Edi Kuswandi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

TANTANGAN Sekolah terdampak Bencana

Menjadi guru di sekolah terdampak bencana sangat menantang. Mengapa menantang, ya karena kondisi sekolah rusak berat, nyaris semua ruang belajar tidak dapat digunakan, ditambah lagi sekolah belum memiliki sarana dan prasarana yang cukup.

Saya merupakan salah satu tenaga pendidik disekolah terdampak bencana. Sedikit saya bercerita tentang tempat tugas saya. Di sekolah ini belum memiliki kantor, ruang guru, ruang kepala sekolah dan ruang tenaga administrasi. Aktivitas kantor dilakukan di ruang laboratorium IPA, disinilah kegiatan percakapan dan persiapan guru mengajar dilakukan. 

5 unit ruang kelas rusak berat terdampak bencana gempa bumi 28 September 2018, 2 Tahun lalu. Sehingga ruang kelas ini tak dapat digunakan. Proses belajar dilakukan di ruang belajar sementara merupakan program  bantuan dari kementrian PUPR pada saat itu yang terdiri dari 6 unit RBS.

Ruang Belajar Semenara (RBS); tantangan proses belajar

Mengajar di RBS memang sangat menantang. Mengapa menantang? karena ruangan ini terasa panas. Apalagi sekolah kami berada dilintasan garis katulistiwa. Diperlukan metode dan strategi tersendiri. Melangsungkan proses belajar jam 11.00 s/d 14.00 sungguh luar biasa. Disinilah kemampuan seorang guru diuji. Dimana guru harus melaksanakan proses belajar menarik dan berkesan dengan kondisi ruang yang panas. Namun bagi kami, hal itu tidak menjadi alasan untuk mengurangi semangat kami melakukan proses belajar.

Tantangan lain mengajar di sekolah ini adalah rasa trauma yang dimiliki siswa dan masyarakat pada umumnya. Sering terjadi fenomena siswa tidak hadir karena melihat kondisi awan yang gelap, atau ombak air laut yang besar. Apalagi jika terjadi gempa meski berkekuatan kecil misalnya 3,0 maka banyak anak anak kami tidak bersekolah Karena dilarang orang tuanya. 

Bersyukur ditempat kami pernah dilakukan trauma healing yang dilaksanakan oleh IGI bekerjasama dengan organisasi dari Jerman. Sehingga rasa trauma itu semakin lama semakin berkurang. Sebagai sekolah terdampak bencana tentu kami harus mampu menghadirkan pendidikan tanggap bencana, sehingga anak anak kami mampu menghadapi situasi kebencanaan.

Di tahun 2020 ini kami sudah bangkit, kami sudah kuat. Anak anak sudah melangsungkan proses belajar seperti sedia kala, meskipun masih berlangsung di RBS,  Namun kami berharap pemerintah segera memperhatikan sekolah terdampak bencana. Kami juga ingin merasakan proses belajar ditempat yang aman dan nyaman. Karena tempat yang aman dan nyaman sangat mempengaruhi efektivitas proses belajar.

Kami berharap pemerintah segera membangun kembali sekolah dan ruang kelas rusak berat. Sehingga kami dapat belajar dengan baik. Sampai saat ini tahun 2020 sekolah kami belum mendapatkankan bantuan renovasi pembangunan sekolah. Proposal telah kami ajukan, semoga segera ditindak lanjuti, atau mungkin memang ini pelajaran bagi kami agar lebih bersabar dalam mengawal generasi emas dimasa depan.

#Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke-2.

Palu, 12 Maret 2020

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren kawan... Ayo semangat nulis. Selamat datang di Gurusiana

12 Mar
Balas

Trmksih kawan, masih harus banyak belajar lagi inii. Heee

12 Mar
Balas



search

New Post