Efi Sufiah

Seorang pensiunan guru yang sedang asyik menggeluti hobby sebagai crafter sambil mengasuh cucu. Tertantang untuk menaklukan ketidakmampuan menulis, dengan mula...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ada Apa dengan Tim Akreditasi Sekolah  ?

Ada Apa dengan Tim Akreditasi Sekolah ?

Setiap 5 tahun sekali , sekolah sibuk menyiapkan bukti-bukti fisik untuk membuktikan bahwa sekolah tersebut menjalankan kegiatan di sekolah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan pemerintah. Sudah bukan rahasia lagi pembuktian jangka 5 tahun ini, baru ditelusuri kurang lebih 3 bulan menjelang akreditasi . Dimulai dengan pembentukan tim akreditasi sekolah, dan biasanya mengerucut hanya sebulan yang benar-benar bekerja. Tim ini biasanya bekerja 24 jam, per hari , hoaks ah berlebihan .

Pak Anwar guru Matematika , masuk tim akreditasi, masuk pokja standar pengelolaan. Dia orang nya pendiam, tapi pas bicara lumayan kena. Punya keinginan untuk mengubah kebiasaan itu

“ Saya mah nggak ngerti, mengapa sih dibentuk Tim segala? “ Tanyanya kepada Wakasek Kurikulum sebagai koordinator pelaksana. Wakasek menjelaskan memang dalam persyaratannya harus dibentuk tim akreditasi, lengkap dengan jadwal dan kegiatannya.

“ Iyaa, tapi mengapa saya yang tidak masuk dalam manajemen sekolah harus masuk tim ? “

“ Saya mah hanya bertanggungjawab pada pekerjaan saya sebagai guru matematika , administrasi mengajar saya lengkap. “ katanya lagi.

“ Ini kan sama dengan mempertanggungjawabkan seluruh tupoksi manajemen, dan juga pertanggungjawaban guru mengajar “ Tambahnya agak sewot.

Pak Anwar mempertanyakan lagi apa sih pekerjaan para wakasek, dan semua yang terlibat dalam struktur manajemen sekolah. Kalau benar-benar menjalankan tugasnya , sebetulnya tim itu cukup oleh orang manajemen saja.

Dengan sabar Wakasek kurikulum menjelaskan bahwa persoalan utama adalah meminta dokumen perlengkapan mengajar guru. Padahal tiap awal tahun disediakan waktu untuk membuat perencanaan tetapi ketika diminta, jawabannya ntar dan ntar . Sampai berganti taun. Akhirnya , sekarang kelabakan semua menjadi tertekan dan tidak bahagia.

Wakasek Kurikulum menambahkan lagi bahwa hampir 80 % yang dipertanggungjawabkan adalah bagaimana proses belajar siswa. Apa yang diajarkan, bagaimana guru mengajarkannya, bagaimana mengevaluasinya, dan bagaimana hasil belajarnya. Sebenarnya simpel karena sudah dilaksanakan. Namun yang menjadi tidak simpel adalah semua yang dilaksanakan itu harus dibuktikan dengan dokumen. Dan dokumen ini tercecer.

Pak Anwar masih belum puas dengan jawaban itu. Namun nanti lah dipikirkan, mungkin begitu dalam hatinya. Yang penting sekarang dia harus mengoleksi dokumen-dokumen program sekolah yang berserakan di berbagai satuan kerja.

Kutamaya, 3 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

He...he...benar bunda, ditagih perangkat janji" akhirnya yg nagih lupa, sementara pekerjaan lain sdh menunggu...

04 Feb
Balas

Hehehe.. guru terlalu banyak kerjaannya ya

04 Feb

Balada tahunan Bunda

03 Feb
Balas

Balada tahunan Bunda

03 Feb
Balas

Semoga tidak sekarang mah ya...

04 Feb

Semangat selalu bunda....sehat selalu

03 Feb
Balas

Semangat ... sehat selalu . Makasih ya

04 Feb

Keren Bund ulasannya. Slm sehat selalu

04 Feb
Balas

Terima kasiiih. Salam sehat juga yaa

04 Feb

Semangat bekerja hehe, salam literasi

03 Feb
Balas

Semangaat ... salam literasi

03 Feb
Balas



search

New Post