Edi Martani

Menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, maka sebelum menulis siapkan cemilan secukupnya. Agar betah menulis sampai cemilan habis. Alumni...

Selengkapnya
Navigasi Web
Awas, Anak Bisa Jadi Koruptor (Tantangan Menulis hari ke 20)
Sumber http://jadiberita.com

Awas, Anak Bisa Jadi Koruptor (Tantangan Menulis hari ke 20)

Seorang anak duduk termenung di depan rumah. Dengan tatapan tajamnya, ia memandang kupu-kupu yang berterbangan di antara bunga-bunga yang sedang mekar. Didekatinya kupu-kupu itu, sekali lagi ia pandangi penuh selidik.

Penasaran dengan tingkah laku kupu-kupu tersebut, sebenarnya apa yang dilakukannya? Rupanya kupu-kupu tengah mengisap nektar yang ada pada kelopak bunga tersebut.

Kejadian tersebut dapat dinikmati, tanpa anak kita harus keluar rumah. Suasana semu yang disaksikan anak tersebut telah tersedia dalam HP yang kita miliki. Tanpa susah-susah anak harus beranjak dari tempat tidurnya.

Anak pun disodori dengan aneka permainan, bukan permainan tradisional tentunya. Bahkan bukan pula permainan nyata, melaikan permainan yang cukup digerakkan dengan jari tangan.

Sebenarnya, pemandangan sekitar, kupu-kupu dan bunga bisa dilihat anak. Tidak usah jauh-jauh, cukup ke samping atau depan rumah.

Sebenarnya anak kita dikenalkan dengan permainan-permainan baru, namun cukup dimainkan dengan jari tangan. Banyak perminan yang bisa dilakukan di luar rumah, seperti lompat tali, congklak, benthik dan sebagainya.

Namun kenyataannya, kita lebih memilih anak kita bermain di dalam rumah, agar terhindar dari sifat dan tingkah laku teman sebayanya yang kurang baik. Kita lebih memilih anak kita agar tidak berkotor-kotor karena bermain di luar rumah.

Akhirnya, anak kita lebih memilih bermain HP. Dari asing menjadi biasa, dari gaptek menjadi lihai. Hingga akhirnya menjadi kecanduan. Sebagus apapun aplikasi permainan yang ada di dalam HP, sedikit banyak ada efek yang tidak bagus bagi anak.

Secanggih apapun HP kita, tanpa internet tidak akan menampilkan berbagai permainan dengan maksimal. Anak kemudian tidak hanya bermain dengan HP, namun juga telah belajar sesuatu yang tidak harus dilakukan.

Awalnya anak kita meminjam HP kita di dalam rumah, paket data pun sebenarnya cukup. Namun kecanggihan dan kecepatan permainan terus dikembangkan. Tidak cukup dengan paket data, yang kita beli. Anak kemudian ke luar rumah, untuk mencari penyedia wifi gratis maupun berbayar. Di situlah anak berkumpul dengan teman senasib sepermainan, namun beda level permainan. Akhirnya pembelajaran pun dimulai, sementara durasi waktu terus bertambah.

Tidak cukup dengan uang saku yang kita berikan, sekali dua kali ia merelakan tidak jajan, asal bisa "ngenet". sehari dua hari berjalan normal. Namun lapar dan keinginan untuk menguasai level permainan, mulailah dengan cara-cara yang tidak baik. Mulai minta tambah uang jajan sekolah, iurang kelas, iuran kelompok dan sebagainya.

Tipuan pertama berjalan mulus, namun ungkapan serapat-rapatnya menutup bau, lama kelamaan terbongkar juga berlaku di sini. Anak kita mulai melancarkan operasi tas dan kantong baju kita. Sekali dua kali, kita tidak menyadarinya.

Sepandai-pandai tupai melompat, suatu saat gagal juga. Kita memergoki anak kita melancarkan operasinya, dan kita dibuat kaget. Dengan berbagai alasan yang dibuatnya, sebagian besar tidak masuk akal.

Ingatlah kita dengan ungkapan "seorang pembohong akan menutupi kebohongannya dengan kebohongan baru. Harapan kita itu bukan ungkapan untuk anak kita. Anak kita masih baik-baik saja. Hingga kemudian terdengar kabar yang tidak sedap.

Anak kita meminjam HP temannya ketika belajar kelompok. Ah itu kan biasa. Namun kemudian menjadi luar biasa, ketika meminjamnya tidak ijin pelimiliknya, bahkan dalam waktu beberapa hari. Terus kalau begini apa namanya?

Ketahuan anak kita pelakunya, apakah yang bisa kita lakukan? Marah-marah? Ngamuk-ngamuk? Atau menyiksa anak kita dengan membabi buta? Jangan sampai kita kalap.

Kita urai permasalahannya dari awal. Kita putuskan permasalahan ini sebelum terlambat. Agar tidak meluas dan menjadi pengalaman kelak ketika ia dewasa. Ketika suatu saat ia memperoleh pekerjaan yang baik. Ketika kesempatan berbuat tidak baik itu ada. Sementara pengalaman tidak baiknya telah membekas dalam dirinya.

Akhirnya kita hanya bisa pasrah, dengan keadaan anak kita. Namun setidaknya, kita mulai berpikir untuk merubah pola didik

Magelang, 03-02-2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadikan hp sebagai cara untuk memperkaya pengetahuan dan menumbuhkan gairah tulis menulis

03 Feb
Balas

Sip, sementara anak menggunakan HP untuk ngegame

03 Feb



search

New Post