Edi Juharna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ayahku Penjaga Laut

Ayahku Penjaga Laut

Cerpen Eddi Koben

Pagi ini, di sekolah Rama tampak murung. Sudah seminggu ini dia tampak kurang bersemangat. Ia masih memendam kecewa pada ayahnya. Rasa kecewa itu terus bersemayam di diri Rama. Terlebih saat ia melihat teman-temannya di antar ke sekolah pakai sepeda motor. Ingin sekali Rama setiap hari diantar ke sekolah oleh ayahnya seperti teman-temannya yang lain.

Namun, hal itu sangat jarang dialami oleh Rama. Kalaupun ayahnya sedang ada di rumah, ia selalu disuruh pergi ke sekolah sendirian. “Kau sudah besar, Rama. Kau sudah mandiri. Tak perlu ayah mengantarmu ke sekolah. Lagi pula jarak sekolahmu tidak terlalu jauh.” Begitu kata ayahnya ketika suatu hari Rama merengek minta diantar ayahnya ke sekolah.

Rama adalah anak tertua, maka ia harus memberikan teladan yang baik bagi adik-adiknya. Meski usianya baru menginjak dua belas tahun, ia harus belajar menjadi anak yang lebih dewasa. Seperti pagi ini, ia kembali harus berangkat ke sekolah tanpa diantar oleh ayahnya. Sebab, sudah seminggu yang lalu ayahnya kembali ke tempat tugasnya.

“Selama ayah pergi, kamu jaga ibu dan adik-adikmu, ya!”

Begitu pesan ayahnya pada suatu malam seminggu yang lalu. Sebagai anggota polisi laut, ayahnya seringkali berpindah-pindah tempat tugas. Kadang ia bertugas di perairan laut Jawa, kadang Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua. Ia tak bisa menolak atau sekadar menawar untuk ditugaskan di wilayah perairan Jawa saja agar lebih dekat dengan keluarga. Tak bisa. Ini tugas negara. Ia harus patuh dan bersedia ditempatkan di mana saja di seluruh wilayah perairan Indonesia. Dan kali ini, ayahnya harus bertugas ke Sulawesi.

Rama sadar, tugas ayahnya memang tak gampang. Sebagai anggota polisi laut, harus bertanggung akan keamanan wilayah laut Indonesia dari berbagai gangguan dan ancaman. Semua orang tahu, wilayah perairan Indonesia sangatlah luas dan kaya akan keanekaragaman biota laut. Semua itu harus dijaga dan dicegah agar jangan sampai ada pencuri ikan dari negara luar atau dari gangguan para perompak. Ayah Rama harus siaga pasang badan jika ada gangguan datang mengancam kedaulatan wilayah NKRI. Ia harus berani bertarung jika menghadapi para perompak di tengah laut. Ia juga harus berani bertaruh nyawa ketika sedang mengejar kapal pencuri ikan yang memasuki wilayah perairan Indonesia.belum lagi kondisi cuaca yang kadang tidak bersahabat menjadi musuh tersendiri yang harus dihadapi ayah Rama selama bertugas. Ancamaan badai di tengah samudera bukanlah hal yang sepele. Semua harus dihadapi, semua harus ditaklukan. Semua itu ia lakukan karena tugas negara.

Malam itu Rama tak banyak berkata-kata. Semburat kesedihan jelas tergambar di wajahnya. Betapa tidak, ayah yang begitu dikaguminya belum lama bersama-sama dengan dia serta ibu dan adik-adiknya. Baru seminggu lamanya. Kini, ayahnya harus pergi lagi selama berbulan-bulan. Artinya, selama itu pula ia tak akan berjumpa dengan ayahnya. Ada perasaan bangga pada ayahnya sebagai abdi negara. Namun, rasa kecewa tak dapat disembunyikannya.

Ia merasa kedekatan dengan ayahnya selalu terbatasi oleh tugas yang mengharuskannya sering berpisah dalam waktu yang cukup lama. Ia terkadang iri pada kawan-kawan yang ayahnya selalu dekat bahkan seringkali mengantar ke sekolah dengan sepeda motor. Sementara Rama selalu dan selalu saja berangkat ke sekolah sendirian. Meminta ibunya untuk mengantar sungguh mustahil. Ibunya selalu sibuk mengurusi adik-adiknya yang masih kecil. Sungguh, di usianya yang masih belia, ia harus bisa menjadi sosok yang berani, mandiri, dan tidak cengeng menghadapi realita hidup.

Malam itu, setelah memeluk Rama, memeluk ibu, serta adik-adiknya, ayah Rama berangkat. Motor ojek yang sudah dipesan sudah menunggu di pekarangan, bersiap mengantarkan ayah Rama ke terminal bus AKAP. Malam itu, ia harus segera bergabung bersama kawan-kawan sesama anggota polisi laut di pelabuhan Tanjung Perak untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan kapal laut ke Sulawesi tempatnya kini bertugas. Rama hanya menatap kepergian ayahnya dengan perasaan haru. Ia tak tahu, kapan akan bertemu lagi dengan ayahnya.

***

Pagi ini di sekolah sudah mulai ramai. Rama sudah selesai menyapu halaman kelasnya. Beberapa menit lagi bel tanda masuk akan berbunyi. Rama langsung bergegas masuk ke dalam kelas tanpa harus menunggu bel berbunyi. Benar saja, tak lama kemudian bel tanda masuk berbunyi. Seluruh siswa berebutan masuk sebelum guru yang mengajar pada jam pertama datang.

“Perhatian…!!!” Rama berteriak memberi komando. “Seluruhnya, berdoa dalam hati…. Mulai!”

Seluruh siswa kelas 6 SD Harapan Mekar berdoa sebelum memulai pelajaran. Rama yang bertindak sebagai ketua kelas khusyuk memimpin kawan-kawannya berdoa. Dalam hati, ia mendoakan keselamatan ayahnya yang sudah seminggu pergi bertugas. Ya, baginya mendoakan ayah lebih penting daripada mendoakan dirinya sendiri. Rama selalu percaya bahwa ayahnya pasti selalu mendoakannya. Maka, Rama merasa harus membalas doa ayahnya dengan cara balik mendoakannya.

“Berdoa selesai!” Teriak Rama kemudian.

Tak lama Pak Wagiman, guru kelas 6 datang. Anak-anak langsung memberi salam setelah diberi komando oleh Rama sang ketua kelas. Pak Wagiman segera memulai pelajaran. Ia tampak sigap mengeluarkan gulungan kertas karton dari dalam tasnya. Anak-anak penasaran, apa gerangan yang akan ditunjukkan oleh Pak Wagiman pada pelajaran kali ini.

Sebagai guru yang sudah berpengalaman mengajar, Pak Wagiman seringkali membawa sesuatu yang akan diperlihatkan kepada murid-muridnya sebelum memulai pelajaran. Minggu lalu Pak Wagiman membawa dua buah wayang kulit. Yang satu Semar, dan yang satu lagi Petruk. Pak Wagiman begitu piawai menerangkan materi mengenai ragam budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, salah satunya adalah wayang.

Rama masih ingat, dua minggu yang lalu Pak Wagiman juga membawa semacam roket yang terbuat dari botol bekas air mineral. Saat itu, Pak Wagiman mengajak para murid untuk sama-sama menerbangkan roket buatan itu dengan bantuan pompa ban sepeda. Anak-anak bersorak begitu roket berhasil meluncur ke udara dan mendarat di ujung lapangan upacara. Saat itu pun anak-anak antusias mengikuti ajakan Pak Wagiman untuk sama-sama membuat roket air dari botol plastik.

Begitulah, seorang guru kreatif selalu memiliki berbagai cara agar murid-muridnya mau belajar. Dan sosok cerdas serta kreatif itu ditemukan pada sosok guru bernama Pak Wagiman. Rama begitu senang punya wali kelas seperti Pak Wagiman.

Dan kali ini, Pak Wagiman kembali membawa sesuatu. Gulungan kertas karton itu perlahan dibukanya lalu direntangkan. Anak-anak masih terpana memperhatikan guru hebat itu.

“Rama, bisa bantu bapak?”

“Baik,Pak!”

“Tolong kamu pegangi kertas karton ini dan tempelkan di papan tulis!”

Rama bergegas menuruti perintah gurunya. Pak Wagiman mengambil paku payung dari dalam tasnya. Segera ia tancapkan beberapa paku payung di tiap sudut karton yang dibentangkan Rama. Selesai. Tampak gambar peta wilayah Indonesia pada bentangan kertas karton itu.

Pak Wagiman kembali menghampiri tasnya yang ia letakkan di atas meja guru. Tangannya merogoh ke dalam tas. Sebuah maianan berbentuk perahu motor ia keluarkan dari dalam tasnya. Tak hanya itu, sebuah patung plastik berukuran sebesar jari tangan orang dewasa ia keluarkan pula. Rupanya itu mainan anaknya yang masih TK. Sebuah patung mirip polisi, lengkap dengan topi baret dan seragamnya.

“Anak-anak, kalian tahu apa yang bapak bawa ini?” tanya Pak Wagiman.

“Perahu motor, Pak!” teriak seorang anak.

“Patung polisi, Pak!” teriak yang lainnya.

“Wah, itu bapaknya Rama, Pak!” teriak yang lainnya lagi dari belakang. Beberapa siswa meledak tawanya seraya menoleh ke arah Rama. Rama hanya terdiam. Rasa malu mulai hinggap di diri Rama. Ayahnya menjadi bahan tertawaan kawan-kawannya.

“Ya, sudah-sudah. Kalian semua betul, bapak membawa peta ini lengkap dengan mainan perahu motor dan patung polisi,” sergah Pak Wagiman menghentikan ocehan murid-muridnya. “Kira-kira kalian paham tidak apa tujuan bapak membawa benda-benda ini?” lanjutnya sambil menatap muridnya satu per satu.

Anak-anak terdiam. Mata mereka masih tertuju pada peta di di papan tulis serta mainan perahu motor dan patung polisi yang dipegang Pak Wagiman. Sunyi. Anak-anak terdiam. Mereka tampak kebingungan. Apa maksud Pak Wagiman membawa peta dan mainan-mainan itu.

“Baiklah anak-anak, kali ini bapak akan menerangkan materi mengenai kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Pak Wagiman merasa sudah di atas angin dan berhasil mengajak para siswanya untuk larut pada materi pelajaran yang akan diterangkannya.

Dengan piawai, Pak Wagiman menerangkan materi pelajaran IPS. Hanya berbekal sebuah peta dan beberapa mainan, ia berhasil mengajak seluruh muridnya berinteraksi dalam materi yang diajarkannya.

Anak-anak begitu terpesona saat Pak Wagiman menceritakan sebuah kisah pengejaran kapal asing yang memasuki wilayah perairan Indonesia. Tangan Pak Wagiman begitu cekatan memperagakan kedua mainan berbentuk kapal motor dan patung polisi sambil bercerita. Pak Wagiman memulai kisahnya dengan menceritakan kedatangan sebuah kapal berbendera asing ke wilayah perairan Indonesia.

Kapal berbendera asing itu tertangkap radar tengah memasuki wilayah Indonesia. Seorang anggota polisi laut yang berada di menara pemantau segera mengambil teropong untuk melihat lebih jelas kapal asing yang dimaksud. Benar saja, sebuah kapal berbendera salah satu negara tetangga tengah memasuki wilayah laut Indonesia. Seorang komandan polisi laut segera memerintahkan anak buahnya untuk mendekati kapal asing itu.

Kapal motor bertuliskan POLISI dan berbendera merah putih segera bergerak mendekati kapal asing itu. Semakin lama, kapal asing itu tampak semakin jelas terlihat. Beberapa awak kapal tampak sibuk bersembunyi dan masuk ke dalam lambung kapalnya. Komandan patroli segera memerintahkan anak buahnya memasuki kapal asing itu begitu jarak kedua kapal semakin rapat. Beberapa anggota polisi laut lengkap dengan senjata di tangan sigap memasuki kapal asing itu. Mereka menodongkan senjata ke arah ruangan kapal. Beberapa anak buah kapal yang kedapatan sedang bersembunyi langsung mengangkat tangannya. Mereka diminta untuk menunjukkan dokumen-dokumen kapal. Sayang, tak ada satu pun anak buah kapal tersebut yang memahami bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Maka, para anggota polisi laut Indonesia segera menyeret para anak buah kapal asing itu untuk memasuki kapal patroli Indonesia. Tanpa perlawanan, seluruh anak buah kapal asing itu langsung diamankan dan dibawa ke kantor polisi laut Indonesia untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

“Ternyata anak-anak, kapal asing itu adalah kapal pencuri ikan yang sering beroperasi di wilayah perairan Indonesia,” pungkas Pak Wagiman mengakhiri ceritanya.

Anak-anak tampak senang mendengar cerita Pak Wagiman. Di antara puluhan murid di kelas itu, tampak Rama yang paling antusias menyimak cerita yang dikisahkan Pak Wagiman. Sepanjang Pak Wagiman bercerita, Rama terus membayangkan wajah ayahnya. Bahkan, ia membayangkan ayahnya sebagai salah seorang tokoh anggota polisi laut dalam cerita Pak Wagiman. Rama benar-benar hanyut dalam fantasi yang disodorkan Pak Wagiman. Bayangan wajah ayahnya terus berkelebat di pelupuk mata. Diam-diam rasa bangga itu kembali membuncah di dada Rama. Ayahnya, seorang anggota polisi laut berhasil menangkap kapal asing pencuri ikan.

***

Matahari sudah tegak lurus dengan tanah. Seluruh siswa SD Harapan Mekar berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing begitu bel tanda pulang berbunyi. Di antara ratusan anak itu, tampak Rama berjalan tergesa. Ia ingin segera sampai di rumah. Ia ingin bercerita pada ibunya tentang ayah, tentang pelajaran hari ini dengan Pak Wagiman. Rama ingin segera memeluk dan mencium foto ayah yang dipajang di dinding rumahnya. Kini, tak ada rasa kecewa, tak ada rasa malu yang menghinggapi Rama. Yang ada hanyalah rasa bangga pada ayahnya. Ya, Rama bangga ayahnya seorang penjaga laut Indonesia.

“Maafkan Rama, Ayah! Rama janji akan menjadi anak yang mandiri dan pemberani seperti ayah.” Foto ayahnya ditatap lekat-lekat, lalu diletakkannya lagi di dinding.***

Cimahi, 26 Februari 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pembelajaran yang bermakna, hingga membeikan kesadaran pada diri Rama tentang begitu pentingnya tugas dan tanggung jawab sang ayah.

10 Apr
Balas

Inspiratif

14 Sep
Balas

Yes... itu pesan yang ingin saya sampaikan pada anak-anak yang jauh terpisah dari ayahnya karena urusan pekerjaan. Terima kasih tanggapannya, Bu Nur. Salam kenal...

10 Apr
Balas



search

New Post