Bu Sulis Merasa sudah Bisa Menulis
Bu Sulis, guru muda berwajah manis, akhir-akhir ini terlihat semakin manis. Setidaknya, begitulah menurut penilaian teman-teman guru di sekolahnya. Senyuman senantiasa menghiasi wajah guru berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugas itu. Bukan tanpa sebab wanita berkulit putih itu tampak seperti itu. Semenjak dirinya suka menulis di media online dua bulan belakangan ini, gairah dan semangat bekerjanya memang tampak semakin meningkat.
Semula, ia beranggapan bahwa menulis itu sulit. Jangankan untuk mengembangkan tulisan, untuk menemukan ide tulisan saja dirinya sering mengalami kesulitan. Namun semenjak dirinya mengikuti pelatihan menulis yang kemudian dilanjutkan dengan ikut aktif menulis di media online, secara berangsur-angsur dirinya mulai menyadari bahwa ternyata menulis itu tidak sulit. Asal punya kemauan, setiap orang akan bisa menulis, pikirnya.
Ia sendiri telah membuktikan. Selama dua bulan aktif menulis di media online, nyatanya dirinya telah berhasil mengunggah beragam tulisan yang jumlahnya tak kurang dari 50 judul. Suatu pencapaian yang dulunya sama sekali tak pernah terbayangkan olehnya. Wajar jika dirinya kemudian suka menceritakan apa yang telah dicapainya itu kepada teman-teman guru yang lain. Bukan untuk pamer tentunya. Bu Sulis hanya ingin meyakinkan teman-temannya bahwa ternyata menulis itu tidak sulit. Harapannya, teman-temannya juga akan mau dan bisa menulis seperti dirinya. Soal kemudian teman-temannya banyak yang memujinya, sama sekali itu bukan hal yang diharapkannya.
Namun entah apa penyebabnya, siang tadi wajah Bu Sulis tampak murung. Berkali-kali ia bahkan mengusap air matanya dengan tisu. Bu Yuli, teman dekatnya pun tampak keheranan sehingga kemudian menanyakan apa yang sebenarnya tengah dirasakan temannya itu.
“Maaf, Bu Sulis. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga siang ini Bu Sulis tampak begitu murung?” ujar Bu Yuli sembari duduk di samping Bu Sulis seraya menepuk-nepuk pundak teman akrabnya itu. Bu Sulis hanya menggeleng sambil menggigit bibir. Lagi-lagi ia mengusap air matanya.
Karena tak juga mendapatkan jawaban, Bu Yuli kemudian membujuk teman akrabnya itu untuk mau menceritakan apa yang sebenarnya sedang dirasakannya. Ia berjanji, tak akan menceritakan kepada siapa pun mengenai apa yang akan dikatakan temannya itu. Semula Bu Sulis tetap enggan memberikan penjelasan, namun bujukan teman akrabnya itu kemudian mampu meluluhkan hatinya. Sambil terisak, ia kemudian menceritakan apa yang sebenarnya tengah dirasakannya sehingga sampai membuat dirinya bersedih.
Kepada teman akrabnya itu, wanita yang sehari-hari hampir tak pernah bersedih itu mengaku malu kepada teman-temannya sesama guru di sekolah. Selama ini, dirinya telah sering menceritakan kemampuannya dalam menulis. Meski tak ada temannya yang menganggapnya pamer dan kemudian mencemooh, dirinya merasa bahwa hal itu tak seharusnya dia lakukan. Setelah membaca dan mencermati tulisan-tulisan para penulis hebat, dirinya menyadari sepenuhnya bahwa tulisan-tulisan yang telah dibuatnya ternyata masih memiliki banyak kelemahan. Mulai dari penulisan judul yang kadang belum benar, penulisan kata yang masih salah, diksi yang tidak tepat, kekeliruan penulisan tanda baca, sampai alur penulisan yang sering melompat-lompat tidak beraturan, masih dijumpai dalam tulisan-tulisan yang telah dibuatnya. Karenanya, ia sungguh merasa sangat malu karena telah menceritakan kemampuan menulisnya yang sebenarnya belum ada apa-apanya itu.
Mendengar penjelasan teman akrabnya itu, Bu Yuli tampak tersenyum. Berkali-kali dirinya menepuk pundak teman akrabnya itu.
“Tak seharusnya Bu Sulis merasa malu dan kemudian sampai bersedih seperti ini. Kalaupun kemudian Bu Sulis menyadari bahwa tulisan-tulisan yang selama ini telah Bu Sulis buat masih banyak kelemahannya, Bu Sulis justru harus merasa bersyukur. Tak mungkin Bu Sulis hanya puas atas kemampuan menulis yang telah Bu Sulis capai saat ini. Bu Sulis tentu akan semakin bersemangat untuk mempelajari berbagai aspek kepenulisan sehingga suatu saat nanti Bu Sulis pun akan bisa menjadi penulis hebat. Apakah Bu Sulis mengira bahwa para penulis hebat itu dulunya tidak mengalami apa yang saat ini sedang Bu Sulis alami?” ujar Bu Yuli pelan.
Bu Sulis terperanjat. Kata-kata yang baru saja diucapkan teman akrabnya itu telah menyadarkannya bahwa dirinya tak seharusnya merasa puas hanya karena saat ini telah bisa menulis. Ia bertekad akan terus mempelajari berbagai aspek kepenulisan agar nantinya tulisan-tulisan yang dibuatnya akan semakin meningkat kualitasnya.
Seketika, Bu Sulis memeluk erat teman akrabnya yang telah memberikan pencerahan yang sangat berharga bagi dirinya yang tengah menapaki dunia kepenulisan. Meski tak mampu mengucapkan kata-kata, Bu Sulis benar-benar merasa sangat berterima kasih kepada teman akrabnya itu. Bu Yuli pun tampak tersenyum sembari membalas pelukan erat teman akrabnya itu. (*)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yg mencerahkan Terima kasih telah diingatkan Pak. Salam hormat
Terima kasih kembali, Bu Riful Hamidah. Teruslah berkarya, semoga sukses. Salam hormat juga.
Tulisan yang luar biasa. Sebagai muhasabah diri. Terima kasih telah mengingatkan sekaligus memotivasi. Baarakallah pak.
Terima kasih kembali, Bu Masrifa. Teruslah berkarya, semoga sukses.
nulis seperti ndaki gunung. Kian banyak panorama yang tampak. Salam sehat slalu.
Betul sekali, Pak Tanto. Salam sehat kembali.
Top pak....tulisan yg luar biasa
Terima kasih, Pak Darto.
Benar, Pak Edi. Agar bisa menulis itu harus mau membaca dan belajar dari para penulis hebat. Terima kasih sudah mengingatkan, Pak!
Betul sekali, Bu Teti. Begitulah yg hendaknya dilakukan penulis jika ingin maju. Terima kasih kembali, Bu Teti.
Ini pelajaran berharga. Terimakasih Pak Edi
Terima kasih kembali, Bu Mega. Semoga ada manfaatnya.
Terimakasih Pak Edi pencerahannya. Siap, untuk selalu belajar...
Terima kasih kembali, Bu Yuria. Teruslah bersemangat utk menulis. Sukses selalu utk Ibu.
Terima kasih pak Edi, sudah meingatkan kembali, semoga penulis pemula seperti saya harus banyak belajar dan berlatih. Semoga sukses pak
Terima kasih kembali, Bu Hasanah. Setiap penulis memang hendaknya mau terus belajar, Bu. Sukses juga utk Ibu.
Terimakasih pencerahannya, pak edi. Ternyata untuk menulis itu harus rajin membaca dan mempelajarinya, sehingga tulisan semakin bagus dam enak d baca salam....
Betul sekali, Bu Elda. Utk bisa meningkatkan kualitas tulisan, penulis hendaknya rajin belajar termasuk mau membaca tulisan penulis lain. Terima kasih kembali, Bu Elda.
Terimakasih bapak ulasannya, dengan bercerita bisa memberikan ilmu. Salam sehat selalu.
Ini pelajaran berharga , terima kasih pak.
Tulisan yang sangat bermanfaat, terimaksih pak
Terima kasih sekali atas apresiasinya, Bu Marni. Teruslah bersemangat dlm menulis.
Pencerahan yg dinarasikan....trima kasih pak
Iya, Bu Tyas. Agar tidak membosankan pembaca. Terima kasih kembali, Bu.
Terima kasih atas kunjungannya ke akun saya pak. Ingin rasanya agar bapak selalu memberikan krisan pada setiap tulisan saya. Sebab jujur saja memalu gurusiana inilah saya banyak belajar.
Keren ceritanya Bunda
Terima kasih, Bu Erida. Saya bapak-bapak, Bu.
Betul..ujian itu ada disekitar kita so semangat masih ada Pak Edi yang bantu hm.....ok deh
Ya, Bu. Teruslah bersemangat dlm berkarya, semoga sukses.
opni yang bagus pak sukses selalu
Terima kasih, Bu Khanifah. Sukses pula buat Ibu.
Sip, Pak Edi , kita hanya butiran debu dipadang luas. Ketika kita bisa menjadi penulis yang tak henti belajar , itu lah hakekat guru penulis sebenarnya.
Tepat sekali, Bu Novita. Hendaknya setiap penulis mau terus belajar utk meningkatkan kualitas tulisannya. Terima kasih atas apresiasinya.
Rasanya kok mirip ya
Benarkah, Bu?