edi kusmaya

Lahir di Kota Wisata Kabupaten Pangandaran Ciamis Jawa Barat. Dari pasangan, almarhum keluarga petani Hj. Rohayati dan Rusmana. Ayahanda seorang seniman, maka d...

Selengkapnya
Navigasi Web
NAFSU BELANJA MENJELANG LEBARAN
Suasa Belanja Menjelang Lebaran

NAFSU BELANJA MENJELANG LEBARAN

NAFSU BELANJA MENJELANG LEBARAN

Oleh : Eddy Koesmaya

Pengasuh Komunitas 4-B

Semakin dekat lebaran, nafsu belanja semakin terlihat. Toko pakean misalnya, sudah dipadati pembeli. Super market laris manis, diborong konsumen. Pengunjung berjubel di mall mall dan pusat perbelanjaan lainnya. Tensi membeli akan semakin meningkat tajam, menjelang hari H. Bahkan biasanya di beberapa tempat favorit mengabiskan isi dompet, berdesak-desakan hingga berjalan pun sulit.

Rupanya dalam hal mengendalikan nafsu yang satu ini, masih terasa berat bagi sebagian besar dari kita. Padahal seyogyanya di setiap mengisi bulan suci, saatnya berhemat, bagian pembelajaran dan latihan pengendalian diri dari sifat konsumtipisme.

Beban ?

Bagi kaum elit (ekonomi sulit) ditambah lagi dengan sikap belum mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan, lebaran bisa jadi malah menjadi beban. Sebenarnya, tidak ada ketentuan belanja untuk lebaran, memakai pakean baru saat Idul Fitri misalnya. Namun begitu kuatnya kebiasaan, saat lebaran segalanya harus terlihat mantap. Kalau perlu perhiasan, asesoris dan pernak-pernik lainnya dipake, seperti toko berjalan, heee ...

Merayakan kebagiaan ber-lebaran, seyogyanya tetap dalam bingkai kesederhanaan. Meski “sederhana” sifatnya relative. Kita sendiri yang memberikan arti. Bagaimana memanai berlatih sederhana selama kita beribadah Romadlon, dengan segala keberekahan di dalamnya.

Belum lagi trend harga-hara terutama sembako, biasanya ditandai dengan kenaikan harga. Sementara kebutuhan dan keinginan bukan makin berkurang. Justru malah naik, kadang tidak terkendali. Seharusnya selama satu bulan, kita dilatih menahan diri dari sifat konsumerialisme.

Mamin

Begitu juga, konsumsi makanan dan minuman saat bulan puasa berkurang ? Atau setidaknya tetap seperti di hari-hari biasa? Sepertinya malah meningkat. Tadinya tidak ada makanan pembuka, seperti kolak atau kurma. Saat buka harus ada. Begitu juga saat bukan bulan puasa, menu makanan cukup satu dua jenis. Kini meja makan penuh dengan makanan ringan dan berat. Malah sering bersisa.

Kewajiban ?

Terima atau tidak, terlihat pemenuhan barang dan jasa menjadi tekanan. Belum lagi, harga biasanya mengalami peningkatan. Bagi masyarakat kecil berpenghasilan pas-pasan, dan belum bisa mengendalikan keinginan. Bulan Ramadhan bisa jadi bukan mendatangkan keberekahan. Tapi membuat dalam tanda petik ; pen-de-ri-ta-an.

Betapa tidak, tuntutan akan membuat persoalan tersendiri. Karena semua anggota keluarga cenderung terbiasa HARUS mendapatkan sesuatu serba baru mulai dari pakaian, asesoris hingga kendaraan. Tidaklah berlebih, intensitas kejahatan biasa juga meningkat. Semua itu terkesan, menjadi suatu hal menjadi bentuk kewajiban. Bagi mereka yang berkecukupan, tentu lebaran menjadi hal yang sangat menyenangkan. Tidaklah demikian bagi golongan ekonomi lemah.

Ritual

Lebaran memang menjadi fenomena tersendiri di negeri ini. Kultur khas Bangsa indonesia, sulit dipisahkan dengan ibadah, khsususnya bagi mayoritas umat Islam. Kita bisa melihat dari berbagai sisi, tentu dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Banyak sisi positifnya, membangun siraturahmi antar saudara, tetangga, rekan sejawat bahkan dengan sesama saudara lain agama. Peredaran uang dari wilayah perkotaan ke daerah, cuku tinggi. Tentu pendistribusian lebih merata, meskipun incidental.

Pusat-pusat wisata seperti Pantai Pangandaran, Carita, Puncak, Sukabumi dan wilayah lainnya mendapat imbas ekonomi. Derap perekonomian bergerak sangat dinamis, karena prilaku konsumtif kita sangat terlihat.

Catatan

Tulisan ini hanya sekedar, pemikiran barangkali ada sisi lain yang perlu kita pikirkan tentang pola sikap, konsumtif dalam diri kita masing-masing. Belajar memisahkan antara keinginan dan kebutuhan. Mengendalikan keinginan, saat lebaran datang. Sedikit upaya mengikis sifat konsumtif dalam diri. Tidak ada salahnya bukan ?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post