kupu-kupu itu cacat dan tidak bisa terbang selamanya. Dia akan kesulitan untuk mencari makanan selama hidupnya.

Sama seperti kita. Rasa cinta yang berlebihan kepada anak, justru akan menjerumuskan anak pada kondisi lemah dan tidak siap menghadapi kerasnya dunia. Jadi mulai sekarang berikan cinta yang proporsional. Dampingi mereka berkembang sesuai potensi yang dimilikinya, didik mereka menjadi anak yang tangguh dan tidak mudah mengeluh, karena kita tidak selamanya bersama mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post