Effi Hastiati

Mengajar di SMP Negeri Kota Cimahi Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menguak, behind the scene PANCARONA

Menguak, behind the scene PANCARONA

Perjalanan saya sampai akhirnya memutuskan membuat novel. Saya anggap sebagai suatu keputusan nekad. Serasa masuk ke medan perang tanpa latihan angkat senjata.

Berbekal suatu tekad dan keyakinan kalau tidak mencoba, selamanya tak akan pernah akan terwujud. Mungkin akan babak belur. Tapi di situlah kita merasakan perih.

Seperti hidup ini yang tidak selalu suka. Kadang duka menghampiri, karena di situlah munculnya kekuatan. Kekuatan untuk menanggulangi masalah, muncul seiring dengan pengalaman hidup penuh keprihatinan.

Paul G. Stoltz berdasarkan hasil riset lebih dari 500 kajian di seluruh dunia. Mengatakan salah satu faktor kesuksesan adalah kecerdasan adversitas. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan menghadapi masalah.

Masalah-masalah yang saya alami, seperti sebagian kecil terpotret dalam novel PANCARONA. Menjadi latihan untuk membidani PANCARONA sebagai sebuah karya tulis perdana.

Usai mengikuti kelas menulis Media Guru selama 2 hari, saya dihadapkan pada dilema. Seolah keputusan hidup mati. Tawarannya YES atau NO untuk berani menulis sebuah buku.

Kesempatan menulis, sekaligus ambil kesempatan ikut Gebyar Literasi Guru tahun 2017, mungkin tidak akan datang dua kali. Jargon SAGU SABU (Satu Guru Satu Buku) merupakan tantangan yang harus ditaklukan, bagi seorang pejuang.

Tiba pada situasi, buku apa yang harus saya tulis. Karena di Media Guru, bukan hanya menulis. Buku itu akan diterbitkan sebagai kado Ulang Tahun pada Hari Pendidikan Nasional 2017. Kado para guru untuk Indonesia, negeri tercinta.

Apadaya saya yg lulus jurusan PKK, tetapi ngajar TIK sejak tahun 1995. Menjadi kondisi yang kurang memiliki kapabilitas bila menulis tentang TIK. Disamping itu, buku tentang komputer tidak berumur lama. Seperti halnya saya sebagai guru TIK harus selalu mengikuti perkembangan teknologi yang terus bergerak maju.

Sempat berfikir mau menulis tentang karya keterampilan Spon Ati.

Tetapi itu membutuhkan waktu lama untuk membuat, menggambar dan menampilkan contoh foto-foto karyanya.

Alhasil diputuskanlah membuat Novel. Saya kirim outline ke pimpinan redaksi Media Guru mas Eko 21 Maret 2016. Esok harinya ada jawaban, saya boleh lanjut.

Semula saya mengira, waktunya cukup sampai awal Mei 2017. Karya saya bisa digarap, disela-sela tugas mengajar dan tugas lainnya. Namun ternyata deadline-nya adalah 15 Maret 2017. Hanya tersisa waktu 20 hari.

Saya selesaikan novel, sambil belajar sendiri dengan googling cara buat novel yang benar. Saya rombak outline, agar mengikuti tahapan alur cerita. Novel saya 12 Maret 2017 akhirnya selesai, hasil kerja selama 17 hari. Karena 3 hari berikutnya ada tugas lain yang juga deadline.

Novel yang saya buat dengan setting cerita, diambil sebagian besar dari kisah nyata penulis. Ada bagian yang diketik dengan berurai air mata, duka. lara, senyum, canda, bahagia larut jadi satu.

Dorongan kuat saya membuat karya, karena keprihatinan. Pengalaman lama mengajar. acapkali bertemu aneka peristiwa tentang siswa. Terutama bagi siswa yang kurang daya berjuang menepis kendala. Kekurangan biaya, jauh tempat tinggal, jauh dari orang tua.

Berharap goresan pena bisa menjadi sebuah karya bermanfaat. Walau karya perdana tetapi datang dari niatan hati yang tulus, berasal dari sebuah cerita nyata. Agar bisa menjadi penggugah anak-anak yang masih bersekolah.

Sebelum saya kirim ke redaksi Media Guru naskah saya baca ulang, dan hasilnya novel saya mirip sebuah laporan. Saya curhat ke bu Nining, guru SMPN 2 Padalarang, panitia kelas menulis MG. Maka terhubunglah ke bu Istiqomah Almaqy, seorang guru yang sudah menghasilkan karya novel, yang berbaik hati membagi ilmu dengan para guru.

Euforia sudah menyelesaikan Novel, todak tanggung-tanggung18 file saya kirim via email ke bu Isti. Tentu saja itu mengagetkan beliau, saya sendiri juga kaget kok!. Begitu mengetahui bu Isti juga sedang membantu naskah yang lain. Bahkan naskah bu Isti sendiri belum selesai, katanya.

Bu Istiqomah yg baik hati tetap membaca 2 bab naskah saya, dan "hajar terus bu" kata beliau. Saya kirim naskah 12 Maret, dalam hitungan jam sudah langsung berbalas.

Akhirnya sore hari 12 Maret 2017, saya kirim naskah ke MG. Perasaan saya sampai saat ini masih deg deg plas, apa naskah saya yang sampai ke tangan mas Eko akan membuat rambutnya Jegrak, dan lututnya bengkak?

Ataukah naskahku akan mampu

menghangatkan kepalamu

hingga berasap, lalu membentuk awan cendawan kemudian turun hujan deras

dari mata mu? Ah tapi aku bukan De' Citymu.

Duuuhhhhhhh...byuuhhh

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

dahsyat. pengalaman yang menginspirasi

23 Mar
Balas

Terima kasih apresiasinya... mas Eko ijin bagian puisinya dicontek..suwun

23 Mar
Balas

Terimakasih sudah berkunjung..

23 Mar
Balas

Siiip...Congratulation!

23 Mar
Balas



search

New Post