524. Panggilan Guru
Tidak ada panggilan yang sangat membahagiakan dan sekaligus menjadi "beban" bagi yang mendengarkannya, selain panggilan sapaan, pak Guru dan bu Guru. Penulis sudah menjadi guru sejak usia Tsanawiyyah, setingkat SMP. Setelah belajar pagi di Pesantren, sore hari mengajar anak-anak usia TK. Sapaan itu sampai sekarang masih terdengar di telinga.
Panggilan guru merupakan sebuah penghormatan dan harapan agar perilaku tetap dalam kebaikan. Sebuah panggilan yang tidak usang dengan waktu, baik masih aktif menjadi guru atau sudah purnabakti. Status itu melekat selamanya, walaupun tidak lagi mengajar secara formal di kelas.
Kalau sapaan itu dianalogikan kepada sebuah panggilan Allah Swt, maka sapaan itu merupakan bentuk memuliakan. Sebagaimana sapaan kepada orang yang layak untuk menjalankan ibadah puasa, dengan menggunakan sapaan wahai orang-orang yang beriman.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu (QS Al Baqarah: 183). Sebuah panggilan penghormatan atas makhlukNya yang dipilih untuk melaksanakan amanat yang berat ini.
Guru tidak hanya para pemilik sertifikat pendidik, melainkan seseorang yang diikuti ucap dan perbuatannya. Orangtua adalah guru bagi anak-anaknya. Ibu menjadi guru, karena menuntun anak-anaknya melakukan berbagai kebaikan.
Jiwa dan raga guru didedikasikan untuk mengajak, mengarahkan dan membimbing oranglain melakukan kebaikan. Guru bukan lilin yang menerangi, tapi membakar dirinya. Ucapannya bukan hanya menasihati, tetapi mendorong dirinya berbuat kebaikan, sebelum orang lain melakukan.
Layak dan tidaknya panggilan itu bergantung kepada sikap guru. Apakah sesuai antara panggilan dengan perilakunya?. Apakah hidupnya untuk menjadi contoh yang baik, atau "tuntunan", bukan tontonan. Guru sebagai orang yang menuntun ke jalan kebaikan, menolong murid dalam ketidaktahuan menjadi orang yang memahami kebenaran dan mengarahkan murid secara benar kepada kebaikan.
Panggilan guru hanya untuk orang yang menjelaskan kebenaran dan menjalankan kebaikan. Tampilannya tidak hanya terbatas dikelas, melainkan disemua tempat dan waktu. Secara ikhlas, memberikan pengajaran apa yang bermanfaat bagi muridnya dimasa depan. Seluruh gerak tubuhnya menjadi teladan, pembicaraannya sangat bermanfaat, tidak menyinggung perasaan orang lain, menjadi teladan, pendorong dan pembimbing.
Guru, menurut Ki Hajar Dewantara, memiliki tiga peran, yaitu di depan memberi teladan (ing ngarso sung tulodo), di tengah membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan di belakang memberikan dukungan moral (tut wuri handayani).
Bekasi, 6 April 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasan yang luar biasa keren
Al hamdulillah, terima kasih ibu