Edi Sumardi

Guru di SMPN 88 Jakarta semenjak tahun 1997,sejak tahun 2018 guru di SMPN 130 Jakarta, Lulus Jurusan Pendidikan Sejarah IKIP Jakarta/UNJ tahun 1995, Lulus...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dua Tokoh Satu Nama, Part.2

Dua Tokoh Satu Nama, Part.2

Mempunyai nama yang sama, lahir dari wilayah yang sama, memiliki andil yang sama dalam perjuangan bangsa, tentu bagi sebagian orang bingung bahkan bisa jadi keliru, Siapakah tokoh yang dimaksud? Ya Sutomo.

1/ Pertama, tokoh yang bernama Sutomo yang mempunyai nama kecil Subroto , lahir pada 30 Juli 1888, di Ngepeh, Nganjuk, Jawa Timur, sedangkan Ayahnya bernama R. Suwaji, pegawai Pangreh Praja Sutomo adalah tokoh yang berpikiran maju dan terbuka. Di usianya yang masih belia ia mendirikan organisasi modern pertama benama Budi Utomo, Bersama teman-teman STOVIA, yaitu Gunawan Mangunkusumo, dan Suraji, pada 20 Mei 1908. Hari terbentuknya Budi Utomo kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Sutomo, menempuh Pendidikan School Tot Opleding Van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera. Saat menjadi mahasiswa STOVIA, Ia terkesan dengan pidato dari dr. Wahidin Sudirohusodo yang menyampaikan gagasan membebaskan bangsa dari penjajah melalui Pendidikan. Pidato tersebut menginspirasi Sutomo dan teman-teman mahasiswa STOVIA sehingga mendirikan organisasai Budi Utomo. Budi Utomo artinya usaha mulia, misinya yaitu meningkatkan taraf Pendidikan masyarakat dengan memajukan pengajaran dan kebudayaan. Organisasi itu pula yang menjadi cikal bakal kebangkitan nasiolaisme Indonesaia, karena setelah itu bermunculan organisasi-organisasi sejenis, sehingga tanggal terbentuknya organisasi Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional

Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Sutomo bertugas sebagai dokter di Semarang, lalu di Tuban, Lubuk Pakam, dan di Malang. Seringnya berpindah tempat tugas membuat Sutomo makin mengetahui kesengsaraan rakyat secara langsung di tiap daerah penugasannya, akibat dari penjajahan. Pada tahun 1919, Sutomo mendapat kesempatan memperdalam pengetahuan di Belanda. Kecewa dengan perkembangan Budi Utomo, pada tahun 1924 mendirikan organisasi Indonesische Studi Club (ISC) merupkan wadah kaum terpelajar, kemudian berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), tahun 1931. Akibat tekanan Belanda yang keras terhadap organisasi pergerakan nasional,pada tahun 1935, Budi Utomo dan PBI digabung menjadi Partai Indonesia Raya (PARINDRA). Akhirnya pada 30 Mei 1938, Sutomo wafat di Surabaya.

2/ Sutomo yang kedua lebih dikenal dengan sapaan Bung Tomo, lahir 3 Oktober 1920, di Kampung Blauran, Surabaya, Jawa Timur. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo bekerja sebagai asisten kantor pajak dan perusahan ekspor-impor milik Belanda.

Bung Tomo muda tertarik dengan kepanduan dan bergabung dengan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Pada usia 17 tahun ia berhasil menjadi orang kedua di Indonesia yang mencapai peringkat Pandu Garuda, merupakan prestasi luar biasa karena tidak mudah untuk memperolehnya. Bung Tomo juga dikenal sebagai orator ulung dan jurnalis. Tulisannya tersebar diberbagai surat khabar seperti, Ekspres, Pembela Rakyat, Poestaka Timoer, bahkan sempat menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi kantor berita Jepang Domei, dan pemimpin redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya.

Ketika terjadi pertempuran Oktober dan November 1945, di Surabaya, Bung Tomo menjadi salah satu tokoh yang menggerakkan dan membangkitkan semangat juang rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bung Tomo sangat dikenang karena seruan dan pekik takbir perjuangan melalui siaran radio. Pada saat itu, Surabaya digempur oleh pasukan Inggris dari tiga penjuru udara, laut dan darat.

Memang, waktu itu Indonesia menderita kekalahan dalam Pertempuran 10 November itu. Tapi rakyat Surabaya berhasil menahan serangan pasukan Inggris dan bahkan memukul mundur mereka. Kejadian ini sangat dikenal dan menjadi catatan penting sebagai salah satu peristiwa paling epik dan heroik dalam sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia melawan bangsa Eropa. Selain itu, perjuangan kemerdekaan di Indonesia ini juga mendapat dukungan dari dunia internasional. Peristiwa pertempuran 10 November 1945 tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Setelah pengakuan kedaulatan kemerdekan Indonesia oleh Belanda tahun 1950, Bung Tomo sempat aktif di dunia politik, namun kemudian ia tidak tertarik sampi akhir hayatnya. Bung Tomo wafat 7 Oktober 1981, di Padang Arafah, Arab Saudi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pahlawan Bangsa yang patut kita kenang untuk jasanya yang tak terbilang. mantap Pak.

15 Mar
Balas

Tks Bu Fakhrida

15 Mar

tulisannya bagus, mengingatkan generasi akan sejarah

15 Mar
Balas

Aamiin, semoga. Tks Bu Sepsusilawati

15 Mar



search

New Post