Kompetensi dan Kinerja Disoroti, Guru tak Perlu Sakit Hati
Harus disadari, kompetensi dan kinerja guru selalu mendapat sorotan banyak kalangan. Bukan hanya sampai saat ini, melainkan akan terjadi sampai kapan pun. Bukan hanya oleh para pengawas sekolah maupun para pejabat di Dinas Pendidikan maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melainkan juga oleh orang tua siswa dan bahkan siswa. Tak ketinggalan, para pengamat pendidikan pun turut menyorotinya.
Bukan tanpa alasan mengapa banyak pihak yang menyoroti kompetensi dan kinerja guru. Semua pihak meyakini kalau pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan kemajuan bangsa sebagaimana yang dicita-citakan bersama. Untuk dapat menjalankan peran seperti itu, guru dipandang memiliki peran yang sungguh sangat penting. Hanya oleh guru-guru yang memiliki kompetensi tinggi dan berkinerja baguslah peran penting pendidikan tersebut akan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Semua pihak menginginkan agar setiap guru memiliki kompetensi yang tinggi dan bagus kinerjanya. Ketika dijumpai ada sebagian guru yang kompetensi maupun kinerjanya hanya sesuai standar minimal, atau lebih-lebih jika di bawah standar alias ala kadarnya, dengan segera mereka pun kemudian mengungkapkan kekecewaannya. Tak semua ungkapan kekecewaan pada guru disampaikan secara bijak. Tak jarang, ungkapan kekecewaan tersebut disampaikan dengan nada dan cara yang sangat menyesakkan dada sebagian guru. Misalnya saja dengan mengatakan kalau banyak guru yang berkualitas rendah.
Memang kalau dirasakan, ungkapan semacam itu sungguh sangat menyakitkan hati kalangan guru. Guru yang merasa telah bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas, tiba-tiba merasa mendapatkan pukulan keras yang bisa saja tidak didasarkan pada data yang objektif. Wajar jika banyak guru yang kemudian memberikan reaksi keras atas ungkapan semacam itu.
Kendati demikian, reaksi guru tak perlu berlebihan. Tak perlu guru sampai merasa sakit hati. Harus diakui, dengan menggunakan parameter tertentu, dari sekian banyak guru tentu banyak di antaranya yang sudah memiliki kompetensi tinggi dan berkinerja bagus. Namun guru juga tak boleh menutup mata kalau pada kenyataannya masih ada sebagian guru yang kompetensi maupun kinerjanya baru pas-pasan atau bahkan cenderung masih rendah.
Hendaknya kalangan guru benar-benar menyadari bahwa tuntutan berbagai pihak terhadap kompetensi dan kinerja guru memang sangat tinggi. Sampai kapan pun, hal itu tak akan berhenti. Reaksi keras guru dengan menggunakan kata-kata sungguh tak akan banyak berarti. Yang harus dilakukan guru bukan melawan menggunakan kata-kata melainkan dengan tindakan nyata. Segeralah mawas diri dan kemudian berbenah. Selanjutnya tunjukkan dan buktikan kepada siapa pun bahwa kompetensi dan kinerja kita sebagai guru sekarang sudah tinggi. Percaya saja, jika hal itu bisa dilakukan, ungkapan-ungkapan kekecewaan atas kompetensi dan kinerja guru yang menyakitkan hati tak akan terjadi lagi. [*]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah bisa baca tulisan Pak Edi lagi, kami rindu pencerahan dari Bapak. Semoga sehat, bahagia dan sukses selalu. Barakallahu fiik
Hehehe... Benarkah, Bu Desi? Alhamdulillah saya baik2 saja. Semoga Bu Desi pun demikian.
Kompetensi guru harus mengikuti perkembangan zaman. Apalagi sekarang katanya era industri 4.0. Kalau masih memakai kompetensi lama, guru akan ketinggalan oleh siswanya. Karena siswanya selalu update informasi, kita masih nyaman dengan pengetahuan lama.
Betul sekali, Pak Aris. Itulah salah satu tantangan yg harus dihadapi guru secara benar dan bijaksana.
Tulisan-tulisan Pan Edi luar biasa.
Saya baru baca tulisan Bapak lagi, Apa kabar, Pak? Salam santun.
Iya, Bu Rahma. Sudah cukup lama saya tidak menulis. Alhamdulillah saya baik2 saja. Salam santun kembali, Bu.
Sayangnya saya masih juga sakit hati. Hehehe..., Sakit hati yang amat dalam. Karena teramat dalamnya sakit hati ini, maka saya pun melaporkannya kepada Sang Kuasa. Allah SWT pemilik segalanya, saya serahkan solusi sepenuhnya kepada-Nya.Alhamdulillah, Allah SWT menurunkan pertolongan-Nya, sehingga tanpa saya harus berkata, masalah dapat dianggap selesai.
Saya teringat sesepuh di sekolah saya, "hati boleh panas, namun kepala harus tetap dingin".
Ya Bu, bagus sekali kalau seperti itu.
Terimakasih pencerahannya, pak Edi...
Terima kasih kembali, Bu Yuria. Teruslah berkarya.
Setuju pak, semoga jadi bahan renungan kita, untuk meningkatkan kompetensi. Sehat selalu pak
Iya, Bu Hasanah. Perenungan utk berbenah diri itu memang diperlukan oleh siapa pun, termasuk guru. Semoga Bu Hasanah pun selalu sehat.
Super sekali Senior...
Terima kasih sekali, Yunior. Teruslah bersemangat utk menulis. Semoga sukses.
Super sekali Senior...
Super sekali Senior...
Super sekali Senior...
Super sekali Senior...
Setuju, pak. Terimakasih pencerahannya..
Terima kasih sekali, Bu Elda. Teruslah berkarya, semoga sukses.
Terimakasihbatas pencerahannya pak..Semoga sehat dn sukses selalu ya pak..Slm hormat
Terima kasih kembali, Bu. Semoga Bu Rawalumaili pun selalu sehat dan sukses.
Senangnya membaca tulisan pak Edi...Banyak ilmu yang saya peroleh, terimakasih ya pak..semoga sehat selalu..salam hormat.
Alhamdulillah... syukurlah, Bu. Semoga Bu Rawslumaili pun selalu sehat dan sukses.
Arah mata memandang fokus ke guru saja
Boleh saja seperti itu, Bu.
Kereeeeen Pak, se-7,
Terima kasih sekali, Bu Rohayati. Teruslah berkarya, semoga sukses.
Setuju pak,
Terima kasih, Pak Rochadi. Selamat berkarya, semoga sukses.
Setuju pak, berbuat agar layak menjadi yang di gugu dan di tiru
Betul, Bu Novita. Hendaknya setiap guru mampu menjadi guru yg bisa digugu dan dutiru.
Setuju pak...sukses selalu
Terima kasih sekali, Pak Pujarsono. Sukses juga utk Bapak.
Insya Allah.
Setuju Pak
Terima kasih, Bu Alina. Teruslah berkarya.
Insha Allah Pak.