Eka Mutaqien

Dan, Ketika diam lebih nikmat dari secangkir kopi, Biarkan diam ini kuuntai menjadi aksara-aksara. *Eka Mutaqien Guru SMPN 1 Solear Kab. Tangerang ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Engkaulah sang pemahat arca

Sebait puisi untukmu

Yang bergelar ibu

Ibu

Dalam gundah,

Sering ku sebut namamu

Dalam pekik hidup ini

Sering ku peluk wajahmu

Dalam diam

Sering ku menangis pilu

Dalam doa

Tiada lengah ku sebut namamu

Saat bertemu dengan mu;

Sekejap ku simpan peluh ini

Ku ganti wajahku, sumringah

Tiada lain, hanya untuk melihatmu tersenyum

Ibu

Engkaulah sang pemahat arca

Sang pengukir yang tak pernah lelah

Sedihmu adalah nestapa bagiku

Bahagiamu adalah impianku

Ibu

Bolehkah kau bacakan dongeng malam ini?

Seperti waktu ku kecil dulu

Sampai ku tertidur dalam pelukmu

Hingga pagi datang menjemput malam

Ibu

Kini usiaku menuju senja

Tiada sesal yang teramat

Aku masih belum bisa membuatmu

Bahagia

Dibibir malam

Ku sembatkan doa

Dalam lantunan bait

UntukMu

Ibu,

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kata ibu begitu, sakral, saya tak membaca tulisan bentuk apapun terkait ibu, semoga ibu kita saat masih ada bisa berbakti kepadanya dan jika mereka telah tiada lantunan dan sedekah mengatasnamanya. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

27 Mar
Balas

Amin, semoga bisa berbakti dan membahagiakan ibu pak...

27 Mar

curahan hati anak sholeh. bagus sekali Pak

27 Mar
Balas

Semoga bisa menjadi anak soleh...

27 Mar



search

New Post