Edi Martani

Menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, maka sebelum menulis siapkan cemilan secukupnya. Agar betah menulis sampai cemilan habis. Alumni...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kecupan itu Mendarat di Pipiku (Tantangan Menulis hari ke 15)

Hari ini perasaan saya sungguh tidak karuan. Betapa tidak, dengan kegiatan yang super padat hampir saja tantangan menulis terhenti pada tangga ke-14. Untung saja malam ini saya buka-buka catatan di note saya. Ternyata tantangan ke 15 belum saya tulis.

Tentu bukan karena tidak punya ide, atau juga bingung mau nulis apa. Terus terang saja, saya selalu punya ide. Bagi saya, untuk mendapatkan ide cukup membalikkan nama depan saya. Mudahkan? Itulah hebatnya nama Edi.

Sepulang saya dari sekolahan, saya tidak sempat mampir-mampir. Kebetulan sudah sore, dan masih punya tanggungan meransum si Emoy.

Sebelum pulang tadi saya sempat mendapat kabar bahagia dari istri saya. Tentunya bukan kabar burung, atau kabar bebek apalagi itik. Ya, kabar tentang tulisanku yang masuk menjadi pemenang 52 penulis buku Antalogi Internet Pendidikan. Setengah tidak percaya juga tadi, tapi setelah saya buka sendiri FB Mediaguru. Rasanya pingin loncat, tapi takut terpeleset. Mau berteriak histeris, takut dikira kesurupan (eh kesorean). Akhirnya aku pura-pura biasa saja.

Sebenarnya banyak yang mau saya tulis hari ini, ada yang sedih, ada yang bahagia bahkan ada yang bikin merinding. Pokoknya nano-nano.

Lanjut lagi dulu ceritanya ya. Sebenarnya menjadi juara bagi saya bukan hal yang biasa. Lha ikut lomba saja tidak pernah, apa lagi juara.

Yang saya ceritakan di sini bukan juaranya lho, tapi efeknya itu yang bikin merinding. Bukannya tidak senang jadi juara lho, nanti dikira sombong. Tapi hadiah langsungnya yang bikin klepek-klepek.

Begitu sampai rumah saya langsuk disambut oleh anak istri. Ucapan selamat pun mereka ucapkan, senang juga sih. Tapi ternyata bukan cuma itu, ada kecupan secepat kilat yang mendarat tepat di pipiku. Apesnya, saya tidak sempat mengelak. Kena deh.

Setelah adegan bak film India tersebut, aku hanya bisa pasrah namun sedih bahkan pingin nangis. Bukan haru kok, tapi karena tadi tidak beli martabak manis kesukaan mereka. Namun yang lebih menyedihkan karena hari ini masuk fase tanggal tua. Apa mau dikata, sukuran pun harus ditunda.

Aku berpikir, jadi juara sekali saja pikiran dan perasaan saya begini kacaunya. Bagaimana jadinya bila saya keseringan kirim tulisan pada event-event lomba. Pipiku bisa memar dan lebam, karena berkali-kali dijadikan area pendaratan kecupan.

Ah sudahlah, mungkin saya terlalu berlebihan. Belum tentu saya menang pada setiap lomba, paling justru menangis karena tulisannya tidak nyangkut di email panitia. Atau mungkin tulisannya ditolak panitia, hanya karena tidak ada satupun titik dan koma. Dan yang lebih tragis lagi, tidak tahu info lombanya.

Yang bikin badan ini merinding ketika suatu saat nanti, panitia mengumumkan bahwa pemenangnya adalah pengirim terakhir. Karena bisa dipastikan saya akan kirim naskah sambil mengejar deadline.

Maka berdamailah ketika hadiah dari istri itu sebuah kecupan, selain gratis juga mudah dilakukan. Coba kalau hadiahnya itu parfum terkenal, maka uang belanja bisa membengkak.

Magelang, 29 Januari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hahaha...selamat ya Pak.

29 Jan
Balas

Terima kasih, ayo ikut acara kirimkirim. Siapa tahu...

29 Jan

Insyaa Allah

31 Jan



search

New Post