Edy Siswanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TUKANG SAPU TAK LAGI SUKA MENYAPU
https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=&bih=&btnG=Telusuri&q=tukang+sapu#imgrc=cajxZFUBy00fgM:

TUKANG SAPU TAK LAGI SUKA MENYAPU

TUKANG SAPU TAK LAGI SUKA MENYAPU

Bergegas memakai baju seragam kebesarannya beserta seperangkat peralatanya seorang tukang sapu berangkat kerja menuju lokasi tempat dia berkerja. Pagi-pagi sudah berangkat mengingat lokasi tempat dia menyapu sangatlah jauh. Semangat berangkat menuju tempat kerja tidak diragukan lagi, setiap hari dia selalu datang di lokasi dimana dia harus menyapu. Maklumlah…. Dia termasuk tukang sapu senior di lingkungan kerjanya.

Seperti biasa, sesampai di tempat kerjanya, dia ngobrol dengan sesama tukang sapu dan akhirnya duduk berlama-lama sambil memgang gawai canggihnya. Tidak segera menyapu bahkan sampai seharian hanya kesana-kemari mengerjakan yang bukan pekerjaan utamanya. Itulah yang menjadi tabiat buruknya. Namun demikdian dia banyak disukai teman-temanya. Yang mengherankan tidak ada seorang temanpun yang berani mengingatkan akan tabiatnya yang buruk, mengherankan juga. Atau jangan-jangan kebanyak tukang sapu di perusahaan itu seperti dia sehingga bisa akrab dan kompak, mungkin juga ya…. Tapi jangan menyepelekan dia walaupun tabiatnya buruk dia selalu dapat posisi strategis lho….bahkan sudah berganti-ganti pimpinan dia bisa tetap enjoy lho… dengan tabiatnya, hebat kan…. Yaaa… tentu saja hebat kalau tidak hebat mana mungkin bisa bertahan dengan keadaan seperti itu sampai bertahun-tahun. Hebat… , kebangetan…. atau apa ya… tepatnya?

Akibat tabiatnya yang buruk tidak mengherankan jika wilayah kerjanya jadi kotor, sampah-sampah berserakan, target pekerjaan tidak tercapai dan yang paling tidak mengenakkan adalah mengganggu wilayah kerja teman lainnya. Yang sangat mengawatirkan itu kalau sampai terjadi insiden, wah… bisa terkena dampak semua tukang sapu. Tapi syukurlah tidak pernah terjadi insiden apapun dan mudah-mudah tidak terjadi apa-apa sampai masa tugasnya selesai. Barangkali inilah yang membuat dia tidak pernah menyadari kekeliruannya sehingga tetap enjoy dan nyaman berada diwilayah kerjanya.

Melihat keadaan tukang sapu yang demikian, apakah tidak ada upaya yang dilakukan oleh perusahaan yang mempekerjakanya? Tentu saja ada, sudah beberpa kali pergantian pimpinan perusahaan yang dilakukan sama yaitu hanya sindiran dan teguran. Tapi tidak membawa efek sedikitpun. Peringatan tertulis dan sangsi yang belum pernah sekalipun diberikan. Barangkali pimpinanan perusahaan takut juga kalau sampai itu dikenakan. Mengapa takut? Stabilitas, kedamaian nama baik dan kemapanan yang menjadi taruhannya. Kalau sampai ada peringatan tertulis atau sangsi tentu akan timbul kehebohan-kehebohan seperti sampah-sampah tidak terurus, tukang sapu yang tidak setuju boikot bahkan bisa saja kursi pimpinan terancam karena dianggap tidak mampu mendidik anak buah. Dari pada mengambil resiko yang merugikan diri sendiri, ya tentu saja ambil yang aman-aman saja, apa itu? Diam…..

Diam adalah tindakan yang paling menguntungkan. Itulah sebabnya sekian banyak pemimpinan perusahaan selalu diam menghadapi tukang sapu yang satu ini. Strategi diam memberikan keuntungan secara pribadi tapi tidak bagi penggunan jasa tukang sapu. Strategi diam menunjukkan ketidakmampuan dalam memecahkan masalah. Strategi diam hanya diambil oleh pemimpin perusahaan yang mengutamakan keselamatan kedudukannya ketimbang kebermanfaatannya sebagai pemimpin. Hendaklah berpikir bahwa tanggung jawab dunia itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tanggung jawab kelak di akhirat. Bukankah setiap pemimpin nantinya akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Ya… kalau dipikir-pikir memang tergantung tujuannya jadi pemimpin. Loh… kok jadi membicarakan pemimpin?

Tukang sapu yang sudah tidak suka lagi menyapu mestinya segera mencari pekerjaan lain yang dia sukai. Tukang sapu yang suka duduk-duduk lebih tepat menjadi tukang jual karcis, tukang sapu yang suka dengan taman lebih tepat jadi tukang taman, tukang sapu yang sukanya main gawai lebih tepat buka counter hand phone. Tukang sapu yang suka ngobrol lebih tepat jadi makelar saja. Janganlah mencintai profesi karena penghasilannya besar tapi cintailah profesi karena mencintai bidang pekerjaanya. Kalau sudah cinta tentu apapun akan dilakukannya. Tukang sapu yang tidak suka menyapu sebenarnya hidupnya tertekan karena pekerjaannya, mau dia tinggalkan sudah kepalang tanggung. Usianya sudah tidak memenuhi syarat lagi untuk melamar pekerjaan yang lain. Tunjangan dan gajinya pun sudah lumayan besar. Sehingga mustahil kalau tukang sapu itu mau meninggalkan pekerjaanya. Lalu apakah selamanya tukang sapu tersebut enggan menyapu? Bagiamana dengan sampah-sampah yang menjadi tanggung jawabnya? Itulah petanyaan yang mesti dijawab oleh tukang sapu itu sendiri.

Rasa-rasanya perusahaan sangat rugi mempekerjakan tukang sapu seperti ini, tunjangan, gaji dan penghasilan lain yang melekat diterimanya setiap bulan, namun pekerjaan utamanya tidak ditunaikan dengan baik dan benar. Banyak generasi diluar sana yang menunggu purna tugasnya. Banyak generasi muda yang berpotensi menjadi tukang sapu menunggu untuk segera menggatikannya. Namun waktu masih belum memungkinkan kecuali tukang sapu itu sadar diri untuk mengajukan pensiun dini. Yah….. kata pensiun dini rasanya tepat dan bermartabat. Selain itu penghasilan yang diterimanya menjadi berkah bagi keluarganya karena didapat dari aktivitasnya yang benar. Sudah tidak ada potensi yang bisa ditingkatkan kecuali segera meningkatkan amal dan ibadah kepadaNya. Semoga tukang sapu tidak suka menyapu tidak ada di negeri ini. Amin

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lebih baik menekuni apa yang sudah dimulai, yang bermanfaat, menabur keteladanan dan insyaallah berkah, daripada memulai yang baru yang menuai kontroversi "buruk"

04 Aug
Balas

"tabiat buruknya" banyak ngobrol sehingga buang waktu. Bukan hanya tukang sapu, gurupun ada yang seperti itu.

04 Aug
Balas



search

New Post