EKA KARYANTI, ST

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DESA MENGGAMAT (KLUET UTARA) .....(Desa KKN)

DESA MENGGAMAT (KLUET UTARA)

(Desa KKN)

(Bagian : 1)

Mahasiswa semester akhir yang sudah menyelesaikan semua mata kuliah dan tagihan-tagihan akademis lainnya, wajib mengikuti satu mata kuliah lagi yang namanya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mata kuliah KKN tersebut diselenggarakan lintas fakultas, artinya semua mahasiswa dari berbagai fakultas nantinya akan berkumpul dan membaur di satu kecamatan, kemudian dibagi lagi menjadi desa-desa.

Setiap kelompok mahasiswa KKN yang disebar di desa-desa yang ditunjuk mempunyai satu orang pembimbing, seorang dosen yang disebut dengan supervisor.

Proses menuju KKN dimulai dari seorang mahasiswa semester akhir yang akan mengisi mata kuliah KKN di RKS (Rencana Kuliah Semester)-nya. RKS pada semester tersebut hanya tertulis satu mata kuliah yaitu KKN.

Biasanya KKN tidak bisa dibarengi dengan mata kuliah lainnya, karena lokasi KKN akan berada diluar kota, jauh dari kampus sehingga tidak memungkinkan seorang mahasiswa untuk pulang pergi jika masih mengambil mata kuliah lainnya.

Pengumuman kapan dimulainya KKN dan didesa mana para mahasiswa akan ditempatkan, diumumkan dikampus dengan cara ditempel dipapan tulis yang diletakan di gedung birokrasi. Masing-masing mahasiswa berebut melihat lokasi dimana mereka akan ditempatkan dan siapa saja teman-teman satu kelompoknya.

Setelah melihat pengumuman lokasi kecamatan dan desa yang akan didatangi, beragam reaksi dari mahasiswa. Ada yang senang karena desa yang akan didatangi sudah termasuk daerah yang maju dan dekat dengan ibukota. Ada juga yang sedih bahkan menangis (padahal sudah mahasiswa), karena kecamatan dan desanya jauh, belum maju dan termasuk desa yang masih terisolir.

Namanya Zahra adalah seorang mahasiswa di fakultas Teknik, jurusan Teknik Kimia di Universitas Syiah Kuala, Nangro Aceh Darussalam. Melihat mengumuman namanya ada dalam kelompok mahasiswa dari berbagai fakultas dengan lokasi kecamatan Kluet Utara di Aceh Selatan dan desanya bernama Menggamat.

Tanpa ekspresi dan rasa Zahra melihat papan pengumuman itu, karena Zahra tidak tahu dimana letak desa Menggamat (Kluet Utara). Zahra adalah seorang mahasiswa perantau yang berasal dari salah satu kota di Pulau Jawa, tepat Zahra berasal dari Jakarta. Zahra hanya bisa memperhatikan berbagai ekspresi dari teman-temannya tanpa bisa berkata-kata.

Masih memperhatikan papan pengumuman Zahra melihat nama teman-teman satu kelompoknya. Terdiri dari lima orang yang berasal dari berbagai fakultas. Teman satu kelompok Zahra berasal dari fakultas kedokteran, ekonomi, fkip dan teknik mesin. Dari empat mahasiswa yang satu kelompok dengan Zahra, tidak ada yang dikenal Zahra secara dekat. Yang kebetulan satu fakultas hanya sering bersemuka tanpa bertegur sapa. Bahkan ada yang belum pernah kenal sama sekali yang berasal dari fakultas lain.

Setelah melihat pengumuman Zahra pergi ke suatu tempat untuk mengambil jaket dan topi sebagai identitas mahasiswa yang akan berangkat KKN. Kebetulan dari universitas tempat Zahra kuliah, jaket dan topinya berwarna hijau tua.

Di kota tempat kuliahnya Zahra memilih untuk tinggal di rumah kos. Walaupun ada saudara dari pihak ibunya di kota tersebut tapi dirasakan tinggal di rumah kos lebih nyaman. Selain tidak mau menyusahkan orang lain, Zahra juga tidak ingin dihinggapi perasaan tidak nyaman jika harus bolak balik pergi ke kampus.

Karena ditahun-tahun pertama perkuliahan akan sangat repot untuk menyesuaikan waktu dengan padatnya jadwal kuliah. Tahun pertama kuliah Zahra memilih tinggal di rumah kos yang dekat dengan kampus. Posisi kampus ada di tengah-tengah, dikelilingi oleh perumahan dosen.

Sektor Timur, Sektor Utara, Sektor Selatan adalah nama-nama komplek perumahan dosen disekitar kampus Universitas Syiah Kuala. Perumahan dosen tersebut banyak yang kosong karena ditinggal sekolah lagi untuk mendapatkankan gelar dan ilmu yang lebih mumpuni sebagai seorang dosen.

Pada umumnya mereka melanjutkan jenjang pendidikan strata dua dan strata tiga, ada yang didalam negeri dan banyak juga yang diluar negeri. Biasanya mereka akan melanjutkan jenjang pendidikan dengan kisaran waktu tiga sampai lima tahun.

Zahra tinggal dirumah seorang dosen dari fakultas kedokteran yang sedang menuntut ilmu di kota Surabaya. Dari seorang teman Zahra tahu bahwa di rumah tersebut masih ada kamar kosong untuk bisa disewa yang dibayar setiap tahun.

Rumah kos Zahra tidak mewah tetapi layak untuk ditinggali, itupun Zahra menempati kamar belakang karena memang kamar-kamar bagian depan sudah penuh. Sepertinya kamar belakang itu tadinya ruang makan yang disulap menjadi kamar.

“Yaaahhh lumayanlah”, piker Zahra….mau kos di tempat yang lebih bagus jelas tidak sanggup bayar.

Zahra harus banyak bersyukur karena bisa keluar dari keterbatasan ekonomi keluarganya. Zahra adalah seorang anak yatim dengan lima adik yang masih bersekolah dan tinggal bersama ibunya di ibukota.

Sebenarnya untuk bisa berkuliah Zahra agak sedikit memaksakan diri, karena kalau hitung-hitungan diatas kertas ibu Zahra tidak akan mampu membiayai kuliah Zahra apalagi jauh dari kota tempat tinggal keluarganya.

Tapi semangat belajar, tekat yang kuat dan kemauan yang tidak mudah menyerah membuat Zahra selalu optimis dan berprasangka baik kepada Allah SWT.

Zahra berprinsip, “dimana ada kemauan disitu ada jalan”. Walaupun jalan yang akan ditempuh tidak mulus dan banyak rintangan yang akan dilalui.

Zahra menutup telinga dari komentar-komentar tetangganya yang yakin bahwa dia tidak akan bisa kuliah dan mencapai cita-citanya. Maklum karena Zahra anak yatim tidak punya bapak jadi sering dipandang sebelah mata.

Walaupun Zahra diterima di perguruan tinggi negeri yang jauh dari kota tempat tinggalnya, tekat untuk mencapai cita-citanya harus tetap digapai. Karena itulah jalan satu-satu nya jika tetap ingin kuliah. Kuliah di swasta mahal dan terkenal jelas tidak mampu bayar. Swasta abal-abal Zahra tidak mau kuliah ditempat yang akreditasinya tidak jelas, yang nanti ujung-ujungnya ijazahnya tidak diakui.

Keseharian Zahra sebagai mahasiswa juga sangat sederhana, dia pergi ke kampus dengan busana yang pantas kebetulan Zahra menggunakan hijab sehingga busana dan kelengkapannya menyesuaikan.

Untuk pengeluaran Zahra harus super hemat karena uang bulanan yang dikirim jauh dari cukup, maka Zahra harus pintar-pintar mengatur keuangannya walaupun ada kalanyanya juga Zahra membeli hal-hal yang tidak sesuai kebutuhannya sehingga uang bulanan akan habis sebelum datang bulan berikutnya.

Kesalahan-kesalahan yang diakibatkan karena belanja diluar kebutuhan ataupun memang kebetulan kuliah sedang banyak pengeluaran, membuat Zahra beberapa kali harus berurusan dengan lembaga keuangan dan keluar masuk gedung hijau dengan mottonya “ Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”….

Entahlah motto tersebut sesuai atau tidak yang jelas itulah jalan yang paling mudah yang bisa membantu Zahra manakala kesulitan uang, tidak ada ongkos untuk berangkat kuliah dan lain sebagainya.

Tetapi Zahra tidak boleh terlena dengan keadaan itu karena barang yang menjadi jaminan harus segera ditebus pada saat jatuh tempo apabila tidak mau hilang karena dilelang. Karena hanya itulah bekal yang diberikan ibunya berupa beberapa buah gelang emas sebagai bekal Zahra diperantauan nun jauh dari orang tua.

Bersambung….

#tantangan menulis hari 1#

#tantangan menulis 30 hari#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post