Efriliya Ningsih

Counselor and Copywriter...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pergeseran Orientasi

Akhir akhir ini, hampir semua guru disibukkan dengan adanya program guru pembelajar. Banyak keluhan di sana sini. Jenis keluhannya pun beragam. Bagi guru yang tinggal di kawasan pelosok, mereka mengeluh karena keterbatasan informasi dan juga akses internet yang kadang pilih kasih membuat mereka kesulitan untuk membuka web SIM PKB. Beda cerita bagi guru yang berada di perkotaan. Akses internet memang mudah, tapi beberapa guru yang minim kemampuannya dalam mengakses internet juga keteteran harus tanya sana tanya sini, minta bantuan kepada guru yang lebih muda, kebingungan saat mengurus SIM PKB. Belum lagi banyaknya info yang simpang siur, ada yang bilang kalau terakhir verval data tanggal 12 Juli, ada yang bilang 17 Juli, ada juga yang bilang agar tidak mengambil pusing terkait SIM PKB mengingat belum ada pemberitahuan tertulis dari dinas. Peserta semakin dibingungkan karena saat sebagian tenaga kependidikan tidak terlalu menganggap penting info ini justru di pertengahan Juli kelabakan karena namanya belum terdaftar sebagai peserta guru pembelajar, padahal yang lain sudah. Dan yang lebih kasihan, saat mereka bertanya kepada temannya yang namanya sudah muncul sebagai peserta SIM PKB, hampir semua telah lupa dengan rangkaian prosedur yang telah mereka tempuh untuk mendapatkan nomor GTK. Wajar saja, hampir seluruh peserta SIM PKB rata-rata sudah kepala empat. Ada lagi yang lebih lucu, peserta yang sudah mengikuti UKG 2015 justru lupa dengan password buat login, dianggapnya kalau sudah selesai UKG ya sudah tidak akan terpakai lagi itu password, lalu dibuanglah kertas berisi password tersebut.

Dari rangkaian peristiwa di atas, saya mendapati satu hal yang bagi saya cukup memprihatinkan. Guru sekarang tidak seperti guru jaman dulu. Guru jaman dulu fokusnya mendidik sebaik mungkin siswa agar menjadi insan yang cerdas baik dari segi intelektual, emosional, maupun spiritual. Banyak guru yang tidak mementingkan berapa pun penghasilan yang mereka dapat. Yang terpenting bagi mereka adalah bisa mengantarkan siswa siswinya menuju cita cita tertinggi mereka. Tak perlu mereka dihargai berlebihan, cukup katakan pada mereka, "Beliau adalah guru MTK saya semasa saya SD". Itu saja, tidak lebih. Sapa mereka lebih dulu saat bertemu. Bukan mereka tidak mau lebih dulu menyapa, hanya saja terlalu banyak siswa yang mereka ajar, sehingga kadang lupa siapa saja nama siswanya. Beda dengan guru jaman sekarang. Tiap waktu disibukkan dengan diklat sana sini yang hasilnya kadang kita tidak tahu bentuk follow up nya seperti apa. Malah kadang habis diklat sibuk posting foto sesi jalan jalan. Ada lagi yang mencari tambahan jam untuk mengejar sertifikasi, sehingga saat badan masih di sekolah A, pikiran sudah melayang ke sekolah C. Begitu terus. Ada pula guru yang kalau di sekolah hobinya masuk di detik detik menjelang istirahat. Siswanya sengaja diberi tugas, diajari materinya saja belum. Yang lebih konyol lagi, di jaman sekarang ini, masih ada juga guru yang hobinya nyuruh si anak fotokopi materi lalu habis difotokopi, si anak disuruh mencatat materi tersebut di buku catatan. Nanti sekalinya si guru masuk kelas, bukannya menyampaikan materi, eh malah siswanya di marah marah tidak jelas. Ketara sekali mencari bahan untuk menutupi ketidaksiapannya menyampaikan materi di kelas. Kalau semua guru berlaku seperti itu, mau jadi apa anak didik kita kelak? Kalau kita sekarang tidak memberi teladan yang baik buat mereka, maka, sepuluh dua puluh tahun kelak kalau mereka rusak, cucu kandung kita juga yang akan kena. Sebab bisa jadi, siswa kita hari jni adalah guru bagi cucu kita di waktu mendatang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih membaca fenomena guru seperti itu. Mau dibawa kemana anak-anak kita?

14 Jul
Balas

Setuju bu...Kalau kita sekarang tidak memberi teladan yang baik buat mereka..apa jadinya?

14 Jul
Balas

Aktual. Pembanding dulu dan kini. Itulah beberapa motif mendidik. Kini seiring jaman dengan berbagai kesibukan. Kita harus bijak membuat siasat agar lancar. Kini disibukkan di luar sekolah. Sebuah perhatian dan catatan. Apresiatif.

14 Jul
Balas



search

New Post