Edy Siswanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Menjadi Guru Inovatif

Bagian 1 Rajin Membaca

Membaca merupakan suatu aktifitas yang sangat penting, tetapi mengapa minat baca masyarakat masih rendah? Rendahnya minat baca bisa dilihat dari hasil survei PISA tahun 2015 dimana Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Sementara hasil survei UNESCO minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Pesentase ini menunjukkan bahwa hanya terdapat satu orang yang memiliki minat baca dari seribu orang yang di survei.

Minat baca yang rendah bisa terjadi karena belum mengetahui secara mendalam manfaat yang diperoleh dari membaca. Ada banyak manfaat yang diperoleh dari membaca diantaranya adalah:

1. Memudahkan Menulis

Kemampuan menulis sangat diperlukan bagi banyak profesi, terutama profesi guru. Berdasarkan Permenpan RB. Nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, ada kewajiban bagi guru untuk membuat karya tulis. Bentuk karya tulis sudah ada ketentuan dalam peraturan itu. Karya tulis yang diperbolehkan misalnya artikel, jurnal ilmiah, laporan PTK, laporan pembuatan alat praktikum atau alat peraga dan masih banyak yang lainnya.

Kesultan yang dialami guru dalam membuat karya tulis karena kurang rajin membaca. Akibat kurang rajin membaca maka pada waktu menulis artikel akan mengalami kesulitan dalam menyajikan data atau sumber informasi. Demikian halnya dalam menyusun kerangka berpikir dan menyusun tinjauan pustaka dalam penyusunan proposal PTK terhambat karena minimnya sumber informasi yang dimiliki. Banyak guru menolak menjadi narasumber kegiatan MGMP ataupun forum-forum ilmiah karena kesulitan membuat makalah. Ada kelompok-kelompok kerja guru yang kesulitan mendapatkan dana hibah atau blockgrant karena proposal tidak lolos penilaian. Sering juga ditemui kepanitiaan yant tidak melaporkan hasil kegiatan sekolah karena kurang terampil dalam menulis.

Semua kesulitan menulis bersumber dari rendahnya minat baca dan tidak berusaha mencoba menulis. Membaca dan menulis dianggap pekerjaan remeh yang tidak produktif. Merasa sudah cukup dengan apa yang dikuasai, karena selama ini sudah aman dan nyaman dengan keadaan yang ada. Keadaan akan bisa sebaliknya jika sudah tumbuh budaya membaca guru.

2. Lancar Menyusun Bahan Ajar

Sering terjadi dalam penyusunan RPP pada bagian materi reguler diisi dengan cara salin tempel dari buku BSE buku elektronik lainnya. Materi yang berasal dari salin tempel sering urutannya tidak sesuai dengan urutan materi saat pembelajaran dilaksanakan. Pencantuman materi dalam RPP lebih dikarenakan untuk memenuhi syarat formal agar RPP mendapatkan pengesahan. Semua terjadi karena minimnya buku sumber yang dibaca. Banyak membaca buku sumber akan memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan. Materi yang tersusun dengan baik pada RPP dapat menjadi bahan baku dalam penyusunan buku teks pelajaran.

Buku teks pelajaran hasil karya guru akan lebih banyak bermanfaat baik bagi siswa maupun guru itu sendiri. Siswa yang melihat nama gurunya tercantum pada halaman sampul buku teks akan lebih terotivasi dan menumbuhkan rasa bangga pada gurunya. Buku teks pelajaran yang disusun sendiri oleh guru lebih mudah dipahami oleh siswa karena guru jauh lebih mengetahui kedaan siswanya dibanding penulis lain. Manfaat bagi guru yang menulis buku teks pelajaran adalah mendapatkan pengakuan atas karya tulisnya dalam bentuk angka kredit yang bisa digunakan untuk kenaikan jabatan ataupun pangkat dan golongan.

3. Menjawab Pertanyaan Siswa

Pernah terjadi di dalam kelas siswa mengajukan pertanyaan diluar dugaan guru. Keterbatasan wawasan pengetahuan menyebabkan jawaban guru bertele-tele, tidak fokus dan ujung-ujungnya siswa tidak paham. Mudahnya mengakses informasi membuat siswa memiliki wawasan yang luas. Dengan wawasan yang luas akan semakin banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan tak terduga yang dilontarkan siswa membuat guru tidak siap dan memberikan seadanya. Jawaban yang sering tidak memuaskan siswa secara perlahan namun pasti akan menurunkan motivasi siswa untuk bertanya.

Dengan banyak membaca guru tidak akan mengalami kesulitan ketika mendapatkan pertanyaan diluar dugaan. Banyaknya buku yang dibaca memperkaya pengetahuan dan memperluas wawasan. Sehingga tidak akan ada kesulitan dan hambatan ketika mendapat pertanyaan.

4. Cepat Mendapatkan Solusi atas Permasalahan Pembelajaran

Selama proses pembelajaran berlangsung sering muncul masalah-masalah baik dari guru maupun dari siswa. Masalah pembelajaran yang muncul dari guru misalnya kegagalan dalam memberi motivasi, tidak mampu menguasai kelas, kelas pasif, metode pembelajaran kurang menarik dan manajemen waktu yang tidak tepat. Permasalahan pembelajaran yang muncul dari guru sekaligus menjadi masalah bagi siswa, motivasi belajar rendah, siswa pasif, siswa gaduh dan ujung-ujungnya hasil pembelajaran tidak mencapai standar minimal yang diharapkan.

Guru yang banyak membaca tentang strategi pembelajaran, cara membangkitkan motivasi belajar siswa dan teknik mengelola kelas yang baik tentu tidak akan mengalami kesulitan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Berdasarkan pengetahuan yang dibaca, guru akan segera menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Dengan banyak membaca guru akan memiliki banyak referensi sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi didalam kelas.

5. Mudah Berargumentasi

Sering terjadi gagasan yang bagus tidak bisa diterima. Gagalnya gagasan untuk bisa diterima dan dilaksanakan bisa terjadi karena argumentasi yang menyertai gagasan tersebut lemah. Lemahnya argumentasi yang menyertai gagasan membuat gagasan tersebut mudah dibantah dan dipatahkan. Terlebih jika yang mematahkan gagasan itu lebih logis, lebih mudah dipahami dan dengan teknik menyanggah yang baik. Berpikir logis, mudah dipahami dan teknik penyampaian yang baik diperlukan sebuah ketrampilan khusus. Ketrampilan ini bisa didapatkan dengan banyak membaca, mendengar dan melakukan.

Sangat disayangkan jika sebuah gagasan berlian kandas hanya karena kegagalan dalam mengomunikasikan. Kemampuan berkomunikasi menentukan keberhasilan sebuah gagasan diterima atau ditolak. Kelihaian penyampaian gagasan bisa dilihat dari argumentasi yang diutarakan. Argumentasi yang diperoleh dari aktivitas membaca akan lebih ilmiah dibandingkan dengan argumentasi yang berasal dari kekuatan logika.

6. Cepat dapat Ide

Kata inovatif identik dengan banyak ide. Guru inovatif identik guru yang banyak ide. Memilih strategi pembelajaran, menetapkan metode pembelajaran dan membuat media pembelajaran sangat erat dengan kata inovatif. Pembelajaran yang monoton menggambarkan bahwa guru kehabisan ide dalam merancang sebuah pembelajaran. Mengapa guru kehabisan ide dalam pembelajaran?

Keterbatasan ide dalam merancang strategi pembelajaran disebabkan minimnya pengetahuan dan pemahaman guru terhadap teori belajar dan mengajar. Guru tidak mungkin kehabisan ide seandainya mau dan rajin membaca buku-buku terkait dengan teori belajar, model-model pembelajaran dan media pembelajaran. Buku-buku pendidikan di perpustakaan sekolah nyaris tak tersentuh oleh guru. Jarang dijumpai guru memiliki perpustakaan pribadi sabagisumber bacaan dirumah,apalagi menyisihkan dana pribadi untuk membeli buku sanagt sedikit dijumpai. Fenomena ini menjadi penyokong utama minimnya ide guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post