Satu dua tiga, satu dua tiga teriak si bungsu dengan bahagianya saat pacu sampan menggunakan "beinen" bekas mobil. Si bungsu Alfath bersanding dengan ayah untuk mengayuh "sampan karetnya" sementara udha dan Abang berkolaborasi mengalahkan ayah dari ujung sampai ke ujung kolam satunya lagi.

Rekreasi awal libur di mulai saat perpulangan udha dan Abang dari pondok pesantren. Perpulangan santri pesantren mesti dijemput orangtua, jadilah kami para orang tua berkumpul di pesantren untuk menjemput anak anak. Berhubung dua anak ku berbada pesantren jadilah kami berpisah menjemputnya sang ayah ke pondok pesantren si sulung Thariq dan aku ke pesantren anak yang kedua masnal.

Selepas pukul 14.00 wib kami beringsut keluar dari lokasi pesantren. Dengan jumlah santri yang hampir 700 orang menjadikan mobilitas keluar masuk mobil cukup tinggi. Berbagai daerah tujuan akan ditempuh oleh mobil mobil tersebut, ke Padang, pekan baru bahkan ada yang sampai ke Brunai Darussalam.

Perjalanan pulang ke rumah kami lalui dengan mampir mampir ke rumah sanak saudara. Pertama tentu ke rumah kakak ibu yang tertua. "Makdang" begitu kami menyebutnya. Makdang adalah sebutan untuk kakak laki-laki ibu yang paling besar. Beliau tinggal dekat dengan pesantren anak anak. Sewaktu waktu kami tidak sempat menjenguk maka makdanglah yang bertugas melihat situasi dan kondisi mereka bahkan kadangkala mengantarkan sambal yang sengaja dibuat istrinya untuk anak anak ganti buah tangan saat datang ke pesantren.

Selang beberapa waktu singgah dirumah makdang, kami lanjutkan perjalanan