Edi Siswanto

Seorang bapak dengan 1 òrang istri dan 3 orang anak...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGHIDUPKAN LITERASI GURU DAN SISWA   DI MASA PANDEMI

MENGHIDUPKAN LITERASI GURU DAN SISWA DI MASA PANDEMI

MENGHIDUPKAN LITERASI GURU DAN SISWA

DI MASA PANDEMI

Oleh:

EDI SISWANTO, M.Pd

Guru SMAN 1 Barambai

Kualitas pendidikan negara Eropa relatif lebih maju, hal ini sangat ditentukan oleh kualitas literasi bangsanya yang telah tumbuh menjadi budaya masyarakat. Literasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca; kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan kecakapan hidup. Di Indonesia budaya literasi dirasa kurang hidup. Fakta ini didasarkan pada riset Central Connecticut State University 2016, yang mengatakan pada literasi Indonesia berada di tingkat kedua terbawah dari 61 negara, hanya satu tingkat di atas Bostwana. Sehingga tidak berlebihan jika ada pihak yang menggaris-bawahi kalau literasi Indonesia saat ini sedang mengalami krisis, atau lebih tepat disebut darurat literasi.

Untuk menumbuhkan semangat literasi ini pemerintah telah membuat sebuah UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan memberikan harapan untuk mengembangkan budaya literasi, bahkan sudah digalakan Gerakan Literasi Sekolah sampai Gerakan Literasi Nasional namun implementasinya masih jauh dari harapan. Hal ini nampak dari sepinya aktifitas baca diperpustakaan daerah maupun sekolah.

Lembaga pendidikan memiliki peran strategis dalam membangun budaya literasi. Untuk mewujudkan budaya literasi peran guru sangatlah menentukan berhasil atau tidaknya budaya ini. Kemampuan guru dalam literasi serta kemampuan dalam mengelola kelas dalam aktifitas literasi menjadi sangatlah penting. Disitulah tantangan yang harus dihadapi guru dalam membangun budaya literasi didalam proses belajar dan mengajar.

Mewabahnya virus covid-19 dan begitu masifnya penyebaran virus ini pemerintah melalui kementerian kesehatan mengeluarkan Permenkes Nomor 9 Tahun 2020 yang merupakan aturan turunan dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Peraturan ini berimplikasi terhadap pola belajar dari tatap muka secara langsung menjadi belajar secara daring. Pola Daring ini juga telah merubah kebiasaan pola belajar dimana guru cukup melakukan Work From Home (WFH) dengan memandu siswa-siswi untuk belajar secara daring. Ada pola kebiasaan yang berbeda dari sebelumnya dimana siswa lebih cenderung mendengar penjelasan guru namun dengan model pembelajaran daring ini siswa dituntut untuk belajar secara mandiri dengan dipandu guru secara online membaca dari literatur yang dia miliki baik internet maupun buku.

Kebijakan ini menegaskan bahwa kegiatan belajar tetap terus diupayakan untuk tetap diselenggarakan meskipun dalam suasana wabah virus covid-19. Semangat ini memang harus tetap terjaga mengingat namanya belajar itu tidak ada istilah berhenti atau libur sekalipun dalam situasi sulit. Yang perlu difikirkan adalah bagaimana mengelola kegiatan pembelajaran ditengah masa-masa sulit seperti sekarang ini bisa dilaksanakan secara efektif dan inovatif. Maka ditengah kebijakan Physical distancing ini pola belajar sistem daring yang dulu pernah dipopulerkan mantan mendiknas bapak Anis Baswedan menjadi solusi atas situasi ini.

Dengan pola belajar secara daring guru cukup memberikan tugas yang tentunya dengan bahasa yang sederhana. Pola ini cukup efektif untuk membiasakan anak terlibat aktifitas membaca secara mandiri dari literatur yang dia baca sebagai bahan untuk menulis tugas yang diberikan guru. Dari sini guru dituntut pandai dalam membuat tugas yang sekirannya anak didik bisa terlibat aktifitas literasi seperti baca dan tulis secara mandiri. Dengan teknologi komunikasi yang ada sekarang telah menjadikan belajar tidak harus bertemu secara fisik sebagaimana biasanya ketika belajar di sekolah. Cukup dengan smartphone ditangan maka kegiatan pembelajaran bisa dilaksanakan.

Budaya literasi yang dirasa kurang dalam dunia pendidikan kita sangat perlu kirannya didorong untuk jadi budaya bangsa. Sistem belajar daring ditengah wabah covid-19 ini secara tidak langsung telah melatih budaya literasi kepada siswa serta mengajari siswa bagaimana mereka harus belajar secara mandiri mengingat kebijakan physical distancing menyebabkan mereka harus membatasi diri untuk berinteraksi secara fisik dengan teman walaupun sekedar belajar kelompok. Sistem daring akan cenderung berupa tugas kepada siswa dimana mereka akan terlibat secara langsung dan mandiri untuk menyelesaikan tugas dari guru dengan lebih banyak menulis yang tentunya didahului dengan membaca.

Membaca menjadi hal yang sangat penting, mengingat aktifitas membaca berkorelasi dengan kecerdasan, karena aktivitas membaca akan merangsang otak dalam memproses setiap input. Manakala aktivitas otak bekerja secara optimal dalam mengolah, menganalisa, merumuskan, dan membuat ikhtisar setiap data serta informasi, maka akan menghasilkan sebuah kecerdasan.

Aktifitas membaca juga akan melatih daya berfikir yang merupakan bagian terpenting dari fungsi otak. Melalui berpikir, maka potensi nalar manusia akan berkembang. Apalagi dengan berpikir hal-hal yang positif dan bermanfaat, maka nilai manusia semakin berkualitas. Oleh karena itu membaca dan berpikir akan mengantarkan seseorang menjadi cerdas.

Membaca merupakan modal utama bagi seorang penulis. Membaca dan menulis adalah bagian integral yang tidak bisa dipisahkan. Dengan banyak membaca maka tulisan akan semkin kaya dengan khasanah ilmu. Dengan membaca tulisan juga akan semakin berbobot karena ditunjang dengan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan tentunya. Dua hal ini yang harus menjadi fokus bagi guru dalam setiap kegiatan pembelajaran guna mencapai budaya literasi disekolah.

Keteladanan guru dalam membangun budaya literasi itu penting. Maka peran guru adalah bukan sekedar mengajak namun lebih dari itu yaitu memberikan contoh bagaimana guru juga terlibat dengan aktifitas literasi ini dengan cara banyak membaca maupun menulis baik dipublikasikan dalam media maupun tidak. Ini penting untuk meyakinkan anak didik bahwa menulis itu adalah kewajiban tersama baik guru dan peserta didik. Senantiasa membangun opini bahwa menulis itu adalah keren dan kebiasaan para ilmuwan.

Untuk itu guna mensukseskan program pemerintah melalui Gerakan Literasi Nasional sampai pada Gerakan Literasi Sekolah penting kiranya guru dan sekolah untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mendorong seluruh komponen sekolah terlibat dalam budaya ini.

Salam literasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen tulisannya, Pak. Sukses selalu. Salam literasi

25 Sep
Balas

Aamiin mksh bapak ..salam litetasi

25 Sep

Tulisan keren Pak Edi. Salam literasi, salam sukses selalu. Amin.

25 Sep
Balas

Aamiin..makasih bapak...salam literasi

25 Sep



search

New Post