Eka Afriyanti, S.PdI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Masa Kecil Di Rantau

Masa Kecil Di Rantau

Masa kecil adalah masa di mana dapat tertawa lepas. Menari-menari, merentangkan tangan, tertawa tanpa beban.

Bicara soal masa kecil kita pasti memiliki cerita sendiri-sendiri,setiap kita pasti mempunyai cerita yg berbeda-beda namun juga banyak kesamaannya yang pasti masa kecil adalah masa di mana kita dapat bermain sesuka kita, tak memiliki beban berarti.

Masa kecil aku yang sangat periang, dan tak mengenal malu pada masa kecil ku aku di anggap anak yang sangat pemberani tak mengenal rasa takut aku cepat sekali beradaptasi dengan orang asing ya itu lah aku .

Masa kecil ku ini berbeda dengan anak-anak lain yang ada di kampung halamanku ,aku menghabiskan masa kecilku di kampung halaman orang lain mengikuti kedua orang tua ku, aku di bawa merantau ke daerah lain dan derah itu sangat jauh dari kampung halamku.

Ayah ku berpropesi sebagai guru, beliau mendidik kami dengan disiplin dan tegas bahkan kadang keras , hal ini beliau lakukan untuk mendidik kami agar menjadi anak yang berguna, ada kalanya beliau harus bersikap tegas dan keras namun beliau tetap lah seorang ayah yang berhati lembut dan penyayang di hati kami beliau adalah seorang ayah sangat baik, kami anak-anaknya sangat patuh pada apa yang beliau perintah kan ya itu lah sosok ayahku.

Dalam hal pendidikan agama orang tuaku menitipkan aku dan adikku di sebuah Madrasah Ibtidayah yang ada di desa sebrang, disana lah kami di ajarkan ngaji, tata cara sholat dan hapalan surat pendek dan setelah sholat zuhur kami selalu datang ke sana.

Tak lupa kala sore tiba saat di mana aku dan adik ku pergi mengaji bersama teman –teman ku kami berlari saling lempar-menyampar satu sama lainnya, tak perduli sinar matahari yang panas menyengat, kami tetap tertawa dengan riang nya berlari kadang tampa alas kaki tak perduli kadang kaki sudah di penuhi duri.

Ada cerita menarik yang masih ku ingat . Pada suatu sore, seperti biasa aku dan teman-teman ku pergi ke madrasah menyusuri pematang-pematang sawah berniat secepat nya menemui pak sabar sang guru ngaji yang baik hati, namun di tengah perjalanan tidak jauh dari pematang sawah kami melihat pohon duku dan pohon lengkeng yang buah nya sudah menguning yang menandakan sudah ranum.

Tampa pikir panjang kami secepat nya berlari menuju kedua pohon tersebut ternyata di bawah pohon itu sudah berguguran buahnya , secepat kilat tangan-tangan mungi kami memungut buah –buah yang jatuh tersebut, karna tasnya hampir penuh kami pun mengeluarkan buku-buku yang ada di tas dan memenuhi isi tas kami dengan buah duku dan lengkeng tadi , riang nya hati tak terkira melihat tas sudah penuh dengan buah.

Tak terasa hari sudah senja dan matahari sudah hampir tenggelam , barulah kami berlari pulang, tampa menghirau kan buku yang kami tinggalkan di bawah pohon tadi ,berlari sekuat tenaga agar secepat nya sampai di rumah.

Di pintu pagar ayah dan ibuku menuggu dengan wajah cemas dan gelisah, kalian dari mana saja ujar ayah ku, dengan nada sedikit tinggi dan matanya agak melotot, lalu matanya melirik ke tas ku yang sudah penuh dengan buah-buahan ,oo aku tau kalian pasti dari mencari buah ini.

Sambil duduk diruang makan menunggu ibu menyiapkan makam malam ayah bicara dengan nada lembut , nak katanya bukan nya ayah tidak senang dengan buah yg kalian bawa , tapi apa lah artinya buah itu di bandingkan dengan jadwal ngaji yang kalian tinggalkan, kalau kalian pengen makan buah nanti bisa kita beli lain kali jangan ulangi lagi ya nak ! Ya, ayah sahutku sambil merunduk dengan perasaan sangat bersalah

***

Indahnya lagi masa kecil dirantau kalau ada kunjungan keluarga , pernah pada suatu hari ketika pulang dari bermain kulihat nenek ku sudah ada di rumah dengan senang hati ku sambut kehadirannya , aku di dicium dan di peluk dengan penuh kasih sayang, mulai lah aku ber cerita pada nenek tentang hari- hariku yang penuh canda dan tawa, tak luput pula aku menanyakan keadaan teman-temanku di kampung, dan mendengar cerita nenek tentang mereka, membuat aku makin rindu dengan kampung halamanku.

Pulang kampung bagi ku adalah momen yang sangat menyenangkan dan sangat di nanti-nantikan, setiap lebaran kami selalu pulang kampung selain untuk merayakan idul fitri bersama juga untuk mengobati rindu orang tua pada anak .

Inilah salah satu bentuk pengabdian pada orang tua yang beliau ajarkan pada kami, kata ayah “ jangan pernah siksa orang tua dengan kerinduannya pada anak – anaknya dengarkan keluh kesahnya, bantu dan penuhi kebutuhannya , setidaknya setahun sekali pulanglah, untuk menjenguk keadaan orang tua , bantu memenuhi kebutuhannya apa lagi menjelang Hari Raya idul fitri, senangkan hatinya dengan kehadiran mu ,sebenarnya orang tua tidak lah mengharapkan pemberian dari anak, di jenguk dan di tanya kan khabarnya saja mereka sudah senang , tapi selayaknya sebagai anak yang berbakti dan sudah sukses sudah menjadi kewajiban untuk membantu orang tua.

Ya itu lah masa kecilku. Rindu masa di mana tak kenal kata masalah. Rindu masa di mana tak kenal beban. Rindu masa di mana tak kenal gengsi. Rindu masa di mana bermain adalah rutinitas yang sangat menyenangkan

Ya itu lah masa kecil ku , masa yang tetap ku kenang sepanjang masa , masa yang menyimpan banyak cerita, terlalu panjang kalau penulis ceritakan disini.

Satu hal yang paling mendasar yang penulis ingat adalah pesan ayah ,katanya “ Nak jika suatu saat nanti kamu di takdirkan merantau ke negri orang jangan lah lupa pulang , jangan terlena di negri orang semata mata mengejar dunia yang sipatnya sementara, dan orang tua di kampung di sia-siakan .

Memang tidak jarang kita melihat fenomena seperti ini yang terjadi di masarakat, seorang anak yang enggan pulang untuk menjenguk orang tua nya, mungkin karena kesibukan kerja atau alasan lain ,sehingga kalau di suruh pulang si anak tersebut mengganti nya dengan mengirimkan uang pada orang tua , padahal yang mereka butuh kan perhatian dari anak, bukan uang.

Saat kecil aku tak kenal gadget, Android, atau apalah itu jenis telepon pintar lainnya. Aku tak kenal game online, aku tak kenal game dalam gadget. Tapi masa kecilku menyenangkan, tak ada hari yang diisi tanpa gelak tawa. Bahagia saat kecil itu sederhana. Yah, sederhana sangat sederhana. Sesederhana main lompat tali. Sesederhana bermain petak umpet di pelataran rumah. Sesederhana menang dalam permainan. Sesederhana bermain sepeda keliling kampung bersama teman.

.

goresan pena " Eka Afriyanti"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masa kecil terlalu indah untuk dilupakan. Masa-masa bahagia berkumpul dengan keluarga, sanak saudara serta handai tolan. Walaupun saya tidak besar di rantau namun separuh dari umurku sudah kuhabiskan di rantau. Sebelumnya hampir tiap tahun pulkam, sekarang untuk pulkam rasanya berat, karena orang tua sudah tiada, salam kenal, tulisan yang sangat menarik, menyentuh

24 Apr
Balas

Terima kasih ibu Anies piliang yg telah sudi membaca tulisan saya, komentar ibu bagai vitamin yg bagi saya dlm menulis semoga sukses selalu ya bu... Salan kenal.

25 Apr



search

New Post