Effi Hastiati

Mengajar di SMP Negeri Kota Cimahi Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
HADIAH YANG TIDAK ROMANTIS

HADIAH YANG TIDAK ROMANTIS

Siang itu saya sedang berbaring di sofa, setelah merasa lelah seharian berlatih menulis. Tulisan ke dua yang akan coba dipublish ke gurusiana. Tiba-tiba si bungsu menyodorkan buku. Saya bangkit untuk melihat judulnya.

Sejenak saya amati covernya, kemudian daftar isi, saya lumat isinya. Kesimpulannya adalah…Menulis itu menyalin fikiran. Tulislah apa yang ada di fikiran. Bukan memikirkan apa yang akan di tulis....Semangat menimba ilmu menulis tidak dapat melawan rasa lelah dan akhirnya rasa kantuk tak terelakkan... buku akhirnya saya simpan.

Esoknya, sepulang kerja kembali saya baca bukunya. Agak kurang menarik, karena saya tidak sabar membaca kalimat panjang. Padahal ingin segera tahu isinya. Akhirnya bolak balik saya buka daftar isi, kemudian langsung ke halaman isinya.

Belajar menulis itu...ya harus melakukan..tidak ada teorinya. Seperti beladiri, akan makin terampil apabila sering melakukan. Sering berlatih menghadapi lawan. Menulis kok malu? Kenapa mesti malu untuk belajar memfasihkan menulis? Lantas, kenapa kita mesti malu kalau salah dalam menulis? Logika macam itu? Mindset macam apa itu? Berbuat kok malu? Justru seharusnya kita malu kalau tidak menulis. Belajar dan membelajarkan diri adalah kewajiban kehidupan. Menulis adalah bagian dari belajar…..kalimat itu berputar-putar di kepala...

Bab 2 sampai 4 saya lewati. Bab 5 ada yang menarik..menulis itu bermanfaat, menyehatkan otak, menyalin fikiran dan membereskan pengetahuan...olala benar itu. Saya rasakan ketika mau menulis pengetahuan tentang apa yang akan di tulis harus lengkap, tidak boleh setengah-setengah. Menulis merangsang kita untuk mengetahui lebih banyak, lebih detail.

Saya melanjutkan menulis, sampai tiba-tiba pintu diketuk orang. Si Bungsu membukakan pintu, kemudian memanggil saya. Di ruang tamu ada 2 tetangga. Teman anak saya dan anak didik yang sudah lulus 5 tahun silam, menawarkan peyek sebagai tugas kampusnya. Setelah saya beli 4 bungkus, ngobrol tentang kegiatan kuliahnya, lantas mereka pamit.

Saya mau melanjutkan menulis, tapi penasaran saya bertanya: "De...darimana dapat buku ini?"Saya ingin tahu apakah anak saya juga sedang berlatih menulis?

Sambil mendekat dan duduk di sebelah, dia bertutur. "Itu buku hadiah, hadiah yang tidak romantis." “Setiap melihatnya...sebel”. “Disimpan di tas setiap kepegang..jadi ingat”. “Disimpan di lemari ...kalau terlihat...jadi sebel lagi”. “Lho kok sampai begitu, kenapa? Penasaran saya minta dia cerita penyebabnya.

“Emang Ade kenal..penulisnya?”Teman gitu??.” “Nggak!”....ujarnya sambil ogah-ogahan melanjutkan cerita.

Tapi saya mendesaknya bercerita. "Sudah lama sih...dulu waktu masih kerja di Cipaganti" lanjutnya.

“Pagi-pagi kira-kira jam 8.00, datang orang mau ke bandara.” “Menyodorkan member card, tapi sudah kadaluwarsa.” “Oh..memang kalau kadaluwarsa gak bisa diproses ya? Ujar saya.” “Kartunya masih sistem gesek, padahal yang barukan tinggal tempel. Ya.. tidak bisa dipakai.” Sahut anak saya.

“Orang itu marah-marah, mengancam mau nulis di media.” “Katanya berapa orang terkena penipuan seperti ini, dengan uang saldo yang tersisa.” “Ade, 2 kali bolak balik, ke manajemen diikuti orang itu, lanjut ke IT di lantai dua...ya tetap kartunya tidak bisa digunakan.” “Tegang..bingung..gak tau harus bilang apalagi, Waktu itu Ade kan masih baru kerja di situ”. Anak saya melanjutkan ceritanya.

“Kartunya hanya bisa diurus di Kantor Pusat itu pun kalau mesin geseknya masih ada.” “Secara prosedur baru 1 minggu kemudian bisa selesai.” “Eh teman-teman malah menertawakan.” Teman anak saya menertawakan, karena menganggap anak saya pagi-pagi sudah kena sial.

Anak saya lanjut bercerita “Setelah tidak ada jalan keluar saat itu, tiba-tiba orang itu. menyodorkan sebuah buku.” Sambil berlalu bilang, "ya sudah...nih untuk kamu." Buku diterima sambil melongo...Anak saya berguman “Hadiah buku yang tidak romantis”

Setelah dibuka bukunya di bagian belakang, ada foto orang yang sama dengan orang tadi. Oh ternyata penulis bukunya. Baju yang dikenakannya berwarna biru dengan tulisan yang sama dengan judul bukunya. “Suer, nulis itu mudah.”

Seminggu kemudian, setelah member cardnya diurus, beberapa kali di telepon. Tapi tak pernah ada jawaban.

“Trus memang berapa de kerugiannya”, ujar saya. “Ada sih saldo 19 ribu rupiah, tapi dihubungi tidak bisa, lagian Ade juga sudah tidak bekerja di sana lagi..,” Ujar anakku mengakhiri percakapan siang itu."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post