AKU JUGA MANUSIA
Cerpen Edy Salahudin
Aku Juga Manusia
Cerpen Eddy Salahuddin
“Stupid! Stupid!” Hatiku geram, pikiranku kacau, aku berontak dengan situasi yang tidak adil ini. Mengapa semuanya berantakan begini? Cita-cita orang tuaku sirna sudah. Jiwaku lelah dengan segala keadaan yang aku hadapi. Aku tak lagi bersemangat untuk meneruskan kuliah.
Orang-orang yang selama ini kukenal menjadi asing di mataku. Ibuku, ayahku, teman kampusku, menjadi sosok aneh yang seolah siap memangsaku. Aku merasa dikucilkan dari lingkungan mereka. Aku dibuang ke jurang dalam yang penuh semak belukar, batu cadas yang tajam, duri yang yang menghujam.
Tempat yang membosankan ini telah membuat aku terpisah dengan dunia mudaku. Aku tak lagi bisa sekadar menongkrong di kedai kopi, atau berkaraoke dengan sahabat sejati. Tempat yang kuanggap semakin membuat jiwaku semakin sakit.
Dokter kejiwaan mengatakan bahwa aku terkena depresi. Tapi, aku tak merasa demikian. Aku merasa bahwa aku baik-baik saja. Aku masih bisa berbicara, tertawa dengan semaunya. Kepalaku memang terasa tertekan beban yang sangat kuat.
Ruangan putih dengan suasana sepi mencekam ini telah kutempati dua bulan terakhir. Bangunan kokoh dengan petugas yang tak kekenal sama sekali ini memperlakukan aku dengan baik. Mereka ramah sekali. Aku saja yang tak mengerti mengapa aku disambut dengan keramahtamahan mereka.
Di ujung lorong tempatku tertulis ruang Teratai. Ruangan yang cukup besar dengan fasilitas tempat tidur bersih, dengan kasur dan bantal yang selalu diganti setiap minggu.
“Bodoh! Bodoh!” umpatan keluar dari mulutku.
Aku ingat sekali kata-kata itu yang sering kudengar dari dosen killer di kampus yang pernah menerimaku beberapa tahun lalu. Kampus itu kini telah kutinggalkan dengan sejuta kenangan. Di tempat itu seharusnya aku mendapat pendidikan dan pengalaman yang baik. Akan tetapi, ternyata kenyataan tak selalu seindah harapan.
“Rama, ayo makan dulu, ya! Nanti kita bercanda lagi. Jangan lupa minum obat supaya kamu cepat sehat!” Andini, perawat penjaga setiap hari menemaniku mengisi hari-hari di sini.
“Nggak mau, aku kenyang. Aku tidak lapar. Aku mau bermain-main saja. Ibu makan saja sendiri makanan itu.”
“Baik, kalau kau tak mau makan, Ibu akan telepon orang tuamu, ya!”
“Jangan, nanti aku dimarahi Sonya!”
“Siapa Sonya? Dia pacarmu ya, Rama?”
“Dia sudah gila mengantar aku ke sini!”
“Siapa dia, Rama? Apa yang dilakukannya kepadamu?”
“Dia mengira aku gila. Padahal dialah yang gila. Aku minta dikirimi underwear, dia malah ketawa. Gila nggak!”
Perawat Andini tersenyum mendengar omelanku. Kasihan pikirnya, anak muda yang kehilangan akal sehatnya ini harus menerima nasib tragis. Aku melihat reaksi perawat itu dengan datar. Dia memang begitu perhatian kepadaku sejak aku berada di rumah sakit jiwa ini.
Ceritanya sangat memilukan. Aku pun tak percaya jika semuanya bisa berakhir dengan menyedihkan. Semuanya berawal dari sebuah putusan sepihak tanpa kompromi.
Putusan untuk kuliah di fakultas kedokteran bukanlah kehendak murni dari dalam hatiku. Akan tetapi, lebih kepada keinginan untuk menyenangkan orang tuaku yang berharap anaknya nanti menjadi dokter. Setelah menamatkan SMA di kotaku, aku mendapatkan kesempatan kuliah ke Kota Semarang dan mendapatkan fakultas sesuai keinginan orang tuaku. Ya, jadilah aku seorang mahasiswa kedokteran.
Hari-hari pertama berada di kampus yang baru ini masih membutuhkan penyesuaian yang ekstra. Aku melalui masa pengenalan lingkungan kampus (OSPEK) dengan biasa-biasa saja. Berkenalan dengan teman-teman dari berbagai daerah dan latar belakang keluarga. Kakak tingkat yang sok galak juga menambah rasa ketidaknyamananku di tempat baru ini. Aku mencoba beradaptasi dengan semua itu. Meskipun ada saja yang menggangu hati dan pikiranku.
“Hai, aku Lisa. Kenalan ya!” suara itu menyapaku ramah.
“Eh, hai juga. Aku Rama dari Pulau Timah.” Jawabku juga mencoba ramah.
“Pulau Timah? Di mana pulau itu, ya?” Lisa penasaran.
“Belum pernah dengar, ya. Pulau tempat aku lahir dan dibesarkan. Pulau yang dikenal dengan Bumi Laskar Pelangi. Pernah dengar novel Laskar Pelangi?” tanyaku memancingnya.
BERSAMBUNG....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
cerpen yang menarik sekali. larut dalam.alur ceritanya
alhamdulillah, makasih
Suka ceritanya..lanjuut
siap
keyeennn nek meluncat rasa e... hhehe
wadidau
Cerpen yg menarik, lanjut...
siap
Seru pak..
oke, makasih