edi kusmaya

Lahir di Kota Wisata Kabupaten Pangandaran Ciamis Jawa Barat. Dari pasangan, almarhum keluarga petani Hj. Rohayati dan Rusmana. Ayahanda seorang seniman, maka d...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ciptakan Suasana Belajar yang “Menyenangkan”

Menghadapi derasnya arus informasi melalui berbagai kecanggihan teknologi, banyak hal penting yang menuntut para guru harus meningkatkan profesionalisme. Tuntutan tersebut antara lain, anatara lain;

Pertama, guru, kini bukan satu – satunya sumber informasi. Cerita siswa dalam hal – hal tertentu lebih mengetahui terlebih dahulu dari gurunya, bukan mengada – ada, khususnya di perkotaan. Membanjirnya media informasi yang semakin canggih, sudah tidak ati lagi dielakan. Bahkan alat super canggih seperti, ating, hanphone, smartphone, gadget, ipad sudah mampu dijadikan mitra belajar, yang siap setiap saat manakala kita membutuhkanya.

Kedua, siswa sekarang pada umumnya lebih cerdas dan kritis, sebagai dampak perbaikan tingkat kesehatan dan gizi masyarakat. Ketiga, ledakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), telah merambah terhadap semua sendi – sendi kehidupan manusia, tidak terlepas dalam dunia pendidikan. Trend kecanggihan teknologi tersebut, tiap saat terus bergerak dengan cepat, jauh melebihi kecepatan perkembangan pendidikan.

Peran Guru

Ada satu hal menarik dari sekian persoalan yang dihadapi guru masa kini terlebih di masa ating, yaitu kecenderungan tidak lagi mengajar tetapi belajar. Salah satu pakar sejak tahun 1988 Torsten Husen mengatakan, “Murid – murid tidak belajar dari guru, tetapi belajar atas dasar ating yang berada dalam diri mereka sendiri”. Pendeknya tugas guru hanyalah menciptakan suasana menyenangkan (kondusif, produktif dan dinamis) yang memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal. Asumsinya mereka tidak hanya dipandang sebagai objek, akan tetapi harus dipandang sebagai subjek belajar. Hingga antara yang dididik dan guru, terjalin hubungan timbal balik, dimana para pengajar lebih banyak menempatka sebagai pembimbing (ngemong, istilahnya Ki Hajar Dewantoro). Di sini berarti bahwa guru harus terus belajar untuk meningkatkan kualitas profesionalisme.

Realisasi gagasan ini sudah lama dihembuskan dalam dunia pendidikan formal, meski begitu tidak berarti atin untuk dibicarakn kembali. Kita mengenalkanya dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), yang barangkali akan lebih tepat dikatakan cara belajar semua aktif. Artinya bukan hanya siswa yang harus aktif, tetapi semua pihak terutama para gurunya. Model-model pembelajaran, akan terus dikembangkan dan berkembang, sesuai tuntutan dinamika kemajuan kehidupan dan peradaban manusia. Konsekwensinya, kurikulum pun akan terus mengalami pembaharuan. Sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Kurikulum 13 (K.13).

Bagaimana menciptakan suasana belajar yang menyengkan (optimal), baik secara teoritis maupun praktis. Tulisan ini merupakan salah satu yang diharapkan dapat menambah perbendaharaan guru dalam meningkatkan kualitas pekerjaanya. Paling tidak ada 4 (empat) yang harus diperhatikan secara seksama :

Pertama, guru harus mampu membuka “jendela pikiran siswa”, sehingga “ating segar” dapat dengan leluasa masuk ke dalamnya. Artinya belajar bukan sekedar pemindahan (transformasi) pengetahuan, di mana mereka hanya dianggap bejana kosong yang siap menampung apa saja dari pikiran guru. Tapi guru harus menjadi atingry dan motivator bagi siswa. Berikan mereka harapan harapan dan ating, bahkan mimpi-mimpi seperti dalam kisah Laskar Pelangi. Bukan hanya sekedar menjelali dengan segudang Informasi. Pengetahuan memang penting, namun jauh lebih penting lagi bagaimana menghubung – hubungkanya, sehingga memberi arti dan manfaat nyata. Seni merangkai itulah yang harus dimiliki guru sekaligus diberikan kepada murid. Jadi jangan sampai terjadi penumpukan pengetahuan dengan hapalan – hapalan, tanpa pengertian sama sekali, yang hanya akan menjadi beban pikiran murid.

Kedua, guru harus membantu anak didik dalam menemukan “keindahan” dalam belajar. Sehingga mereka terhindar dari rutinitas dan kebosanan selama belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Cara – cara yang biasa dilakukan oleh kebanyakn guru di tanah air, antara lain dengan menyajikan materi secara menarik dan penampilan yang humoris. Sederhananya bagaimana agar mereka merasa senang belajar, sehingga mendapat kepuasan. Kepuasan inilah yang akan mampu memelihara serta meningkatkan motivasi belajar.

Cara menguji apakah belajar di sekolah sudah menyenangkan. Mudah, lihat dan perhatikan ating spontan siswa, ketika memberi pengumuman, “Anak-anak, besok libur, karena bapak ibu guru akan mengikuti rapat di luar kota”. Apabila sebagian besar mereka menjawab, “Asyiiiiiiiiiiiik, libuuuuuuuur, yeeeeees”. (Dengan ekspresi yang sangat-sangat senaaang). Makan dipastikan belajar atau suasana di sekolah belum menjadi rumah kedua bagi mereka. Bahkan tidak mustahil, belajar di sekolah masih menjadi beban psihis dan fisik. Kontroversi guru memberikan PR (Pekerjaan Rumah), apakah sesuatu yang menyenangkan ?

Ketiga, guru selalu berupaya menjadi “sporter” yang baik. Sebab bagaimana pun murid tetap memerlukan semangat belajar. Memberikan perhatian secara seksama terhadap hal – hal kecil secara individu dan kelompok, adalah salah satu contoh yang kelihatan sederhana dalam memberikan motivasi. Kalau mau jujur, kadang kita masih pelit untuk memuji, namun kalau mengkritik oooh jangan atin. Kenyataanya menunjukan, anak – anak butuh perhatian yang bersifat pribadi bukan saja dari orang tua akan tetapi dari para guru. Apalagi bagi remaja, sering menghadapi berbagai masalah yang pada giliranya akan berpengaruh pada belajarnya. Di sinilah diperlukanya peran BP (Bimbingan Penyuluhan), namun berdasarkan analisis sementara, pada umumnya BP di sekolah formal belum berjalan seperti yang diharapkan. Banyak ating sebagai penyebabnya , antara lain jumlah staf BP masih terbats, belum ada ketentuan khusus pelaksanaan BP di sekolah, dan anggapan pada sebagian besar sekolah, bahwa pekerjaan BP ati dirangkap oleh wali kelas.

Keempat, guru harus menanamkan suatu kepercayaan pada diri murid, bahwa apa yang telah, sedang, dan akan dipelajari benar – benar memberikan manfaat bagi kehidupan sekarang serta di masa ating. Keragu – raguan sekaligus ketidak jelasan tujuan belajar, hanya akan mengurangi motivasi belajar siswa. Sebagai catatan tambahan, biasakan anak berlatih berfikir secara rasional, kritis, integrative dan selalu berorentasi ke masa depan.

Pelayanan

Bicara soal kiprah para pendidik, tentu tertumpu pada seberapa jauh ia mampu memberikan pelayanan terbaik pada anak didik. Di sisi lain pelayanan seorang guru, secara langsung memperlihatkan loyalitas terhadap profesi. Walaupun dalam pelaksanaanya tidak mudah, karena guru pun secara bersamaan dihadapkan pada berbagai kendala yang langsung atau tidak berpengaruh pada pekerjaanya. Bersyukur jaman now sangat jauh berbeda dengan kondisi jaman old, penghargaan pemerintah terhadap profesi guru, sudah jauh lebih baik seperti sertivikasi dll. Oleh karena dengan peningkatan kesejahteraan tersebut, sudah selayaknya dapat lebih meningkatkan lagi kualitas layanannya.

Meski meningkatkan kuliatas pendidikan merupakan tanggung jawab semua. Seluruh komponen agar terus mendorong para guru lebih focus dalam memberikan layanan kepada siswa. Tidak disibukan dengan urusan-urusan yang tidak ada kaitannya langsung dengan tugas dan fungsi pokokonya sebagai pendidik.

*Penggiat pendidikan di Tangerang Banten

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren sekali pak tulisannya. Barakallah...

23 Feb
Balas



search

New Post