Pagi ini sedang berlangsung kegiatan TO untuk kelas 9 di sekolah. Saya mendapat tugas mengawas di ruang 17 di lantai 2.

Setelah lembar soal dibagikan, para siswa mengerjakan soal dengan khidmat. Suasana hening, saya manfaatkan untuk berlatih menulis.

Keinginan agar mahir menulis, membuat saya mencari informasi tentang bagaimana cara belajar menulis. Ternyata dari semua jawaban yang saya perolah tentang kiat mahir menulis adalah menulis, menulis dan menulis.

Ada sebuah kutipan dari Felix Siauw yang saya ingat, untuk mahir menulis lakukan Read-Practice-Massive. Jadi untuk mahir menulis harus sering membaca, berlatih menulis dan dilakukan berulang-ulang.

Fikiran saya saat ini sedang terkesan dengan kata-kata, tidak ada siswa yang bodoh. Tetapi yang ada adalah siswa yang belum menemukan guru yang baik yang menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran.

Sebuah contoh nyata, membuat saya terkesan. Yaitu cerita tentag 4 siswa Papua. Mereka adalah Tina, Demira, Kohoy dan Christian. Mereka dianggap bodoh, misalnya Tina, 4 tahun selalu tinggal kelas.

Prof Yohanes Surya di akademi Surya, berhasil membuang label bodoh, dari 4 siswa Papua tersebut. Setelah membelajarkan mereka menggunakan metode yang tepat, dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif. Dengan memotivasi dari sisi afektif, para siswa dilatih memahami logika dasar, fungsi dan kegunaan materi belajar. Ternyata dapat menghantarkan siswa meraih 4 piala emas, 5 perak dan 3 perunggu pada Olimpiade Matematika Sains di tingkat Asia. Prestasi lainnya, mereka dapat menemukan alat pendeteksi tsunami.

Kisah tersebut sangat inspiratif, bagi semua pendidik maupun orang tua.

Upaya belajar harus terus dilakukan agar dapat menjadi guru yang super.

Guru super adalah guru yang dapat melakukan pembelajaran yang berhasil membelajarkan siswa, atau berhasil membuat siswa mengalami proses belajar melalui pembelajaran yang disukai oleh siswa.