Efnita

Guru PAI SMP N 2 Koto Baru kab. Dharmasraya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merantau

Merantau

Merantau part I

Mengikuti orang tua asuh merupaka pilihan hati Erdin. seorang anak laki laki yang berasal dari sebuah kepulauan di Sumatera barat.

Erdin mengenal ibu angkatnya Bu Rahmi ketika sang ibu mengunjungi putri kandungnya yang lulus PNS di kepulauan tempat tinggal Erdin di akhir Desember bertepatan dengan liburan semester.

Pertemuan pertama Erdin dengan Bu Rahmi berawal ketika Erdin mendadak demam tinggi dan mesti di larikan ke rumah sakit sementara orang tuanya tidak punya biaya. Bu Rahma berinisiatif membantu biaya pengobatan Erdin.

Semenjak itu Erdin dan Bu Rahma sudah bak ibu dan anak. Erdin mempunyai sikap santun dan suka kerja keras meski umurnya sangat belia. Erdin selalu menjadi teman anak Bu Rahma pada malam hari yang tinggal sendiri di rumah dinas.

Selama Erdin menemani Fatma rupanya ia tertarik dengan keagamaan yang di praktekkan oleh Fatma hingga Erdin selalu bertanya tanya tentang apa yang selalu di kerjakan setiap lima kali dalam sehari hari nya.

Pertanyaan pertanyaan yang di utarakan Erdin dengan sabar selalu di jawab Fatma hingga menimbulkan hasrat untuk mendalaminya lebih jauh.

Latar belakang kehidupan Erdin dan keluarganya boleh dibilang jauh dari kecukupan. Ayah Erdin seorang kuli pencari kayu di hutan yang bekerja dengan mengandalkan tulang "delapan Karek" (delapan ruas)

Setiap hari ayah Erdin akan berangkat sebelum matahari terbit ke hutan. Memotong kayu di hutan dengan alat yang sangat sederhana. Berbekal gergaji beliau memulai memotong kayu di hutan untuk kemudian di bawa keluar dan di jual pada warga.

Sebagai anak ke empat dari delapan bersaudara Erdin harus berbagi dengan adik adiknya dalam segala hal terutama masalah makanan dan keuangan. Erdin sangat memahami betul kondisi keluarganya hingga ia tidak mau memberatkan orang tuanya.

Erdin membantu keuangan orangtuanya dengan mengerjakan apa saja yang bisa di kerjakannya mulai dari membantu tetangga membawa barang barang berat sampai menyapu ruang kelas di mana Erdin sekolah.

Semenjak diangkatnya Bu Fatma di daerah Erdin, Erdin menemani Bu Rahma di rumahnya.

Bu Fatma tinggal di komplek rumah guru yang disediankan pemerintah namun karena Bu Fatma tinggal sendirian maka Erdin kecil menemaninya tiap malamnya. Sementara suami Bu Fatma yang bekerja di ibu kota propinsi harus tinggal terpisah lima hari dalam seminggu.

Hari Jumat sore baru suami Bu Fatma pulang ke tempat bu Fatma.

Seiring waktu berjalan Erdin yang selalu melihat keseharian gurunya tertarik dengan ibadah yang di kerjakan Bu Fatma. Erdin selalu memperhatikan dan setelah itu bertanya apa, bagaimana dan kenapa mesti melaksanakan ritual tersebut.

Hari berlalu tahun berganti Erdin kecil akhirnya dapat menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya dengan bantuan biaya dari Bu Fatma.

Namun kegalauan justru menlanda Erdin, betapa tidaak Erdin bingung bagaimana cara untuk sekolahnya.

Terlepas dari itu semua Erdin mulai galau dengan perasaannya yang mulai merasa mempertanyakan keyakinan yang di perolehnya dari orang tua dan lingkungan sekelilingnya. Erdin mulai tidak merasa nyaman dengan keyakinan yang selama ini ia dapat dari ayahnya walaupun dahulu ayahnya pernah menganut agama yang sama dengan Bu Fatma.

Bertepatan dengan akhir tahun ajaran erdin pun menamatkan sekolah dasarnya dengan nilai lumayan bagus. Namun begitu muncul masalah dalam diri Erdin, siapa yang akan membiayai pendidikannya jika iya terus melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan.

Dalam galau nya Erdin di panggil oleh Bu Fatma dan kenanyakan kegalauan yang terpancar diwajahnya.

" Ada apa Erdin? Kamu kok kelihatan bingung gitu tanya Bu fatma pada Erdin.

Erdin hanya diam seribu bahasa walau pertanyaan tersebut di tanyakan berulang ulang.

Namun karena Bu Fatma membujuk Erdin dengan lemah lembut dan keibuan akhirnya Erdin mengakui kenapa ia bingung bebarapa hari semenjak kelulusannya. Erdin menyampaikan perasaan gundah gulananya untuk melanjutkan pendidikan SMP dengan kondisi keuangan keluarganya.

Erdin menumpahkan seluruh perasaannya pada Bu Fatma sambil berlinang air mata. Bu Fatma hanya diam mendengar curahan hati Erdin sampai selesai dan Erdin merasa lega.

Selesai Erdin mengungkapkan perasaan nya Bu Fatma kerujar dengan penuh kasih.

" Erdin, jika memang keinginan kamu kuat untuk melanjutkan sekolah dan ingin merubah nasib keluargamu yang seperti sekrang ini, ibu punya solusinya. Bagaimana jika kamu pergi merantau ke kampung asal ibu, orang tua ibu pasti akan senang jika kamu mau menemaninya di sana. Orang tua ibu akan menyekolahkan kamu sesuai dengan keinginan kamu, demikian ungkap Bu Fatma panjang lebar pada Erdin.

Ada senyum cerah di wajah Erdin saat Bu Fatma selesai bicara dan tanpa menunggu waktu berfikir sesuai dengan saran Bu Fatma Erdin langsung menjawab setuju. Saat Bu Fatma bertanya bagaimana mana dengan orang tua Erdin, dengan optimis ia menjawab " Aman bu, orang tua saya pasti setuju dengan keputusan saya, sebab mereka sudah menyerah tidak mampu menyekolahkan saya Bu..." Alasan Erdin meyakinkan Bu Fatma. Malah saya yang khawatir dengan orang tua ibu, apakah mereka mau menerima saya yang berbeda keyakinan dengan beliau sambung Erdin dengan nada khawatir.

Bu Fatma tersenyum seraya menjawab " jangan khawatir, orang tua ibu berpendidikan kok, mereka menghargai toleransi beragama dan kamu jangan takut tidak bisa menjalankan ibadahmu di sana." Jelas Bu Fatma sambil menepuk tepuk pundak Erdin menguatkan.

" Pergilah nak, ayah tidak akan melarangmu menggapai impian yang engkau dambakan." Ujar ayah Erdin saat keberangkatannya menuju kampung halaman Bu Fatma. Sementara ibunya tak mampu berkata kata hanya air mata yang mengajak sungai sebagai tanda sedih akan berpisah dengan anak laki lakinya yang selama ini selalu membantu pekerjaan mereka.

Kapal laut yang di tunggu sudah mulai menepi. Penumpang dengan tujuan keluar dari pulau berdesakan naik kapal seolah oleh takut tidak kebagian tempat dalam kapal. Kulipanggul sibuk menaikkan barang penumpang yang akan berlayar ke pantai Padang.

Tut...Tut...Tut... Bunyi kapal sebagai penanda kapal akan segera berlayar menuju samudra. Gemuruh ombak serasa mewakili hati Erdin yang akan meninggalkan ayah ibu serta saudaranya untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Namun Erdin menguatkan hatinya kalau kepergiannya untuk satu cita cita yang sekian lama di idamkannya.

Tidak seperti anak seusianya yang duduk dengan ceria sambil bercerita dengan ibu ayah mereka, Erdin hanya diam memandangi lautan, berbagai macam hal yang terlintas dalam pikirannya, siapa yang akan membantu orangtuanya nanti setelah kepergiannya, kapan lagi Erdin bisa bertemu dengan teman-teman masa kecilnya. Beragam hal berkecamuk dalam pikiran Erdin namun mampu dipatahkan dengan satu tekadnya "mambangkik batang tarandam, menuntut ilmu biar nanti berhasil dan mampu mengubah nasib keluarganya di kampung.

Perjalan laut yang ditempuh selama lima jam membuat Erdin ketiduran. Bu Fatma dengan lembut mengelus rambut Erdin seolah olah Erdin adalah anak kandung nya. Bu Fatma bertekad akan membahagiakan Erdin dengan cara menitipkan nya pada ibunya.

Setelah mengarungi lautan cukup lama Bu Fatma dan Erdin serta penumpang lainya turun di dermaga dengan perasaan campur aduk. Mereka telah di tunggu oleh suami Bu Fatma yang tugas di ibu kota propinsi. Dengan go car mereka menuju kontrakan suami Bu Fatma.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post